Di akhir 2018, kisah paling viral di Rusia berpusat pada sosok pastor gereja ortodok yang dihujani protes, sampai demonstrasi warga. Semua bermula karena dia gemar memposting barang-barang mewah ke media sosial pribadinya. Pendeta Vyacheslav Baskakov asal Kota Tver tersebut sempat mengunggah foto berupa sepatu, tas, koper barang-barang bermerek macam Gucci dan Louis Vuitton. Pendeta yang kemudian dijuluki “the Gucci Priest” ini lantas menghapus akun instagramnya, serta mempublikasikan surat terbuka sebagai wujud permintaan maaf pada jemaat. Ia mengklaim barang-barang mewah itu bukan miliknya, bahkan sebagian cuma barang imitasi.
“Tidak ada pendeta yang mampu membeli barang-barang seperti itu dengan uangnya sendiri. Mengapa juga hamba Tuhan harus pamer kekayaan? Sekarang saya menganggap foto-foto itu bodoh, kekanak-kanakan, dan bahkan berdosa,” demikian kutipan dari permintaan maaf tertulisnya, yang dilaporkan media berbahasa Inggris Russian Times. Di surat itu, dia berkukuh kalau sebagian barang yang dipamerkan sebenarnya KW. “Saya memoles sendiri hampir semua barang tersebut. Sepatu yang saya pamerkan, ambil contoh, sebetulnya murah, tetapi tampak keren. Saya ingin tampil mewah untuk menghibur diri setelah memimpin kebaktian.”
Videos by VICE
Pemuka agama masa kini yang sukses, dari agama apapun, punya status tidak jauh beda dari selebriti. Karenanya, di berbagai negara, topik gaya hidup dan kekayaan para pemuka agama yang terlihat mewah menjadi debat tak berkesudahan.
Di Amerika Serikat, CNN pernah membahas secara kritis rumah-rumah pastor ataupun pendeta yang luar biasa mewah. Topik tersebut amat sensitif bagi banyak warga AS, sebab pemuka agama serta kegiatan gereja dibebaskan dari aturan membayar pajak.
Makanya debat serupa terjadi di Uganda. Kehidupan beberapa pemuka agama yang terlihat gemar foya-foya sering menjadi bahan kritikan umat. Sebab banyak pendeta mencukupi kebutuhan keluarga maupun pribadinya dari perpuluhan yang disetor jemaat. Sementara itu, di negara tetangga Filipina, yang mayoritas Katolik, kehidupan mewah sebagian pemuka agama juga rutin mengundang kritik—soalnya banyak warga Filipina yang taat menyumbang untuk gereja masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Sorotan terhadap gaya hidup glamor pemimpin gereja ternyata muncul pula di Indonesia. Malah, obrolannya bukan lagi sekadar kasak-kusuk. Produk fashion mewah serta bermerek yang dikenakan para gembala umat di Tanah Air didokumentasikan khusus sebuah akun instagram pastorinstyle. Ini akun anonim di instagram yang mengklaim diri sekadar pecinta fashion. Bagi admin akun tersebut, para pastor ataupun pendeta gereja yang punya ribuan jemaat di kota-kota besar Indonesia adalah Hamba Tuhan terkenal, yang kebetulan memiliki selera fashion ciamik.
Kemunculan akun ini segera bikin geger umat Kristen di Indonesia. Pro-kontra menyeruak. Sebagian jemaat mengkritik para pendeta yang bermewah-mewahan. Debat makin sensitif, lantaran sebagian pemuka agama Kristen disorot oleh Pastorinstyle mengusung teologi kemakmuran, jenis teologi yang membuka peluang bagi seorang pendeta sekaligus menjalankan peran sebagai pengusaha.
Gereja dengan teologi macam ini biasanya dijuluki “megachurch”, karena punya gedung dengan fasilitas lengkap, menggelar kebaktian dengan tata suara mumpuni kelas konser di mal atau stadion, serta punya jemaat dari kelas ekonomi menengah ke atas. Sayangnya, citra pendeta dari latar teologi kemakmuran sedang tidak bagus di Indonesia. Tahun lalu Billy Sindoro, petinggi Grup Lippo sekaligus pendeta gereja kenamaan yang super tajir, dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi. Dia terlibat suap pemberian izin proyek Meikarta. Pendeta megachurch lain, Basuki Hariman, juga dicokok aparat karena menyuap Hakim Konstitusi Patrialis Akbar.
Sadar aktivitas mereka rentan dikaitkan sebagai serangan politis terhadap teologi tertentu yang berkembang di gereja-gereja Tanah Air, admin buru-buru menutup spekulasi. Mereka menegaskan niatan awal bikin akun ini sekadar membahas gaya berbusana para pendeta dan pastor ternama di Indonesia. Bagaimanapun, pengaruh akun dengan 38 ribu followers ini terus meluas bagi umat Kristen di negara ini. Tak hanya menyasar kaum pecinta fashion.
