Cinta

Sudah Saatnya Kita Berhenti Mencintai Orang yang Mustahil Diraih

Terlalu lama bertahan pada hubungan sepihak bisa membuat seseorang berpikir dirinya tak pantas dicintai.
Hubungan, percintaan, komitmen
Foto: Aleksandr Burzinskij via Pexels

Jika kamu pernah jatuh cinta pada orang yang salah, kamu pasti mengerti betapa sakitnya mempertahankan perasaan itu. Kamu galau, kesal dan sedih karena mengharapkan mereka yang tak bisa dimiliki.

Memendam perasaan seperti ini mungkin terasa nyaman bagi orang yang belum siap berkomitmen, karena tetap merasakan indahnya hati berbunga-bunga tanpa perlu mempertaruhkan apa pun. Tak ada hubungan yang terjalin, sehingga mereka merasa aman dari patah hati. Adalah suatu keajaiban apabila pada akhirnya, hubungan menjadi kenyataan.

Iklan

Namun, lama-kelamaan orang dapat terjebak dalam lingkaran emosi dan perilaku yang berbahaya apabila mereka terus bertahan. Akan tumbuh perasaan tidak pantas dicintai lantaran cinta mereka tak terbalas.

“Kita mulai mempertanyakan, atau justru semakin yakin diri kita tidak pantas menerima kasih sayang,” terang psikolog Mara Yusingco di Filipina. “Mengejar [orang yang tak bisa dimiliki] akan memasukkan kita ke dalam loop itu.”

Menurutnya, mereka yang berada dalam posisi ini biasanya menarik berbagai jenis orang, tapi cenderung tertarik pada orang yang tidak tersedia secara emosional. Pertanyaannya kenapa kita bisa seperti ini?

Yusingco mengungkapkan, hubungan kita dengan orang tua semasa kecil dapat memengaruhi cara kita mencintai seseorang ketika beranjak dewasa. Misalnya, jika kamu tidak dekat dengan orang tua, atau hubungan ayah ibu renggang, kemungkinan besar kamu akan menganggap bentuk hubungan ini sebagai sesuatu yang normal. Akhirnya begitu kamu beranjak dewasa, kamu mencari hubungan serupa dan mengira itu cinta.

“Jika tidak ada orang tua atau pengasuh, kita akan terbiasa dengan rasa terabaikan, ditinggalkan atau mungkin kecemasan yang berkaitan dengan tiadanya kehadiran orang tua,” jelasnya. “Jadi saat berpacaran, atau bahkan berteman, kita cenderung merasa aman, meski sebenarnya hubungan itu membuat kita gelisah atau takut.”

Iklan

Menariknya, anak juga dapat mengembangkan kecenderungan itu karena orang tua terlalu ikut campur dalam hidupnya. Mereka muak dengan kehadiran yang berlebihan, sehingga akhirnya tertarik pada orang yang tak bisa dimiliki.

Ada juga faktor-faktor lain, seperti hubungan percintaan yang tak berjalan mulus, maupun penggambaran yang keliru di media arus utama.

Yusingco menyinggung konsep “I can fix him” yang sangat diromantisir, bahwa kita bisa membuat orang berubah jadi lebih baik berkat kekuatan cinta. Bisa juga seperti yang dinyanyikan Dewa 19, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta.” Contoh lain, hubungan Blair Waldorf dan playboy Chuck Bass yang putus nyambung dalam serial Gossip Girl.

“Pesan-pesan seperti ini bikin orang percaya, masih ada kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang yang tak tersedia,” lanjutnya.

Yusingco menambahkan, banyak dari hal-hal ini terbentuk tanpa disadari. Orang akhirnya mengulang kesalahan lama, atau terjebak pada hubungan terkutuk yang sama.

Tak ada satu pun orang di dunia ini yang secara sengaja menyukai mereka yang tidak mencintainya. Kamu hanya terbiasa dengan hal itu hingga akhirnya merasa nyaman—karena sudah familiar dengan rasa sakitnya. Yusingco melihat kamu mungkin bertahan pada hubungan itu supaya terhindar dari rasa sakit baru, seperti penolakan dari orang yang tak tersedia secara emosional.

Iklan

Jika kamu mulai memperhatikan pola yang tidak sehat pada orang-orang yang kamu sukai, Yusingco menyarankan agar kamu merenungkan seperti apa hubunganmu di masa lalu—dan dengan diri sendiri. Menurutnya, tertarik pada orang yang tak tersedia secara emosional bisa menjadi cerminan perasaan mereka terhadap diri sendiri.

“Ada kalanya kamu memproyeksikan perasaan kurang berharga atau tak pantas dicintai yang menghantuimu pada orang yang kamu kencani… Itulah yang kamu rasakan untuk diri sendiri, sehingga kamu memaklumi perilaku yang seharusnya tidak ditoleransi.”

Di lain waktu, kamu mungkin sama-sama sulit dijangkau seperti gebetan. Yusingco menyebut orang menginginkan komitmen, tapi pada saat bersamaan mereka takut akan intimasi. Apabila kamu sampai naksir dengan orang yang sulit diraih, maka itu hanya akan memperkeruh situasi.

Kamu bisa memutuskan apa sebenarnya yang kamu inginkan, butuhkan, serta hal-hal yang tidak dapat ditoleransi dan apa saja yang termasuk “red flag” dalam hubungan. Setelah itu, kamu harus berpegang teguh pada pilihanmu itu.

Misalnya, kamu menginginkan seseorang yang selalu ada untukmu, maka kamu harus mau memberi kesempatan kepada orang lain. Kamu mungkin awalnya tidak tertarik padanya, tapi bisa jadi mereka siap memberikan apa yang kamu butuhkan. Atau mungkin, kamu menganggap ketidaktersediaan sebagai red flag, bukannya tantangan. Itu artinya kamu harus segera membuang jauh-jauh harapan untuk mereka yang tidak tersedia secara emosional.

Keluar dari pola ini memang tidak gampang, dan orang rentan mengalami rasa sakit yang sama sekali baru. Namun, masih ada cara untuk terbebas darinya. “Nilailah orang berdasarkan sikap mereka terhadapmu. Lihat mereka apa adanya, bukan berdasarkan versimu sendiri jika bisa mengubah sifat mereka. Sering kali orang menunjukkan red flag dari sikap mereka—jarang membalas pesan, tidak pernah mengajak berkencan. Inikah yang kamu butuhkan?”

Follow Romano Santos di Instagram.