FYI.

This story is over 5 years old.

Selingkuh

Kenapa di Perselingkuhan Yang Lebih Sering Disalahkan Cuma Perempuan 'Pelakor'?

Emangnya cowok bakal diem aja pas 'dicuri' sama cewek lain dan cuma bisa pasrah? Kan enggak coy. Video viral Jennifer Dunn dilabrak menunjukkan problem laten masyarakat kita.
Ilustrasi oleh Dini Lestari.

Video remaja perempuan menyerang perempuan lebih tua di sebuah mal jadi sensasi internet Indonesia, sejak akhir pekan lalu. Teman-teman saya ikut menyebarkannya, lalu terpaksa saya nonton juga. Di video tersebut, si remaja berteriak, “I hate you! Why did you take my father away from me?” setelah mendorong perempuan lebih tua ke konter frozen yogurt tempatnya mengantre. Perempuan muda itu bernama Shafa Aliya, anak dari Faisal Haris, laki-laki yang dituduh berselingkuh sama Jennifer Dunn.

Iklan

Sebelum ikut menyoraki Shafa, boleh dong saya tanya. Siapa sih sebenarnya orang-orang ini? Kenapa saya harus peduli sama mereka?

Video itu mengungkap sisi lain Indonesia. Mau dibantah seperti apapun, perselingkuhan di antara keluarga Indonesia sebetulnya hal biasa. Makanya selingkuh jadi penyebab tertinggi keempat pemicu perceraian berdasarkan data Kementerian Agama. Kalian tahu kan, selingkuh itu tidak bisa dilakukan SENDIRIAN. Harus ada dua orang minimal yang terlibat. DUA ORANG. Jadi, apa yang aneh dari video si Shafa? Sorotan pengguna Internet Indonesia yang ramai komentar di Instagram atau Facebook mayoritas mengarah ke satu sosok saja: Jennifer Dunn, perempuan yang dianggap sebagai perebut laki orang, populer dijuluki pelakor.

Padahal jelas-jelas ada sosok Faisal Haris, bapaknya Shafa, yang juga ikutan selingkuh. Media menyebut Faisal adalah pebisnis dan mantan sekretaris komunitas pemilik Ferrari di Indonesia, yang selama ini menikahi Sarita Abdul Mukti, ibu Shafa. Sarita dan keempat anak perempuannya hidup di Australia saat kabar perselingkuhan Faisal dengan Jennifer Dunn menyeruak awal tahun ini. Jennifer Dunn, yang lebih populer dengan sebutan Jeje Dunn, pernah ditangkap pada 2005 atas kepemilikan narkoba. Dia juga terlibat perselingkuhan dengan pengacaranya sendiri, dan kasus pencucian uang dalam skandal suap pilkada Lebak melibatkan Tubagus Chaeri Wardana.

