Cacar Monyet

Narasi Liar Bertebaran di Medsos Soal Cacar Monyet

Teori konspirasi seputar cacar monyet seringkali bertentangan dengan fakta sains. Kebanyakan kelompok sayap kanan mendisreditkan kelompok gay atas wabah ini.
Tenaga kesehatan memberi vaksin cacar monyet
Tenaga kesehatan memberi vaksin cacar monyet di Clalit Medical Center, Tel Aviv, Israel, pada 31 Juli 2022. Foto via Getty Images/Xinhua News Agency.

Sejumlah jajak pendapat di Amerika Serikat memperlihatkan kesadaran masyarakat terhadap cacar monyet telah meningkat sejak Mei 2022. Namun, sudah banyak juga teori konspirasi yang berseliweran tentangnya, mengingatkan kita pada awal penyebaran virus Covid-19 dua tahun lalu. Kelompok sayap kanan memanfaatkan situasi untuk melancarkan agenda anti-LGBTQ mereka, menyusul rumor virusnya berkaitan erat dengan pria gay. Sementara itu, kaum anti-vaksin di Negeri Paman Sam menganggap remeh ancaman wabah.

Iklan

Jajak pendapat terbaru yang dirilis oleh Pusat Kebijakan Publik Annenberg Universitas Pennsylvania pada 29 Juli menunjukkan, sementara 80 persen responden mengaku tidak takut kena cacar monyet, 69 persen di antaranya telah mengetahui virus ditularkan melalui kontak dekat dan berkepanjangan dengan pasien. 

Bagian yang paling mengkhawatirkan adalah, 26 persen responden tidak tahu seseorang bisa terinfeksi cacar monyet karena bersentuhan dengan penderita, sedangkan 51 persen tak yakin vaksinnya beneran ada. Padahal, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui penggunaan vaksin cacar untuk mencegah penularan cacar monyet. 

Para responden kemudian diminta pendapatnya tentang teori konspirasi yang beredar terkait cacar monyet. Sebanyak 34 persen sulit menentukan benar tidaknya virus ini “hasil rekayasa laboratorium”, yang sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teorinya. Desas-desus virus sengaja diciptakan hanyalah cerita lama yang akan muncul setiap ada krisis kesehatan baru. Pandemi Covid-19 sempat menjadi sasaran rumor ini.

Lalu ada anggapan wabah tersebut hanyalah “pengalihan isu untuk menutupi kegagalan pemerintahan [Joe] Biden”. Para peneliti menemukan sebanyak 10 persen responden menduga itu benar adanya. 21 persen responden tak yakin cacar monyet disebabkan oleh paparan sinyal 5G, suatu teori yang juga pernah diusulkan tentang penularan Covid-19.

Kurangnya informasi yang diterima masyarakat dapat menjadi pupuk yang menyuburkan teori konspirasi, sehingga berpotensi meningkatkan ketidakpercayaan publik terhadap penyakit dan vaksin yang digunakan.

“Sudah waktunya kita bertindak guna membendung informasi yang keliru tentang cacar monyet,” terang Kathleen Hall Jamieson, direktur Pusat Kebijakan Publik Annenberg, dalam siaran pers. “Pakar kesehatan masyarakat memiliki peranan penting menyediakan informasi akurat tentang penularan virus dan pencegahannya kepada individu yang khawatir. Negara perlu memprioritaskan pemberian vaksin kepada kelompok yang berisiko tinggi.”