konflik Israel-Palestina

Alami Tiga Serangan ISIS Beruntun, Israel Lampiaskan Balasan ke Pengungsi Palestina

Tentara Israel menyerbu kamp pengungsi di Tepi Barat, menembak mati dua anak muda. Adapun serangan simpatisan ISIS ke wilayah Zionis menewaskan 11 orang menjelang ramadan 2022.
Israel alami teror ISIS tiga kali beruntun jelang ramadan 2022, serang balik kamp palestina
Kerabat dua anak muda Palestina yang tewas ditembak Israel di Kamp Jenin, Tepi Barat, menangis di pemakaman. Foto oleh Nedal Eshtayah/Anadolu Agency via Getty Images

Dua anak muda Palestina ditembak mati tentara Israel dalam operasi penyerbuan kamp pengungsi di wilayah pendudukan Tepi Barat pada 31 Maret 2022. Israel menuduh ada teroris yang terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) di kamp tersebut. Negeri Zionis itu mengalami tiga kali serangan sel ISIS selama tujuh hari terakhir, yang telah menewaskan 11 orang.

Akibat rangkaian insiden itu, militer dan kepolisian Israel saat ini dalam status siaga satu. Aparat Israel menuding tiga aksi terorisme yang terjadi di wilayah mereka semuanya dilakukan orang Palestina, yang berbaiat pada ISIS.

Iklan

Operasi di Kamp Jenin, perkampungan orang Palestina yang saat ini berada di wilayah pendudukan Israel, dilakukan pada Kamis subuh, disebut sebagai respons balasan zionis terhadap ISIS. Tentara Zionis berniat menangkap sosok-sosok yang terlibat dalam jaringan teroris. Alih-alih membekuk teroris, penyerbuan tersebut menewaskan 2 anak muda, serta melukai 15 warga sipil lainnya. Korban tewas terindikasi bernama Sanad Abu Attiyeh (17 tahun) dan Yazeed al-Saadi (23 tahun).

Setelah salat dzuhur, ribuan penduduk di Kamp Jenin menggelar arak-arakan mengantar dua korban tewas itu ke liang kubur, sembari meneriakan slogan anti-Israel. Akibat insiden penyerangan kamp ini, relasi antara Israel-Palestina kembali memanas.

Saat dihubungi media, juru bicara militer Israel (IDF) menyebut bahwa operasi di Jenin sudah sesuai target yang diharapkan. Korban tewas, menurut Israel, karena melawan upaya penangkapan. “Aktivitas di Jenin merupakan operasi kontraterorisme. Warga Palestina di TKP melakukan penembakan ke personel kami, sehingga terpaksa militer Israel melakukan balasan terukur,” demikian pernyataan tertulis dari IDF.

Di hari yang sama, insiden mematikan lain terjadi di kawasan Gush Etzion, selatan Kota Bethlehem. Seorang lelaki Palestina berusia 30 tahun ditembak mati oleh tentara Israel di sebuah halte bus. Menurut IDF, dia sebelumnya sempat menikam seorang warga Israel, hingga mengalami cedera serius.

Iklan
GettyImages-1239615645.jpg

Warga Israel meratapi kematian saudara mereka yang jadi korban serangan ISIS di Kota Bnei Brak. Foto oleh MENAHEM KAHANA/AFP via Getty Images

Rangkaian insiden ini meneruskan tradisi eskalasi konflik antara Israel-Palestina yang sering terjadi menjelang hari raya penting keagamaan. Selama 10 tahun terakhir kerap terjadi serangan teror atau operasi militer sebelum pesakh, paskah, atau ramadan, semuanya secara simbolis penting bagi umat Islam, Kristen, dan Yahudi. Biasanya, konflik ini akan merembet ke Yerusalem, kota penting bagi tiga agama Abrahamik terbesar dunia.

Untuk 2022, giliran Israel yang mengalami rangkaian serangan teror di tiga kota berbeda. Aksi paling mematikan terjadi pada 22 Maret lalu, ketika seorang pengendara sepeda motor menembaki warga di trotoar Kota Bnei Brak, menewaskan lima penganut Yahudi Ortodoks. ISIS lewat aplikasi Telegram mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Terakhir kali ISIS menyerang Israel terjadi pada 2017.

Ziad Al-Nakhala, pemimpin laskar Jihad di Jalur Gaza, yang terafiliasi dengan ISIS, ikut merilis pernyataan tertulis. Dia mengaku siap meningkatkan intensitas serangan setelah militer Israel menyerbu Kamp Jenin.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, mengumumkan agar warga negaranya yang memiliki izin menggunakan senjata api melakukan patroli mandiri. Dia menilai, serangan teror dari ISIS belum akan berhenti dalam waktu dekat. “Ini adalah aksi teror gaya baru, jadi siapapun yang boleh memegang senjata api, sekarang saat untuk menggunakannya,” ujar Bennet dalam pidato yang disiarkan televisi.

Iklan

Situasi terkini antara Israel-Palestina dikhawatirkan banyak pihak akan memicu konflik terbuka seperti tahun lalu. Pada Mei 2021, rentetan insiden yang bermula dari penggusuran rumah warga Palestina, membuat beberapa warga muslim terprovokasi memukuli warga sipil Israel. Konflik komunal itu bereskalasi serius menjadi serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel, karena aparat Zionis sempat memasuki Masjid al-Aqsa. Alhasil, selama 11 hari, tentara Israel menggempur Jalur Gaza dengan jet tempur dan roket, menewaskan 256 orang Palestina.

GettyImages-1239614850.jpg

Tentara Israel melakukan patroli di kawasan selatan Jenin, lokasi kamp Palestina yang dituding terlibat ISIS. Foto oleh AFP via Getty Images

Pola konflik tahun ini cenderung sama. Masalah awalnya dipicu oleh “serangan teror”, yang kemudian membuat komunitas Yahudi bersatu membentuk laskar-laskar memprovokasi umat muslim.

Laskar Yahudi macam itu, diberi nama Otzma Yehudit, muncul di Kota Negev, merespons serangan ISIS yang dianggap sengaja menarget anggota komunitas Yahudi Ortodoks. Pemimpin laskarnya, Almog Cohen, mengklaim jumlah relawan yang tertarik gabung untuk melindungi komunitas ortodoks dari teroris Palestina mencapai 200 orang.

Kepolisian Israel mengecam pembentukan laskar, menyebut Otzma Yehudit sebagai organisasi yang “rasis terhadap orang Palestina”.