10 Pertanyaan Penting Ingin Kalian Ajukan Pada Sosok Operator Warnet

Puluhan tahun ke depan, warung internet (warnet) akan menjadi artefak bersejarah bagi generasi milenial Indonesia. Nilai nostalgia layanan warnet amat tinggi, khususnya untuk mereka yang tumbuh besar sepanjang dekade 90’an maupun awal 2000-an di negara ini. Dari bilik warnetlah, generasi tersebut berjumpa pertama kali dengan nama-nama email alay, gliter dan dekorasi norak di friendster, serta ratusan lembar lirik dan akor gitar siap cetak. Buat sebagian orang lainnya, warnet adalah perjumpaan akil balig pertama mereka dengan… pornografi. Yak, tidak salah lagi. Ngapain lagi coba alasan bocah SMP rela berdesak-desakan di bilik sempit itu.

Makanya, awal dekade 2000-an, reputasi warnet lekat dengan remaja tanggung yang gemar bolos sekolah dan bersembunyi di bilik hingga waktu pulang sekolah tiba. Dalam seminggu mesti ada jatah sekali membuka friendster mengecek testimoni, atau jaga-jaga jika ada lagu emo rilisan baru.

Videos by VICE

Sangat mungkin kalian mengira semua hal di balik bilik hanya diketahui olehmu atau orang di samping kursi. Kalian salah besar. Ada orang-orang yang kalian lupakan punya andil besar dalam perjumpaan pertamamu dengan budaya internet. Merekalah para administrator pembayaran jasa warnet, atau biasa disebut operator. Ingatlah pada sosok yang siap membantu jika kalian gaptek itu, atau apes-apes tertawa setelah tahu kalian sedang buka apa di mozilla firefox dulu.

Seiring makin pesatnya penetrasi internet lewat ponsel, dan bertambah murahnya jaringan internet rumahan di Tanah Air, bisnis warnet pun ikut lesu. Di kawasan jabodetabek, warnet tinggal melayani game online. Selama masih ada warnet, akan tetap ada pula sosok operator. Nah, ketika warnet masih melayani semua kebutuhan kita internetan, operator merupakan manusia yang sebetulnya selalu mengawasi setiap perilaku pelanggan.

Operator tahu persis sisi gelap bisnis penyewaan internet—khususnya bila warnet tersebut punya bilik tinggi. Satu dekade lalu, warnet berbilik tinggi sih konon bukan buat googling, melainkan untuk meluapkan nafsu lucah pelanggan. Yakali mau pada googling, sementara yang masuk berduaan dan tampak mesra. Barangkali main minesweeper atau ngerjain tugas kuliah bareng, kata orang yang berusaha berpikiran positif. Tapi kok biliknya goyang-goyang?!

Nah, sosok yang pantas membicarakan lika-liku profesi operator warnet tak lain dan tak bukan adalah Agus Mulyadi. Blogger yang kalian kenal dengan julukan Agus Magelangan atau Gus Mul ini mencicipi karir cukup panjang di dunia warnet seputaran Yogyakarta dan Magelang. Pemimpin Redaksi situs Mojok yang baru saja merilis buku baru itu masih sangat fasih menceritakan seluk beluk pekerjaannya dulu.

Artinya, dia memang cocok untuk kami libatkan sebagai narasumber kolom ’10 Pertanyaan Penting’ ala VICE. Mulai dari pengalamannya menyaksikan pasangan mesum, apa saja dosa para pelanggan warnet, apa prasyarat jadi operator, serta kecurangan macam apa yang pernah dia lakukan sebagai operator. Semua rahasia diungkap tanpa tedeng aling-aling.

