FYI.

This story is over 5 years old.

ramadan

Kisah Para Pencari Tuhan di Jawa, Melakoni Tradisi Kuno Berpuasa Tiga Tahun Nonstop

Pesantren aswaja asal Kudus terus mengajarkan metode puasa Dalail Khairat kepada para santri yang tersebar di seluruh Jawa. Puasa ekstrem ini dilakukan demi mendekatkan diri pada Tuhan dan meraih kemudahan hidup.
Puasa tiga tahun Dalail Khairat di jawa tengah
Santri sendirian membaca Kitab Dalail Khairat di masjid Baitussalam, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah. Foto oleh Zakki Amali.

Abdullah Hamid, kini 33 tahun, percaya studi doktoral yang sedang ia lakoni adalah buah dari puasa tiga tahun yang ia jalankan semasa muda dulu. Pada saat melewati kelas 1-3 Madrasah Aliyah (setara SMA) di Pati, Jawa Tengah, ia isi hari-harinya menahan lapar dan dahaga, serta nafsu badaniah lainnya tanpa putus. Setiap hari, dari subuh hingga maghrib, tanpa kecuali. Ia menjalani tradisi puasa tiga tahun yang dikenal dengan julukan Dalail Khairat.

Iklan

“Saya merasakan apa yang saya cita-citakan mudah tercapai. Seolah-olah jalan itu dilapangkan,” kata Hamid. "Baru lulus S2, tiba-tiba ada penerimaan dosen baru dan alhamdulilah ada sertifikasi. Saya ikut dan lolos,” kenang Hamid saat ditemui VICE. “Lalu, tiba-tiba ada pengumuman beasiswa S3 ikut daftar dan langsung diterima.”

Tradisi berpuasa sepanjang tiga tahun telah lama dijalankan oleh keluarga Hamid. Di kampung asalnya di Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, warga biasa mengikuti tradisi ibadah para kiai menjalani puasa yang sangat berat tersebut. Puasa tiga tahun nonstop ini bahkan jauh lebih ekstrem dibanding puasa daud, yang mana pengamalnya masih diizinkan berselang-seling tiap hari antara puasa dan keesokannya makan normal.

Saking lamanya berpuasa, Hamid tak lagi menganggap menahan lapar dan haus sebagai tantangan. Yang lebih berat dari itu, katanya, adalah godaan tertarik pada lawan jenis. Pada masa remaja, di dalam jiwa Hamid ada dorongan untuk memiliki pacar. Tapi hasratnya segera dikikis, karena pasti menganggu konsentrasi berpuasa.

“Salah satu godaan terbesar saya saat itu mar’ah (perempuan-red). Saya dengar dari sesama pengamal Dalail Khairat itu memang nyata,” katanya.

Nafsu badaniah ini juga berusaha ditaklukkan pengamal lain, Muhammad Rahim, 30 tahun. Lelaki asal Pati, Jawa Tengah, yang kini bekerja di koperasi kota kelahirannya, telah teruji menahan nafsu makan, tapi tidak dengan nafsu syahwat. Suatu hari, dia nyaris batal puasa lantaran berpacaran. Dia menjalani Dalail Khairat pada masa kuliah di sebuah kampus di Kudus.

Iklan

“Saya pas Dalail Khairat itu malah banyak perempuan yang mendekat untuk sekadar curhat. Cantik-cantik. Ada satu perempuan yang jadian sama saya. Pas pacaran, nyaris saja batal,” kenang dia sambil tertawa.


Tonton dokumenter VICE mengenai upaya tim redaksi kami mengikuti sunnah Nabi Muhammad di tengah momen ramadan dengan belajar memanah, berkuda, sekaligus berenang:


Sebenarnya gaya pacaran Rahim sebatas bertemu di salah satu ruangan di kampus dan saling bercakap usai jam perkuliahan. Pacarnya juga mengetahui Rahim tengah berpuasa. Pada saat dia larut dalam pacaran dan merasa akan ada kejadian berupa kontak fisik yang membatalkan puasanya, dia langsung teringat dengan niat awal berpuasa dalail khairat yang akan dijalani sampai tuntas.

Kini, Rahim mengaku punya keluarga kecil dengan satu anak yang damai. Setelah menjalani puasa itu, dia lebih mudah menata hati di kala menghadapi situasi yang pelik seperti perkara rumah tangga yang tengah dibangunnya bersama istri.

