COVID-19

Pemerintah Tiongkok Membayar Warga Agar Tidak Bepergian ke Luar Kota Selama Pandemi

Menjelang arus mudik Imlek, otoritas kesehatan Tiongkok khawatir gelombang pandemi Covid kembali terulang. Warga akhirnya diiming-imingi uang sampai paket data gratis supaya di rumah saja.
Pemerintah Tiongkok Membayar Warga Agar Tidak Bepergian ke Luar Kota Selama Pandemi
Seperti ini ramainya momen mudik Imlek di Tiongkok andai tidak ada pandemi. Foto oleh HECTOR RETAMAL / AFP 

Tiongkok juga memiliki tradisi mudik seperti Indonesia, tapi skalanya terbesar sedunia karena melibatkan ratusan juta orang. Mudik di Cina berlangsung saban Imlek, yang jatuh pada 12 Februari mendatang. Namun, seperti tahun lalu, pemerintah setempat masih melarang warga menjalankan tradisi pulang kampung karena pandemi Covid-19 terus mengintai.

Sebagai negara yang pertama kali mengalami wabah Covid-19, Tiongkok pelan-pelan berhasil mengendalikan penularan virus corona. Bahkan warga Kota Wuhan, yang menjadi titik mula penyebaran virus ini, sudah menjalankan kegiatan secara normal sejak empat bulan lalu.

Iklan

Akan tetapi, di mata aparat, bila warga dibiarkan menjalankan mudik imlek, potensi gelombang ketiga penularan membesar. Khususnya karena kawasan Timur Laut Tiongkok masih mencatatkan penularan aktif. Oleh sebab itu pemerintah akhirnya menawarkan insentif agar warga membatalkan niat pulang kampung.

Para buruh migran di kota-kota besar, yang biasanya memanfaatkan Imlek untuk pulang kampung, diberi insentif hingga 1.000 Yuan (setara Rp2,1 juta) supaya tetap di kos saja. Beberapa pemkot bahkan berinisiatif menggratiskan akses masuk taman hiburan supaya warga perantau tetap bertahan di kota besar saat Imlek.

Bukan cuma uang yang dipakai buat iming-iming. Pemerintah Kota Changsha menawarkan paket data setara 30 gigabyte gratis bagi perantau yang bersedia tidak pulang kampung, ditambah 200 e-book gratis, hingga masker kain bermotif lucu cuma-cuma. Semua syaratnya sama: jangan pulang kampung dulu untuk Imlek 2021.

Di Tiongkok diperkirakan ada 291 juta buruh migran dalam negeri, yang merantau dari desa menuju kota besar macam Beijing, Shanghai, Shenzhen, hingga Guangdong. Mayoritas bekerja di sektor informal, dan KTP-nya tetap mengikuti daerah asal. Seringkali mereka adalah orang tua yang meninggalkan anaknya di desa, dan memanfaatkan Imlek sebagai satu-satunya peluang bertemu buah hati setelah setahun membanting tulang cari nafkah.

Setelah tahun lalu mudik Imlek disetop paksa, pemerintah setempat khawatir banyak buruh migran bakal nekat pulang untuk 2021. Itu sebabnya perlu ada insentif tambahan supaya mereka bersedia menunda rencana pulang kampung.

Selain iming-iming itu, syarat bagi yang nekat mau pulang kampung cukup berat. Harus ada hasil tes swab negatif, serta 14 hari menjalani isolasi mandiri. Proses isolasi akan dimonitor petugas desa setempat, agar warga tersebut tidak ke mana-mana sesudah pulang kampung. Karena libur Imlek lazimnya hanya semingguan lebih, berarti mereka yang berkukuh pulang betulan tidak bisa ke mana-mana.

Dan ingat ini Tiongkok, kalau pemerintah sono bilang “memantau” pergerakan warga, percayalah, hal itu memang dapat mereka lakukan. Bisa dibilang, memutuskan nekat pulang pada Imlek 2021 di Tiongkok lebih sulit daripada dapat duit Rp2 juta tanpa harus melakukan apa-apa.

Follow Viola Zhou di Twitter.