Lucunya, tiap mengetik kata kunci “Faisal+Haris” di kolom pencarian Google, sulit sekali mencari foto atau informasi lelaki yang bikin saya nonton infotainment lagi itu. Setelah ngescroll terus, akhirnya yang saya temukan malah foto anggota keluarganya dan sang selingkuhan. Sebagian besar orang di internet marah pada Jeje, sedangkan Faisal hampir tidak dibahas sama sekali (sampai ada video lanjutan dan berita belakangan, bahwa Faisal meneriaki dan memukul Shafa karena melabrak kekasih gelapnya). Yang lebih mudah ditemukan adalah makian pelakor pada Jeje Dunn. Istilah ini telah digunakan pada hampir setiap komen media sosial yang mengutuk Jeje Dunn atau mendukung Sarita dan anak-anaknya. Istilah pelakor pada dasarnya menempatkan sang laki-laki dalam posisi pasif, seakan-akan dia hanya diam saya lalu tiba-tiba seorang perempuan nekat merebutnya dari keluarga. BHYE! Benarkah selingkuh terjadi semudah itu? Sebagai pengamat yang sebetulnya malas ngomentarin kasus kayak gin, saya 99,9 persen yakin bukan begitu ceritanya. Jeje enggak kelihatan kayak orang yang nyelonong tanpa permisi membawa pergi suami orang. Sebuah hubungan kan dijalin dua orang? Jadi, kalau cowoknya mau dia otomatis juga pihak yang bertanggung jawab atas langgengnya perselingkuhan dong. Kini, istilah “pelakor” lebih sering digunakan dibandingkan istilah yang lebih netral seperti “WIL” (Wanita Idaman Lain), dan tak seperti ‘WIL’ pelakor tak punya padanan yang bisa disematkan pada lelaki di posisi serupa. Jelas sekali kalau aroma misogini dalam istilah ‘pelakor’ kelewat kuat. Penggunaan istilah ini juga menunjukkan standar ganda masyarakat kita buat perempuan yang selingkuh. Dalam kabanyakan kasus perselingkuhan, perempuan lebih cepat dianggap sebagai perusak rumah tangga. Perempuan pula yang lebih sering jadi pihak yang menerima cemoohan. Andai cerita ini ditukar, yang terjadi bakal tetap sama: istri yang selingkuh yang salah. Intinya, perempuan memang lebih rentan disalahkan daripada pria-pria brengsek tukang selingkuh yang bisa kita sebut sebagai pria perusak rumah tangga? Selingkuhan? Lihat kan kita bahkan tak punya istilah untuk pria-pria macam ini. Kelatahan kita pakai istilah “pelakor” adalah indikasi bahwa kita membiarkan begitu saja lelaki cuci tangan dalam kasus perselingkuhan. Paling parah, istilah ini dilontarkan oleh satu perempuan ke perempuan lainnya. Barangkali sebaiknya kita mundur beberapa saat untuk menyoroti cara kasus perselingkuhan para seleb direspons media dan masyarakat. Kasus perselingkuhan antar seleb paling menyita perhatian publik melibatkan Ahmad Dhani dan Mulan Jameela beberapa tahun lalu. Mulan Jameela mulai dikenal namanya ketika menjadi bernyanyi bersama Maya, istri Dhani saat itu, dan membentuk duo bernama Ratu. Duo ini bubar setelah berusia dua tahun tepat ketika rumah tangga Ahmad Dhani mulai gonjang-ganjing. Tak lama setelah Dhani dan Maya memutuskan berpisah, terungkap bahwa Maya punya andil dalam perpecahan rumah tangga Dhani dan Maya. Apa yang terjadi setelah dramanya selesai? Selain melahirkan anak dari Dhani, Mulan dihujat dengan berbagai jenis cemoohan yang bisa dipikirkan otak manusia. Karirnya mandek. Dhani juga jadi bulan-bulanan publik tapi sayangnya, dia dicerca karena melakukan tindakan yang jauh tidak terpuji dari sekadar main serong. Ketika gosip tentang perselingkuhan Arzeti Biblina, seorang model yang banting setir jadi politikus, beredar, kebanyakan pemberitaan tentang kabar ini tak merinci nama lelaki yang jadi selingkuhan Arzeti. Paling banter, lelaki ini cuma disebut “anggota TNI.” Mulai ngelihat polanya kan? Saya bisa saja menyebut kasus-kasus selingkuh para seleb tapi polanya sama: kita cenderung menghukum perempuan. Parahnya lagi, ini tak hanya terjadi dalam perselingkuhan para pesohor. Reaksi Shafa terhadap perselingkuhan ayahnya sangat bisa dipahami, apalagi dia masih belia. Masalahnya baru muncul ketika orang-orang yang enggak ada urusannya—kayak saya dan orang-orang yang niat banget komentar di medsos—menghabiskan tenaga merisak perempuan perebut laki orang. Yang terjadi justru membiarkan pria yang juga terlibat perselingkuhan tak tersentuh. Saya sih punya solusi sederhana buat mengatasi semua masalah ini: Yuk, berhenti ngurusin orang lain!