Kekerasan Seksual

Seorang Perempuan Jadi Korban 'Pemerkosaan Beramai-Ramai' di Metaverse Facebook

"Baru juga semenit masuk Metaverse, saya sudah dilecehkan segerombolan avatar lelaki," ungkap perempuan asal London itu.
Avatar CEO Facebook Mark Zuckerberg memperkenalkan Meta dalam acara virtual pada 28 Oktober 2021. (Michael Nagle/Bloomberg via Getty Images)
Avatar CEO Facebook Mark Zuckerberg memperkenalkan Meta dalam acara virtual pada 28 Oktober 2021. (Michael Nagle/Bloomberg via Getty Images)

Seorang perempuan mengaku telah “diperkosa ramai-ramai” ketika mencoba metaverse atau dunia virtual baru ciptaan Facebook.

“Baru juga semenit masuk [Metaverse], saya mendapat pelecehan verbal dan seksual oleh 3-4 avatar laki-laki yang memiliki suara laki-laki. Mereka memerkosa avatar saya dan memfoto [kejadiannya],” tulis Nina Jane Patel, ibu berusia 43 di London, di blog Medium. Postingannya diunggah Desember lalu, tapi baru naik ke permukaan belakangan ini. “Mereka berteriak, ‘Ngaku aja kamu menikmati’ dan ‘Raba-raba tubuhmu sambil lihat foto ini’ saat saya mencoba kabur.”

Iklan

“Pengalaman itu sangat surreal,” imbuhnya. “Benar-benar mengerikan.”

Dunia virtual ternyata tak terbebas dari masalah kekerasan seksual. The Verge mengungkapkan awal Desember lalu, ada penguji beta yang melapor avatarnya telah diraba seseorang tanpa persetujuannya. “Pelecehan seksual memang masalah serius di internet, tapi VR membuat kejadiannya lebih intens,” terang perempuan yang menjadi penguji beta. “Saya tak sebatas diraba-raba kemarin malam. Beberapa orang justru mendukung perbuatan ini, yang akhirnya saya merasa terkucilkan di Plaza.”

Kepada The Verge, Vivek Sharma selaku wakil presiden Horizon “amat menyayangkan” kejadian tersebut. Dia mengatakan, hal ini bisa terjadi karena penguji beta tidak mengaktifkan fitur keamanan yang dapat mencegah avatar orang berinteraksi dengan milikmu. Walaupun begitu, Vivek menyebut ini “masukan yang bagus” untuk mereka.

Kolumnis The Guardian Arwa Mahdawi mengutuk tanggapan pihak Horizon terkait masalah ini. Menurutnya, mereka melanggengkan “kebiasaan menyalahkan korban”.

“Ini sama saja seperti menyuruh perempuan diam di rumah supaya tidak dilecehkan. Hanya saja ini versi digitalnya,” tulis Arwa. “Ini misogini kuno yang dikemas ulang untuk era digital.”

Tahun lalu, Mark Zuckerberg mengumumkan rencananya mengubah nama induk perusahaan Facebook menjadi “Meta”, dan menciptakan dunia digital masa depan. Avatar kita bisa melakukan apa saja di dunia ini, mulai dari berkumpul bersama teman-teman, menonton konser hingga belanja ke supermarket.

“Kami meminta maaf atas kejadian ini. Harapan kami Horizon Venues bisa memberikan pengalaman positif kepada semua orang, dan mereka mudah mencari alat untuk melindungi diri saat menghadapi situasi seperti ini—serta dapat membantu kami menyelidiki masalahnya dan mengambil tindakan,” juru bicara Meta Joe Osborne menjelaskan dalam pernyataan yang dikirim melalui email. Horizon Venues kurang lebih seperti sarana atau tempat untuk mengadakan acara virtual.

“Kami berkomitmen menciptakan lingkungan yang aman di Horizon Venues,” lanjutnya. “Kami akan terus melakukan peningkatan sembari mempelajari cara orang berinteraksi di ruang-ruang ini, terutama dalam hal mempermudah orang melaporkan sesuatu.”

Nina menjabat sebagai wakil presiden divisi riset di perusahaan metaverse lain. Berdasarkan tulisannya di Medium, dia tak sempat menggunakan fitur keamanan karena kejadian berlangsung begitu cepat. Dia juga menerima tanggapan yang kurang menyenangkan dari sejumlah pembaca. “Kalau mau aman, gak usah pakai avatar perempuan. Gampang, kan?” seseorang berkomentar. Sementara itu, orang lain menganggap dia cuma “cari perhatian”.