Ini baru namanya drama media sosial. Pastikan Anda sudah dalam posisi paling nyaman saat membaca kisah ala The Queen’s Gambit made in Indonesia ini.
Awalnya adalah Dadang Subur (bukan yang “eyang”), pensiunan pecatur profesional asal Bandung, menjajal main catur daring di situs chess.com. Menggunakan nama akun “Dewa Kipas”, platform tersebut membuat Dadang bisa bertanding melawan pecatur seluruh dunia, tergantung rankingnya di situs tersebut. Dadang emang cinta catur dan pengin banget bertanding di level tertinggi dengan para Grandmasters (GM) dan International Masters (IM). Makanya, Dadang ngebut bermain non-stop, membuatnya sampai ke rangking tinggi dalam waktu singkat.
Videos by VICE
Suatu hari atas izin algoritma, Dadang bertanding melawan Levy Rozman yang di situs itu punya akun bernama GothamChess. Levy adalah seorang pecatur profesional asal New York sekaligus YouTuber berpengikut hampir 700 ribu. Ia kerap menyiarkan langsung permainan caturnya di chess.com via platform live streaming Twitch. Tidak terkecuali hari tersebut, pertandingan catur cepatnya (rapid chess) melawan Dewa Kipas yang disaksikan ribuan pasang mata pengikut Levy.
Pertandingan dimenangkan Dadang, bikin Levy meratap di depan pendukungnya. Bagaimana mungkin seorang IM populer kalah bermain catur melawan seorang antah berantah dari Indonesia? (Video pertandingan bisa disaksikan di sini).
Dari sana masalah dimulai. Pendukung Levy merasa Dadang pasti berbuat curang, menggunakan aplikasi yang dikendalikan kecerdasan buatan untuk memprediksi langkah-langkah catur yang harus diambil demi mengalahkan Levy. Investigasi pun segera digelar secara mandiri oleh para simpatisan Levy.
Penggemar Levy menyebut Dadang diduga curang karena beberapa hal. Pertama, akurasi permainan Dadang tercatat di atas 90 persen. Angka tersebut dinilai terlampau tinggi, bahkan untuk ukuran profesional sekalipun. Makanya, Dadang dituduh pakai bot dari aplikasi lain buat mencurangi permainan.
Kedua, Elo (sistem peringkat dalam catur) mencatat peringkat catur cepat Dadang naik drastis tiga minggu terakhir, mencapai 2.300 (setingkat GM dan IM) dari yang semula 800 (pemula). Ketiga, meski rating catur cepatnya tinggi, rating catur kilat (blitz chess) Dadang rendah sehingga orang-orang makin curiga ini pak-bapak beneran jago enggak sih.
Dari sana, penggemar Levy ramai-ramai mengirim pesan penuh amarah ke akun Dadang sembari mengadukan Dadang sebagai pemain curang ke chess.com. Situs ini merespons cepat dengan segera ngeblokir akun Dewa Kipas. Klarifikasi chess.com sih mereka ngeblokir bukan semata karena aduan, melainkan ditambah hasil kajian tim fair play’ nternal mereka.
Dadang pasrah saja, anaknya tidak. Ali Akbar, anak Dadang, memutuskan membawa kasus ke pengadilan internet setelah ayahnya dirundung pakai bahasa enggres. Lewat sebuah postingan Facebook, Ali mengumumkan gimana akun Dewa Kipas diperlakukan tidak adil.
Ali kemudian bertindak layaknya kuasa hukum. Ia membeberkan alasannya membela sang ayah. Pertama, akurasi permainan 95 persen bisa dicapai karena bapaknya selalu berlatih melawan Shredder Chess, kecerdasan buatan yang main caturnya superjago. Kata Ali, Dadang juga selalu mencatat setiap langkah yang diambil Shredder Chess untuk dipelajari.
Kegiatan analisis ia anggap berperan menghasilkan bikin waktu pengambilan langkah Dadang jadi mirip mesin. Kedua, rating ayahnya bisa naik drastis dalam waktu singkat karena memang ayahnya emang bermain tanpa henti. Ketiga, bapaknya hanya bermain catur cepat, sementara Ali lah yang memainkan catur kilat dan mode-mode lain di chess.com, makanya ratingnya rendah.
Dari sini, netizen Indonesia mendapat justifikasi penuh untuk melancarkan serangan balik. Akun media sosial Levy dibombardir dengan komentar berbahasa Indonesia. Ada yang menghardik kelakuan penggemarnya yang asal main lapor, ada yang sekadar memantau keributan tapi tetep komen, ada juga yang menyindir Levy karena kalah sama “bapak-bapak ronda”.
Melihat kerusuhan sudah tidak terkendali, Levy lantas menghubungi Ali Akbar. Dari postingan terbaru di Facebook Ali, mereka sepakat menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Levy disebut meminta maaf karena pendukungnya sudah menuduh Dadang berbuat curang. Ia juga berjanji akan mengadakan acara yang melibatkan pecatur Indonesia sebagai gantinya.
Sementara, pemblokiran Dewa Kipas sendiri sudah diikhlaskan Dadang dan ia tidak minta dikembalikan. Kata Dadang, permainan itu emang bikin doi suka lupa waktu sehingga muncul niat berhenti main. Kedua belah pihak sepakat menganggap pemblokiran sebagai kesalahan sistem anti-kecurangan chess.com.
Melihat bagaimana reaksi penggemar Levy menyerang akun Dadang, Microsoft kayaknya bisa memperbaharui data deh, soal tingkat kesopanan netizen di dunia. Soalnya, Amerika Serikat, tempat Levy berasal, didapuk ada di posisi tiga sebagai negara dengan pengguna internet tersopan di dunia (meski emang enggak pasti semua pengikutnya berasal dari sana.)
Teruntuk Indonesia, serangan balik yang dilancarkan secara bertubi-tubi dengan berbagai gaya pengucapan cukup meyakinkan kita semua bahwa status juara tidak-sopan dari Microsoft masih akan sulit dikalahkan negara lain dalam beberapa tahun ke depan.