Berikut cuplikan obrolan kami:

VICE: Apa alasanmu dulu memilih jadi operator warnet?
Agus Mulyadi: Mulai 2009 sampai 2014, sekitar empat tahun. Sejak lulus SMA, saya jaga warnet di Jogja. Awalnya di warnet persis depan GOR UNY, terus 2011 itu saya jaga warnet di Magelang. Saya pernah jaga di tiga warnet dalam empat tahun. Sebenarnya murni karena keterpaksaan. Karena pas SMA saya akrab di dunia warnet, karena kalau malam memang saya sering nongkrong di warnet, mulai tahu soal billing. Nah dari situ mulai sama teman saya diminta untuk jaga warnet, jadi keterusan deh. Nah keterpaksaannya, karena saya merasa tidak punya skill lain selain jaga warnet. Karena tubuh saya kecil, kalau disuruh kerja berat enggak bisa. Jadi warnet jadi salah satu pekerjaan yang menjadi masuk akal buat saya. saya merasa itu (warnet) hidup saya. Ketika warnet tempat bekerja saya yang pertama tutup, saya cari pekerjaan lain ya jaga warnet lagi.

Apa saja keuntungan yang dimiliki operator warnet?
Pertama, seorang operator warnet tahu apa yang dibuka oleh pengguna warnet yang lain. Kalau buat saya pribadi karena dulu masih muda, saya sambil cari tahu facebook pengguna warnet yang cantik-cantik. Kita lihat-lihat gitu mantau mereka lagi buka apa dari komputer operator bisa langsung tahu. Itu sederhana sih tapi buat saya itu menyenangkan banget. Intinya kita punya akses buat lihat mereka (pengguna) lagi buka apa saja. Program billing, ingat nggak yang ketika orang masuk warnet ada lumba-lumba biru menyebalkan itu? Nah di situ ada menu yang bisa lihat mereka buka apa saja. Sebenarnya melanggar privasi ya. Tapi ya mau gimana lagi, orang ada fasilitasnya.

Apa saja penyalahgunaan kekuasaan yang bisa dilakukan operator warnet?
Saya pernah jaga warnet yang ownernya kurang peduli dengan data dan rekap keuangan. Saya dulu memang anak nakal, jadi tahu password administrator juga. Kadang saya main curang. Misalnya ada orang yang main, nah itu tagihannya kita kosongkan, jadi pas pelanggan bayar, uangnya masuk ke kantong kita. Misalnya tagihan buat si pengguna Rp4000 nih, nah yang kita masukkan pembukuan cuma Rp1.000, sementara Rp3.000-nya buat kita. Pernah juga kayak gitu. Kalau di warnet pertama saya enggak berani dan enggak tahu passowordnya dan yang punya tetangga saya jadi enggak enak. Kalau di warnet kedua, berani karena memang teman saya yang jaga warnet sebelumnya melakukannya. Saya pengin juga.


Tonton dokumenter VICE mengenai desa yang sanggup menghasilkan ratusan judul film independen dan kini dikenal berkat julukan wakaliwood:


Seperti apa sih alur kerja operator warnet dari awal sampai pulang?
Ya dari buka warnet, terus kita bersihkan bilik-bilik dari sampah, abu rokok, dan lainnya. Lalu pastikan bahwa komputer klien bisa digunakan dengan baik. Sambil nunggu orang datang ya cuma duduk-duduk aja di meja. Pekerjaan yang sebenarnya membosankan sekali. Paling diisi nonton film, youtube-an, facebook-an. Standar saja.

Apa saja jenis-jenis pengguna warnet yang menyebalkan?
Beberapa diantaranya itu adalah, pertama, orang yang baru sampai warnet tapi dia langsung buka tabs banyak banget dan bikin komputer yang lain jadi lemot (internetnya). Beberapa tabs yang isinya youtube semua yang bikin lemot. Kalau begitu, biasanya saya aktifkan pembagian koneksinya. Kedua, orang yang biasanya begitu masuk bilik dia pasang headset terus dia nyanyi kencang banget. Ketiga, biasanya orang yang enggak tahu gimana caranya main internet. Keempat, orang yang suka nonton porno di bilik. Karena sebenarnya jijik aja, kalau misalnya dia onani di dalam bilik. Kalau pas nanti kita beres-beres bilik, terus ada yang lengket-lengket di bilik, kan jijik.