Tak semua upaya puasa ekstrem tadi berjalan mulus seperti kisah Rahim dan Hamid. Abdul Arif, 29 tahun, terpaksa merelakan tirakatnya kandas karena serangan demam dahsyat. Dua bulan menjelang puasanya berakhir, suhu badan naik. Diagnosa dokter menyimpulkan dia mengalami demam tinggi yang gejalanya serupa tifus. Ia heran, karena selama menjalani puasa dalail khairat selama lebih dari dua tahun, tidak mengalami demam sehebat itu. “Lemas saat puasa itu wajar. Meriang sesekali. Tapi demam tinggi baru itu,” kata Arif.

Iklan

Memasuki bulan kedua setelah pertama kali demam tinggi, dokter menyarankan agar puasa Dalail Khairat dibatalkan, karena pertimbangan kesehatan. “Akhirnya puasa saya batalkan. Setelah itu tidak saya ulangi lagi. Saat ini sudah punya banyak kesibukan. Kalau puasa seperti itu lagi sangat berat.”

Sebelum demam melanda, kesehatannya tak ada masalah. Dia mulai berlatih menjalani puasa ekstre ini sejak mengenyam bangku SMA. Nyatanya tubuh tak bisa diajak kompromi. "Itu tantangan dan ujian orang puasa Dalail Khairat. Bagaimana lagi, soal kesehatan juga penting,” kata Arif pasrah.

Tapi sebetulnya, apa itu Dalail Khairat? Dari mana tradisi ini berasal?

Rupanya ada banyak pengamal puasa ekstrem ini yang terserak di Pulau Jawa. Tradisi itu sangat terasa saat VICE mengunjungi pesantren yang masih mengajarkan metode puasa tiga tahun tanpa putus di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Kecamatan ini adalah kawasan tertua dan terbanyak memiliki pesantren di kabupaten tersebut.

Lembaga pendidikan agama paling terkenal menggerakkan tradisi Dalail Khairat adalah Pondok Pesantren Darul Falah. Dalail Khairat sejatinya antologi syair bahasa Arab yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad. Kumpulan selawat itu ditulis Muhammad al-Jazuli, biasa disebut Imam Jazuli, sufi yang lahir dan meninggal di Maroko pada Abad ke-15. Jadilah kumpulan salawat tadi menjadi kitab yang resminya dieja Dala'il al-Khayrat.

Iklan

Selain wajib membaca Al Quran, kitab salawat yang jadi santapan sehari-hari pengamal puasa tiga tahun. Di beranda masjid Ponpes Darul Falah, siapapun akan mudah menemukan santri tengah khusyuk membaca kitab itu. Santri sesekali menengadahkan tangan sambil bibirnya bergerak cepat tanpa bisa terdengar orang lain. Kitab yang dibaca santri itu berukuran telapak tangan. Cukup dipegang satu tangan dan muat disaku baju. Kitab ini terdiri atas tujuh bagian. Setiap pengamal membaca satu bagian per hari sesuai hari yang tertera dalam kitab.

Pesantren Darul Falah saat ini dipimpin tiga bersaudara, yakni KH Ahmad Badawi Basyir, KH Ahmad Jazuli Basyir dan KH Muhammad Alamul Yaqin Basyir. Siang itu, VICE bertemu generasi penerus paling tua. KH Ahmad Badawi menyambut dengan senyum lebar. Dia mengenakan setelan sarung dan batik lengan panjang berwarna gelap. Peci warna putih menutupi rambutnya yang telah memutih. Kami berbincang sambil bersila di atas karpet hijau bagian depan pesantren.

Salah satu hal yang membuat pesantrennya menjadi rujukan pencari ijazah—sebutan bagi mereka yang hendak mengamalkan puasa tiga tahun tanpa putus. Ponpes Darul Falah adalah rekomendasi utama, lantaran ada garis hubungan guru-murid dari pengarang kitab Dalail Khairat sampai kepada KH Ahmad Basyir. Jarak guru-murid yang terentang waktu sekitar 6 abad itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencari Tuhan.

“Urutannya itu, bapak punya guru namanya KH Yasin yang punya pesantren tertua di Jekulo. Gurunya bapak punya guru. Begitu seterusnya sampai ke pengarang kitab. Itu namanya sanad. Sanad di tempat kami tidak hanya terkait pembacaan kitab Dalail Khairat, tapi juga puasa tiga tahun itu,” ujar Gus Badawi, sapaan akrabnya.