Alhasil, kolom komentar tiap postingan di IG mereka berubah jadi “medan perang” debat antara umat Kristen yang pro ataupun kontra teologi kemakmuran. Malah, ada beberapa pemuka agama yang mereka sorot dengan niat positif justru menekan fitur block, sampai mengancam akan menuntut admin ke jalur hukum.
Supaya paham lebih mendalam tujuan hadirnya akun ini, VICE ngobrol bersama admin pastorinstyle. Kami ingin tahu, kenapa mereka lebih memilih mendalami gaya hidup dan gaya berpakaian pemuka gereja dibandingkan pesohor yang lebih sekuler. Apa agenda yang ingin mereka capai dengan membuat akun tersebut?
Berikut cuplikan obrolan kami.
VICE: Halo. Kapan akun pastorinstyle dibuat? Bisa diceritakan awalnya kenapa punya ide bikin akun semacam ini?
Tahun 2017 saya melihat pastor di mimbar dengan kaos Off-White, itu sosok pendeta Andi Tjokro. Minggu berikutnya saya melihat pendeta Juan Mogi dengan gucci sneakers-nya. Waktu itu saya hanya berpikir, menarik juga melihat dan mengkurasi fashion pastor yang super hype atau fashionable di sebuah akun instagram. Beberapa pastor memiliki follower yang bahkan melebihi artis Ibukota. Mereka seseorang yang dijadikan panutan. Jadi kenapa kita tidak mengikuti gaya modenya juga. That’s when Pastor in Style dibuat.
Berapa orang terlibat sebagai admin? Kalian bisa memberi sedikit bocoran profil sosok di balik akun ini kepada pembaca?
Admin hanya tiga orang dan di-support oleh banyak sekali kontributor. Mulai dari jemaat, followers, dan juga yang menjual atau menghadiahkan branded goods tersebut ke pastors. Admin mengenakan jam tangan cihui juga lho, bukan pendeta gagal dan sirik yang sering dipikir sama netizen.
Adakah kritik yang mau kalian sampaikan lewat akun ini tentang gereja atau sosok pendeta secara umum?
Jujur saja, kami hanya mengkurasi mode-mode pastor dan preacher yang sangat terkenal di Indonesia. Bagaimana cara mereka berpakaian, apa yang mereka pakai, style dari mereka. Akun ini sekaligus mengedukasi bahwa fashion itu enggak sembarangan loh, dan jangan bangga pakai counterfeit items karena berpikir yang penting mirip. Pastorinstyle hanya akun fashion instagram, sama seperti akun fashion artis ibukota seperti Nagita ‘Gigi’ Slavina atau ‘Inces’ Syahrini. Pastorinstyle juga banyak menerima DM dari netizen yang ngefans sama pendeta A atau ibu gembalanya, dan mau mengikuti gaya mereka. Mereka bertanya bagaimana [mengikuti fashion itu] kalau ekonomi mereka pas-pasan. Saat itu saya mulai memikirkan format unggahan “steal the look”. Menambahkan “steal the look” sebenarnya sulit karena mencari produk yang mirip tetapi bukan counterfeit tidak mudah.
Tonton dokumenter VICE soal gereja yang menjanjikan jemaatnya bisa hidup abadi lewat pendekatan teknologi:
Sejauh ini seperti apa reaksi netizen ataupun umat Kristen terhadap aktivitas akun kalian?
Reaksi of course mixed review. Tetapi semua orang memiliki kebebasan beropini. Saya sebenarnya cukup kaget melihat reaksi netizen. Saya awalnya berharap netizen kami adalah yang mengerti mode juga dan komen yang masuk hanya sekitar fashion atau harganya. Ternyata kebanyakan reaksi awal sama, mereka berpikir saya menghakimi pastor atau mencurigai dari mana pendeta mendapatkan produk tersebut. Tetapi apabila diperhatikan, akun kami tidak selalu mengangkat produk mewah. Sayangnya produk fast fashion sangat sulit dilacak, jadi tidak sebanyak high fashion brands yang diangkat. Dari sisi pastor banyak yang cukup terbuka dan memberi tahu merek sepatunya, ada yang berterima kasih karena mereka di-endorse oleh reseller atau brand tersebut. Sponsor pun sangat senang brand-nya di-mention. Saya cukup sering mengirimkan DM [ke pendeta] seperti ini, “please share what you are wearing in this photos, you look chic / super cool with it.”
Tapi dengar-dengar kalian pernah hampir digugat seorang pendeta ya? Kok bisa?
