Menemui Nenek Anarkis Dari Swiss Yang Mencorat-Coret Tembok Bank

FYI.

This story is over 5 years old.

aktivisme

Menemui Nenek Anarkis Dari Swiss Yang Mencorat-Coret Tembok Bank

Louise Schneider, 86 tahun, ditahan polisi setelah mencoretkan "uang untuk membeli senjata membunuh sesama manusia!"

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Switzerland

Warga Swiss sangat membanggakan satu hal: Swiss adalah negara netral sejak dulu. Sayang, kebanggaan ini cuma ilusi, sekadar pemanis bibir belaka—Swiss mengekspor peralatan perang bernilai miliaran dollar tiap tahun ke negara-negara bangsat yang memandang hak asasi manusia sebelah mata atau negara yang secara tak langsung terlibat dalam perang. Pada tahun 2015, Swiss tercatat mengekspor materi alat perang seharga US$444,3 juta (sektara Rp5,8 triliun) ke 71 negara.

Iklan

Di samping itu, Bank Nasional Swiss dan beragam lembaga dan pensiun di negara tersebut yang terlibat dalam industri senjata, entah dalam bentuk patungan modal atau pinjaman. Selasa lalu, seorang nenek aktivis perdamaian bernama Louise Schneider memutuskan untuk melakukan perlawanan. Nenek Schneider mengambil menyemprotkan pilox bernama merah, menuliskan "Monet for Weapons Kills" di dinding bangunan Bank National Swiss. Tak beberapa lama setelah aksinya, Schneider dicocok oleh polisi setempat.

Aksi Schneider dilakukan bertepatan dengan peluncuran kampanye Group for Switzerland without an Army, didirikan untuk mencegah para stakeholder finansial Swiss ikut serta dalam industri senjata. Saya berkesempatan mengunjungi Schneider di rumahnya di kawasan Köniz, di selatan ibukota Swiss, Bern, untuk memintanya membocorkan rencananya menghancurkan sistem di Swiss.

VICE: Nenek mempiloks "Money for Weapons kills!" di sebuah dinding bangunan Bank Nasional Swiss, apa yang memotivasi nenek melakukan hal ini?
Louise Schneider: aku termotivasi oleh perdamaian. Saya yakin ada terlalu banyak senjata di muka bumi. Tiap franc yang disalurkan oleh Bank Nasional Swiss ke industri senjata punya kontribusi dalam segala macam kejahatan dan penderitaan di dunia ini. Aku tidak sudi menyaksikan Bank Nasional Swiss menginvestasikan uangnya ke industri senjata atau bahkan dapat keuntungan darinya. Ada banyak senjata buatan Swiss yang tersebar di seluruh dunia. Netral di sebelah mananya coba? Eh maaf, tadi kamu kerja untuk surat kabar apa?

Iklan

VICE.
Apa itu?

VICE—medianya anak muda.
Oh bagus. Kalau begitu, kamu harus menunjukan gambaran yang lebih luas pada pembaca kalian. Bantu mereka melihat gambaran dunia yang lebih menyeluruh. Media biasanya hanya menurukan berita tentang beberapa kejadian dalam kolom dan kategori berbeda—mereka malas mencari hubungan antara satu sama lain. Tapi, kita semua tahu, semua ini saling terkait. Kelaparan ada hubungannya dengan uang. Senjata punya kaitan langsung dengan uang. Uang juga berarti kuasa. Kamu tak bisa bicara tentang sepucuk senapan tanpa sekalipun menyinggung dari mana datangnya dan apa yang bisa kamu perbuat dengan senapan tersebut.

Nenek bahagia dengan apa yang sudah nenek lakukan?
Sangat bahagia. Aku rasa semuanya berjalan lancar. Apalagi semuanya diakhiri dengan jalan-jalan dalam mobil polisi.

Nenek dapat tuntutan hukum tidak?
Tidak, mereka cuma memindahkan aku dari TKP. asal kamu tahu, aku masuk mobil polisi dengan hati yang plong. Aku tahu banget apa yang akan terjadi. Ketika polisi pertama kali datang ke TKP, mereka seperti ingin membiarkan aku melenggang pergi. Tapi kemudian datang kepala polisi yang bilang ke anak buahnya untuk memindahkan aku dari TKP. mereka sangat baik kok—aku diperlakukan seperti nenek mereka.