Iklan
1528194107202-Santri-membaca-kitab-Dalail-Khairat-di-Masjid-Baitussalam-Jekulo-Kudus-Jawa-Tengah_1

Kitab Dalail Khairat yang kesohor itu ukurannya sangat kecil, cukup dipegang satu tangan. Foto oleh penulis.

Merujuk penelitian (pdf) cendekiawan muslim, Azyumardi Azra, fenomena hubungan guru-murid lintas benua dan merentang dalam waktu panjang bagian dari poros jaringan ulama Timur Tengah yang berpusat di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Dari sana, ulama asal Indonesia belajar kepada ulama setempat. Periode belajar paling massif terjadi sepanjang Abad ke-18 hingga ke-19 Masehi. pulang ke Nusantara terjalin hubungan guru-murid yang dikenal sanad.

Menimba ilmu agama kepada orang yang memiliki hubungan guru-murid kepada pengarang kitab merupakan tradisi pesantren salaf yang dijalankan kaum terdahulu yang beraliran moderat dan tradisional dalam Islam yang dikenal dengan istilah ahlu sunnah wal jamaah (aswaja).

Adapun menurut Gus Badawi, semua pemeluk Islam sebetulnya bisa saja membaca kitab Dalail Khairat tanpa harus menjalani puasa selama tiga tahun. Bedanya, bila disertai puasa nonstop, maka semakin tebal iman dan lebih dekat pula kepada Sang Pencipta.

Dalam menjalankan puasa selama tiga tahun, tidak semua orang mau dan mampu menjalani ritual berat ini. Saringan pertama dari umur. Bila masih remaja, peluang menerima ijazahterbuka lebar. Bila sudah berkeluarga, calon pengamal harus meminta izin kepada istrinya. Tanpa izin itu, Gus Badawi tak akan bersedia memberi restu.

“Bisa jadi istrinya butuh suaminya di saat siang hari atau ada pekerjaan berat yang harus dijalani. Pertimbangkan secara matang bila mau menjalani ini,” kata Gus Badawi.

Iklan

Setelah lolos tahap wawancara itu. Pengamal dianjurkan puasa 7 hari sampai 14 hari. Setelah itu, pengamal berpuasa 3 tahun, 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari. Durasi waktu serupa ‘angka cantik’ itu bukan dibuat-buat. Sebab, filosofinya dalam tiga tahun, ada waktu puasa wajib bagi muslim yakni Ramadan selama tiga bulan.

“Puasa Ramadan tak dihitung bagian dari Dalail Khairat. Makanya ditambah durasinya. Kebetulan juga ada hari yang dilarang untuk berpuasa. Durasi itu telah tepat,” ujarnya.

Para pengamal yang menerima ijazah dari Ponpes Darul Falah tersebar di pelbagai provinsi di seantero Pulau Jawa, dengan latar beragam profesi. Ada yang kuliah, sehari-hari bekerja sebagai sopir truk, pengusaha, hingga pegawai negeri sipil. Kendati begitu, para pencari ijazah diakui Gus Badawi rata-rata punya latar belakang santri sebelumnya. Menurut Gus Badawi, sampai muncul asumsi, santri belum tuntas belajar di pesantren sebelum menjalani puasa tiga tahun itu, meski dia telah menimba ilmu dari pesantren ke pesantren selama belasan tahun.

“Dulu itu ada anggapan, kalau setelah dari pesantren itu jadi kiai, ya kiai yang sakti dan kuat tirakat. Jadi mereka cari ijazah puasa tahunan ke sini,” kenang Gus Badawi.

Gus Badawi optimis latihan diri ekstrem berupa puasa tiga tahun akan terus menjadi laku spiritual yang dilakukan generasi mendatang. "Dalail Khairat ini, kitab kumpulan selawat paling populer di dunia. Pembacanya ada banyak di dunia Barat," ungkapnya.

Karena itu, Gus Badawi percaya selama kitab Dalail Khairat dipelajari pesantren seluruh dunia, maka akan ada orang-orang baru yang berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, mencari "ijazah" dengan cara menahan lapar dan haus tanpa putus lebih dari seribu hari.