Sosok pelanggan warnet paling menyebalkan pernah kamu temui selama kerja seperti apa?
Aku pernah nemu yang pulang cuma buat makan terus balik lagi, main lagi. Dia main game football manager, dan dia pulang cuma buat makan aja. Kalau ngusirnya kita bilang, “mas kita mau tutup.”

Benarkah operator bisa ikut nonton konten porno yang dibuka pelanggan warnet?
Iya, bahkan ada aliran-alirannya, saya hafal. Ada yang dateng itu selalu buka bokep yang She-Male, cewek tapi punya titit. Terus ada juga yang suka bokep jenisnya swing, yang tukar pasangan. Ada yang sukanya BDSM, itu banyak banget. Saking hafalnya, tiap kali mereka datang saya bisa ingat, “Oh ini si yang sukanya BDSM”; “Oh ini si yang sukanya She Male.”

Apa betul tinggi-rendahnya bilik warnet dulu jadi faktor penentu popularitas warnet karena banyak pelanggan berpasangan datang karena ingin mesum?
Dulu memang karena bilik, jadi orang punya privasi. Semakin lama ketika kecenderungan orang itu sekarang kan bukan lagi kayak dulu nonton video atau sosial media, sekarang jadi kayak games center, di mana komputer saling berhadapan. Orang udah enggak berani lagi seperti dulu. Karena banyak orang udah enggak perlu lagi ke warnet. Warnet terakhir yang saya jaga udah enggak tinggi. Dalam konteks seks yang penis masuk ke vagina sih aku belum pernah lihat di bilik, tapi kalau sekedar pegang-pegang itu pernah.

Betulkah operator warnet harus bisa jadi orang IT yang paham semua masalah komputer dan internet?
Setidaknya harus ngerti komputer dan nanti bisa dipelajari. Tapi ada beberapa hal juga yang enggak perlu bisa, kayak meng-install ulang program, itu enggak perlu. Karena biasanya di tiap warnet mereka sudah punya teknisi sendiri yang khusus instal ulang. Kalau masalah koneksi itu sih sudah standar. Biasanya sih kalau ada masalah, kita bilang ke kustomer: “aku restart dulu ya” padahal kadang-kadang aku pun enggak nge-restart sih.

Lebih susah mana buat operator ngurusin bocah-bocah main game atau orang tua gaptek?
Lebih ngeselin bocah. Karena kalau bocah itu dikasih pengertian, orangnya enggak mau tahu. Kalau orang tua kan mending karena mereka pasrah merasa enggak tahu apa-apa. Jadi kita mau gimana pun dia bakal nurut. Nah kalau anak kecil tuh sebaliknya, misalnya gamenya macet, mereka bakal ngotot, “kemaren aja bisa kok.” Kalau orang tua gaptek ya diam saja, dan dia menyerahkan semuanya ke orang yang lebih “pinta” walaupun kita enggak pintar-pintar amat. Terus kalau anak kecil paling main sebentar, bayar cuma Rp3000 tapi bilik dipakai 5 orang. Kalau orang tua kadang ngasih tips.


10 Pertanyaan Penting adalah kolom VICE Indonesia untuk mengajak pembaca mendalami wawancara bersama sosok yang jarang disorot, padahal sepak terjangnya bikin penasaran. Baca juga wawancara dalam format serupa dengan topik dan narasumber berbeda di tautan berikut:

10 Pertanyaan yang Selalu Ingin Kamu Sampaikan Pada Polisi Pembakar Narkoba

10 Pertanyaan Ingin Kalian Ajukan Pada Pengacara Teroris

10 Pertanyaan Penting Untuk Pengusaha Judi Online Tanah Air