FYI.

This story is over 5 years old.

ancaman bom

Begini Pengalamanku Ketika Pilot Mengumumkan Ada Bom di Pesawat yang Kutumpangi

Pada 26 Maret 2019, pesawat Singapore Airlines dengan 263 penumpang diancam bom oleh seseorang. Kasus ini menguap dengan misterius, menimbulkan kebingungan bagi salah satu penumpang.
Begini Pengalamanku Ketika Pilot Mengumumkan Ada Bom di Pesawat Singapore Airlines 26 Maret 2019
Foto ilustrasi dari Unsplash

Pada Selasa, 26 Maret 2019, pilot penerbangan Singapore Airlines SQ423 mengumumkan kepada penumpang ada ancaman bom di pesawat. Setelah dikawal jet militer, pesawat tersebut mendarat dengan aman di Bandara Changi. Sekitar 30 menit sebelum mendarat, para penumpang diberitahu mengenai ancaman tersebut. Setelah pesawatnya diperiksa, tidak ditemukan satupun barang mencurigakan.

Juru bicara Singapore Airlines memberitahu VICE: "Singapore Airlines mengkonfirmasi adanya ancaman bom pada penerbangan SQ423 dari Mumbai ke Singapura. Pesawat tiba di Singapura pada 26 Maret 2019 pukul 0800 waktu setempat. Ada 263 penumpang di pesawat. Kami kini membantu penegak hukum untuk menyelidiki kasus ini. Dengan menyesal kami belum bisa memberi penjelasan lebih lanjut mengenai siapa pelaku ataupun detail ancaman yang dimaksud."

Iklan

VICE berbicara dengan Vijay Singh, salah seorang penumpang di SQ423. Vijay adalah staf VICE Asia. Dia menceritakan kembali pengalamannya di momen kritis tersebut.


Aku berada dalam penerbangan dari Mumbai ke Singapura pada Senin malam, tanggal 25 Maret. Awalnya aku tidur nyenyak sepanjang penerbangan. Aku terbangun ketika kru mulai menyalakan lampu dan meminta kami menegakkan sandaran kursi. Pada saat kru membuat pengumuman kedua, aku sudah sepenuhnya sadar. Mereka bilang: "Bapak dan ibu, kemungkinan ada bom di pesawat ini. Kemungkinan ini hanya hoax tapi kami masih menyelidiki situasinya. Ada satu jet F-16 yang akan mengantar kita kembali ke bandara."

Mendadak memang terlihat sebuah jet F-16 dari jendela. Lalu ada yang kedua. Setelah pengumumannya, semua penumpang sibuk ngobrol dengan satu sama lain. Suasananya tegang. Banyak orang bingung dan cemas. Ada beberapa orang yang merekam F-16 di samping pesawat kami pakai kamera ponsel.

Keberadaan jet militer itu tidak membuatku merasa lebih tenang. Justru penumpang merasa situasinya semakin serius. Maka itu, aku tidak ingin merekamnya. Bagaimana kalau ini detik-detik terakhirku hidup di dunia?

Sambil melihat ke arah jet, aku kepikiran: apa yang akan mereka lakukan kalau benar-benar ada bom di pesawat ini? Apakah pesawat kami bakalan ditembak agar Singapura terlindungi? Kenapa harus pesawat militer? Kenapa harus F-16 yang mengawal kami? Memangnya mereka bisa membantu kami menjinakkan bom?

Iklan

Aku penasaran, apakah aku bisa lepas dari situasi hidup atau mati ini. Suasananya seperti adegan film. Penumpang ngobrol dengan gugup. Kru pesawat berusaha tampak tenang, tapi mereka sendiri juga terlihat cemas. Aku sempat berpikir, Siapa yang akan mengurus anak-anakku kalau ada yang terjadi pada pesawat ini? Aku harus menghadapi kemungkinan akan mati kapan saja.