Louise Schneider menyadari berharganya perdamaian setelah mendengar pidato Hitler lewat radio di masa mudanya. Foto oleh Philippe Stalder.

Ceritakan dong Nek, proses mengambil keputusan untuk mempiloks pesan politis nenek di di dinding bangunan Bank Nasional Swiss?
Jadi begini, sebelumnya sudah ada orang lain yang mempiloks "no human is illegal" di dinding yang sama—tapi bukan aku yang melakukannya, meski bisa saja aku yang melakukannya. Graffiti ini dihapus. Dinding tersebut kembali putih bersih. Dinding itu kelihatan polos sekali. Sangat menggemaskan bagiku. Aku tak terima Bank Nasional Swiss menghapus begitu saja ungkapan kekhawatiran kami.

Iklan

Sudah berapa lama nenek jadi aktivis perdamaian?
Aku jadi saksi hidup perang dengan segala keberingasannya saat umurku baru delapan tahun—aku ketakutan setengah mati waktu itu. Kedua orang tuaku tak pernah berhenti ngobrol tentang politik. Aku pertama kali mendengar pidato Hitler lewat radio dan melihat langsung efeknya pada orang dewasa—gelisah, takut dan rasa tak berdaya. Ayahku dipaksa jadi tentara. Saat itu, siapa yang menolak masuk tentara ditembak mati. Aku sudah memahami hal ini saat itu. Guruku bilang aku kebanyakan baca, tapi jelas bagiku sedari aku kecil bahwa yang dibutuhkan dunia adalah perdamaian. Ayah mengajarkan aku bahwa tiap pukulan pasti ada balasannya, kendati bentuknya tak selalu sama. Aku terus memegang teguh cara pandang itu seumur hidupku.

Sejauh ini, bagaimana peranan Swiss dalam industri senjata internasional?
Kita pernah agak sedikit lebih cerdas setelah Perang Dunia Kedua berakhir—kita sadar betapa bengisnya perang. Di era pasca perang, pasifisme berubah menjadi gerakan yang terorganisasi. Ini masanya kaum sosialis relijius, yang beberapa di antaranya masih hidup sampai sekarang. Kamu tahu siapa itu Karl Barth?

Enggak, harus banget tahu ya Nek?
Astaga, bocah ini benar-benar tahu siapa atu Karl Barth! Kamu pasti tak tahu juga siapa Kurt Marti? Keduanya adalah ahli agama yang perdamaian dan melawan industri senjata. Itu pekerjaan yang enteng—jauh berbeda dari nongkrong di rumah, menunggu sesuatu yang lucu untuk ditulis. Butuh waktu dan usaha keras untuk membuktikan bahwa lembaga dana pensiun Swiss menginvestasikan uang kita dalam perusahaan pembuat senjata.

Nenek menyebut-nyebut kaum sosialis yang relijius—apa sih peranan agama dalam hidu nenek? Apa memperjuangkan perdamaian adalah kewajiban umat kristen juga?
Injil adalah salah satu buku paling revolusioner. Dalam kotbahnya dari atas bukit, Yesus mengatakan yang pertama akan jadi yang terakhir dan yang terakhir akan jadi yang pertama. Aku percaya hal ini. Tapi aku bukan seorang kristen yang fanatik. Aku tak percaya bahwa Yesus harus disalib untuk keselamatan kita. Aku percaya akan keteraturan dalam dunia. Dalam keteraturan ini, aku punya fungsiku sendiri dan aku akan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Aku rela berkorban kekuatan, waktu, darah, keringat dan air mata demi bisa memenuhi fungsiku.

Jadi itu alasan Nenek mempiloks dinding Bank Nasional Swiss?
Tepat sekali! Aku ingin bilang ke semua orang bahwa uang milik warga Swiss tak boleh digunakan dalam proses produksi senjata.