Kebocoran Minyak

Pipa Gas Bocor yang Bikin Teluk Meksiko Terbakar Diklaim Akibat Sambaran Petir

Insiden kebocoran pipa dari kilang lepas pantai milik Pemex itu memicu diskusi soal efek perubahan iklim dan keamanan distribusi migas masa kini.
bola api viral di Teluk Meksiko disebabkan pipa kilang Pemex yang bocor tersambar petir
FOTO KEBAKARAN PIPA DI KILANG TELUK MEKSIKO dari TWITTER / MANUEL LOPEZ SAN MARTIN 

Foto bola api yang muncul di tengah laut Teluk Meksiko pekan lalu viral karena tidak lazim dibanding kecelakaan industri migas lainnya. Banyak pihak menyorot sistem keamanan distribusi produk migas dari kilang lepas pantai akibat insiden tersebut. Setelah penyelidikan tiga hari Petróleos Mexicanos (Pemex), BUMN migas Meksiko yang mengelola kilang tersebut, meyakini kebocoran pipa gas mereka akibat sambaran petir.

Iklan

Kebocoran terjadi pada 2 Juli 2021, di Teluk Campeche, Meksiko, pada pukul 05.15 pagi waktu setempat. Salah satu sambungan pipa beberapa jam sebelum insiden ternyata sudah bocor. Namun luapan gas metan itu akhirnya terbakar ketika petir menyambar permukaan air.

Pipa tersebut menyalurkan hasil ekstrasi kawasan blok migas Ku-Maloob-Zap, yang menjadi salah satu kilang lepas pantai paling produktif bagi Pemex. Lewat keterangan tertulis, Pemex menyatakan saat kejadian badai sedang melanda teluk Meksiko. Akibatnya, luapan gas di permukaan terbakar, menciptakan bola api di laut yang sekilas seperti gambaran gerbang neraka di film-film.

Pengamat industri, maupun aktivis lingkungan, menyorot insiden ini sebagai dampak dari perubahan iklim yang nyata terjadi. Kemampuan industri migas merespons iklim yang semakin sulit diprediksi turut jadi sorotan, karena tidak ada jaminan sistem pipa kilang lepas pantai lainnya sanggup memitigasi kemungkinan tersambar petir.

Berdasar penyelidikan Pemex, dan belum melibatkan sumber independen, kondisi ekosistem laut di sekitar kejadian tidak mengalami kerusakan. Sebab bola api disebut hanya muncul di sekitar permukaan samudra. Bola api itu disebut Pemex bisa bertahan selama beberapa jam karena mendapat pasokan oksigen di atas permukaan laut. Tim pemadam Pemex, yang melibatkan tiga kapal, baru bisa menjinakkan bola api itu dan menutup kebocoran pipa lima jam setelah ledakan terjadi.

Iklan

Klaim Pemex didukung oleh Angel Carrizales, Kepala Badan Pengelolaan Migas Meksiko (ASEA). Namun publik mempertanyakan posisi regulator yang menerima hasil penyelidikan Pemex begitu saja, mengingat mustahil gas yang bocor dari pipa tidak mengganggu ekologi laut di sekitar kilang.

Lewat keterangan tertulis yang dirilis pada 6 Juli 2021, Greenpeace Meksiko bersama dua puluhan organisasi lingkungan lainnya mengkritik sistem keamanan Pemex. Koalisi LSM itu juga mengkritik mekanisme pengeboran minyak lepas pantai selama ini, yang memiliki risiko tinggi bagi lingkungan serta para pekerjanya.

Lembaga tersebut menuding Pemex terus mempertahankan infrastruktur pengeboran dan distribusi migas yang sudah menua, sehingga ledakan di tengah laut itu sampai bisa terjadi. “Pemex adalah perusahaan migas yang tidak mempedulikan prinsip keberlanjutan, dan menghadirkan risiko besar bagi lingkungan Meksiko,” demikian kutipan sikap bersama aliansi LSM setempat.

Koalisi mendesak Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador untuk menyetop proses produksi di semua kilang lepas pantai negara mereka, mendorong peralihan ke sumber energi terbarukan, serta melarang proses fracking menjadi metode pencarian migas di darat.

Iklan

Pemex sepanjang sejarah berdirinya berulang kali mengalami kebocoran dan kecelakaan kerja. Ledakan di Campeche itu adalah kecelakaan ketiga yang dialami fasilitas ekstraksi migas Pemex sepanjang 2021. Sementara merujuk investigasi the Guardian pada 2019, Pemex merupakan perusahaan urutan ke-9 yang menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

Sistem keamanan Pemex menjadi sorotan banyak lembaga, sebab BUMN migas itu memiliki utang miliaran dollar, merujuk laporan keuangan terbaru yang terbit akhir 2020. Situasi keuangan yang buruk dikhawatirkan membuat Pemex tidak memiliki kemampuan untuk meremajakan pipa dan infrastruktur kilang-kilang mereka.

Pablo Ramírez, selaku Peneliti Perubahan Iklim Greenpeace Meksiko, menuding insiden ini akan memiliki dampak merusak yang besar bagi ekologi Teluk Meksiko secara keseluruhan. “Wilayah laut di Teluk Meksiko merupakan rumah bagi beberapa spesies yang di ambang kepunahan, misalnya hiu kepala martil dan beberapa jenis penyu,” ujarnya.

“Insiden tempo hari memuntahkan metana dalam jumlah besar ke dalam samudra. Efeknya pada lingkungan sudah pasti ada,” imbuh Ramírez.

Pemex menolak upaya wawancara yang diajukan VICE World News untuk merespons tudingan dari berbagai LSM lingkungan.