Setiap hari ada saja beberapa message yang masuk dan mengatakan, “kamu bakal saya laporkan ke unit cyber crime Polri.” Ada juga yang share edaran grup WhatsApp gereja, salah satu pendeta mengatakan Pastorinstyle akan dilaporkan [ke polisi]. Dia mengimbau agar jemaat tidak follow akun ini. Tentu saja tidak semua marah-marah. Saya jadi mengenal banyak pendeta dan keluarganya. Banyak yang suka mengajak ngobrol. Membahas sepatu, membahas jam tangan mewahnya, mereka pun banyak yang senang hati menginfokan mereknya.
Akun ini juga pernah di-block pendeta dan jemaat mereka yang kamu sebut “emosian”. Menurut admin, kalau memang tujuan akun ini baik, kenapa ada respons negatif gitu?
Karena banyak komen di postingan itu tidak enak dibaca. Banyak yang mengatakan pastor tersebut, misalnya, tidak fashionable, norak, atau kampungan. Ada juga yang komen pastornya tidak memikirkan perasaan jemaat yang susah di desa. Jadi dari 2017, kami selalu mention dan nge-tag pastor yang di-feature. Dulunya banyak dari mereka santai saja, karena tidak banyak komen yang ‘julid’. Sampai akhirnya akun Pastorinstyle menjadi sedikit ricuh, postingan kami di-share tanpa caption di Facebook. Pastorinstyle langsung disebut menghakimi dan dipikir menjadi salah satu bagian dari akun-akun satir Kristen. Image akun ini yang saya harapkan sekadar obrolan seputar fashion, tiba tiba menjadi somewhat Bible studies.
Kriteria pendeta atau gembala macam apa yang kalian tampilkan di postingan?
Preacher yang saya unggah harus modis dan mengikuti tren. Sebenarnya fashion itu sangat fluid. Banyak juga pastor yang stylish dan sangat terkenal belum di-feature, dikarenakan saya masih kurang familiar sama produk yang mereka kenakan. Banyak pastor dan preacher mengirim foto yang mereka kenakan, lalu mengatakan “kok saya enggak di-feature-feature” atau “come bust me, I preach too.” Bahkan ada pendeta yang sangat famous loh, belum lama ini mention Pastorinstyle menanyakan apakah pakaian beliau masih kurang mahal sampai belum di-feature juga?
Bagaimana cara kalian memantau gaya hidup termasuk barang-barang yang dipakai oleh pastor atau pendeta?
Tidak perlu memantau atau stalking. Orang yang mengerti fashion dan sudah terbiasa melihat fashion brand dari jarak 50 meter saja sudah tahu brandnya apa. Tanya saja ibu-ibu yang hobi koleksi Hermes, Chanel dan high fashion brand lainnya. Begitu juga bapak-bapak yang hobi jam tangan. Mereka sudah tahu mana Patek Philippe, mana Rolex. Pecinta otomotif pun dengan mudah mengetahui tipe mobil dari jarak 100 meter. Jadi produk dan brand yang mereka kenakan cukup biasa diketahui dan tinggal di-google untuk mencari harganya. Ada beberapa gereja mengadakan bazaar second hand di gerejanya dan menjual produk branded tersebut. Mulai dari hermes, gucci, kenzo dll. Jadi dalam hal branded or not branded itu sebenarnya hal yang biasa di gereja Ibu kota.
Apa pendapatmu pribadi soal pemuka agama Kristen yang tidak ragu menampilkan selera fashion kelas atasnya?
Saya pikir mereka beberapa look super good, beberapa biasa saja, dan beberapa membutuhkan bantuan stylists. Tetapi saya sering mengatakan fashion itu bebas, tidak ada yang salah atau benar dalam dunia fashion. Bebas, tetapi memiliki taste.
Rutin melihat gaya hidup sebagian pastor atau petinggi agama yang mewah, apakah berpengaruh pada cara kalian memandang kondisi gereja di negara ini?
Sebenarnya kita tidak bisa menilai seseorang dari kehidupan luxurious seseorang. Apabila kita melihat petinggi agama yang terlihat keren, bukan berarti mereka sedang melakukan kesalahan. Saya pikir menilai seseorang hanya dari gaya berpakaiannya itu sedikit kuno. Ibaratnya mengira seseorang preman atau wanita nakal hanya karena dirinya memiliki tato atau berambut pirang. Tentu saja kita bisa melihat kedewasaan gereja dan jemaatnya, hanya melalui komen-komen dan opini yang masuk. Saya harap gereja bisa lebih menanamkan jiwa kedewasaan.
Wawancara ini telah disunting agar lebih ringkas dan enak dibaca