Ada anak kecil yang duduk di belakangku dan bertanya kepada ibunya: "Mama, kita baik-baik saja kan? Kita bakalan sampai Changi, kan?"

Bagi sebagian besar orang, sulit untuk bisa tenang di tempat tertutup dan diberitahu ada bom di situ. Tidak ada jalan keluar. Kami tidak bisa melarikan diri. Yang bisa kami lakukan hanya duduk dan berharap semua baik-baik saja. Keluarga bercakap dengan satu sama lain dengan nada panik. Semua orang melihat ke luar jendela. Jet F-16 terbang dekat sekali dari pesawat kami.

Untungnya tidak ada yang berteriak atau panik. Tapi kamu bisa membayangkan pikiran yang ada di benak kami. Ada pasangan, orang tua bersama anak-anaknya, serta teman-teman. Secara psikologis, tentu saja semua orang sedang berada dalam situasi sulit.

Anak kecil yang duduk di belakangku bertanya kepada ibunya mengapa ada jet militer di luar, dan ibunya berusaha meyakinkan anaknya kalau situasi baik-baik saja. Di depanku, ada seorang ayah dan anak remajanya membahas pengumumannya dan meragukan apa yang mereka dengar. Anaknya yakin bomnya cuma hoax.

Iklan

Anehnya, pilot tidak membuat pengumuman lagi. Kalau ada isu-isu cuaca, pasti pilotnya akan memberi kami update setiap sepuluh menit. Saat itu, kami diberitahu tentang ancaman bom tanpa kabar terbaru sama sekali. Hal itu membuat kami tambah cemas.

Pesawat jetnya terbang menjauh begitu kami berada di atas bandara Changi. Saya merasa sangat lega karena akhirnya mendarat dengan aman. Tapi, kami tidak langsung diizinkan turun. Ketegangan yang dirasakan seluruh penumpang segera menguap setelah pesawatnya menyentuh tanah tanpa masalah.

Sejumlah laki-laki bertanya dengan suara keras ke arah awak kabin. Mereka ingin segera turun karena takut ketinggalan pesawat selanjutnya. Kami harus melalui pemeriksaan keamanan tambahan ketika turun dari pesawat. Tak ada lagi yang dikatakan setelahnya. Saya langsung pulang ke rumah. Saya amat bahagia bisa bertemu kembali dengan keluargaku.

Seminggu kemudian, saat saya mengenang kembali rangkaian kejadian itu, rasa takutku berubah menjadi bingung dan frustrasi. Tak ada satu pun orang yang membicarakan soal ancaman bom tersebut. Singapore Airlines bahkan tidak pernah memberikan kabar selanjutnya kepada penumpang. Mereka seakan bilang kalau saya bisa saja mati di pesawat saat itu, tapi karena semua baik-baik saja, lupakan saja lah insiden tersebut.

Saya jadi penasaran mengapa pilot membuat pengumuman seperti itu? Bukankah aneh jika pilot memberi tahu orang ada bom di dalam pesawat, padahal mereka sendiri belum tahu kebenarannya? Apa perlunya membuat pengumuman itu? Apa untungnya menakut-nakuti orang banyak? Apakah menurut mereka penumpang lebih baik mengetahui kemungkinan yang bisa saja terjadi?

Sejumlah media kemudian melaporkan jika seseorang menghubungi maskapai dan memberi tahu ada bom setelah pesawat lepas landas. Anehnya, awak kabin mengumumkan beritanya setengah jam sebelum pesawat mendarat. Seandainya ancaman itu benar adanya, bukankah pilot sebaiknya melakukan pendaratan darurat?

Lalu bagaimana dengan nasib seorang penumpang anak-anak dan perempuan yang ditahan untuk diinterogasi? Siapa mereka? Di mana mereka? Apa hubungannya mereka dengan rumor bom itu?

Seminggu setelah insiden tersebut, saya bersyukur masih bisa selamat. Akan tetapi, saya masih menunggu berbagai kejelasan dari insiden misterius ini.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.