FYI.

This story is over 5 years old.

Perusak Kebahagiaan

Sadarkah Kalian, Obsesi Mengoleksi Piringan Hitam Dapat Berdampak Buruk Pada Lingkungan Lho

Berikut ini adalah esai perdana dari rubrik baru VICE yang bakal membuat sebagian pembaca merasa bersalah atas berbagai hal yang mereka sukai.
Foto ilustrasi koleksi vinyl oleh Milos Mali/VICE; Stylist: Hayley Callander.

Kolom "Perusak Kebahagiaan" adalah rubrik baru dari redaksi VICE UK yang mengulas berbagai hal yang kamu sukai secara menyebalkan dan provokatif. Sebab, kolom ini akan membicarakan efek hobimu itu yang berdampak buruk buat Planet Bumi. Selamat membaca!

Apa yang akan dibahas kali ini? Vinyl.
Oke, Vinyl Tuh Apaan? Piringan hitam besar yang bisa memainkan lagu, dimiliki oleh ayahmu, DJ dan orang-orang yang sering pamer mereka koleksi vinyl karena “lebih bagus daripada CD biasa!”
Vinyl Bisa Didaur Ulang Enggak Sih? Sayangnya Tidak.

Iklan

Seberapa buruk dampak merusak vinyl?

Istilah “vinyl” adalah kependekan dari polyvinyl chloride, alias PVC. Itu sebutan polimer plastik biasa yang digunakan untuk membuat berbagai hal seperti kartu kredit dan kusen jendela. Sebagian besar plastik baru terbuat dari minyak bumi, meskipun sekarang sudah mulai dibuat dengan mendaur ulang plastik bekas. Jadi, apa masalahnya?

“Vinyl jelas berdampak buruk terhadap lingkungan. Dalam membuat vinyl, minyak bumi diekstraksi dari tanah, lalu disuling dan hasil sulingan diubah menjadi PVC. Nah, PVC inilah yang nantinya akan digunakan untuk membuat vinyl. Warna hitamnya berasal dari penambahan karbon hitam yang terbuat dari bahan bakar fosil,” kata Andie Stephens, Direktur Carbon Trust, asosiasi perusahaan pengukur jejak karbon.

Proses produksi dan pemakaian vinyl selama ini telah menciptakan bermacam masalah bagi Bumi. “Packaging sampul piringan hitam saja terbukti berdampak negatif. Dalam membuat packaging, label rekaman harus menebang pohon, mengolah kayu menjadi bubur kertas, lalu mengubah bubur kertas itu menjadi wadah vinyl. Belum lagi penggunaan tinta yang berlebihan saat mencetak desain sampul,” imbuh Andie. “Setiap pengangkutan bahan yang terjadi saat proses pembuatan juga dapat mencemarkan lingkungan. Ditambah lagi emisi karbon yang keluar setiap kali anda memutar vinyl. Begitu pula peralatan studio yang digunakan saat proses rekaman.”

Iklan

Wah, wah, wah! Itu berarti vinyl dan kegemaranmu mendengarkan musik pakai pemutar piringan hitam kurang ramah lingkungan!

Lalu Apa Solusinya?

Meskipun PVC secara teknis dapat didaur ulang, kamu sebaiknya jangan membuangnya ke tempat sampah. Kenapa? Sebab kemungkinan vinyl yang kamu buang itu akan berakhir di tempat pembuangan akhir dan tidak akan hancur selama beberapa dekade. Pilihan terbaik adalah mendaur ulang sampul album vinyl dulu. Kalau kamu ingin membuang koleksi piringan hitam lamanya, lebih baik kalian mengirimnya ke spesialis pendaur ulang vinyl, seperti lembaga berikut. Kalau memang tidak ada pilihan lain, kamu bisa menggunakan kembali vinyl yang tidak kamu inginkan itu digunakan dalam fungsi sepenuhnya berbeda.

“Vinyl sangat diminati, jadi Anda bisa menjualnya ke kolektor vinyl online atau pada saat ada momen jualan barang bekas. Anda juga bisa menyumbangkannya ke orang lain. Ada banyak orang yang kreatif mengubah vinyl bekas menjadi barang baru, seperti jam dinding atau pajangan rumah,” kata Andie menyarankan.

Saya punya ide lain kalau kamu tidak mau repot-repot melakukan itu semua. Kamu bisa mendengarkan musik digital saja. Menurut Andie, kualitas suara musik digital dalam format FLAC sama bagusnya seperti vinyl. Selain itu rumah tidak akan penuh dengan kardus isi koleksi plat.

“Banyak penelitian telah membandingkan proses produksi CD, piringan hitam, dengan MP3. Mereka menyimpulkan kalau MP3 memiliki jejak karbon jauh lebih rendah daripada CD fisik,” ujarnya. “Penyebabnya adalah emisi yang terkait dengan CD dan plat fisik jauh lebih besar daripada emisi yang dikeluarkan saat menyimpan dan mengunduh file MP3.”

Iklan

Jangan mau deh jadi orang yang merusak bumi hanya karena pengin dibilang keren gara-gara koleksi vinyl. Tapi gimana dong kalau kamu tidak rela menyumbangkan koleksi piringan hitammu? Bagaimana kalau kamu tetap merasa vinyl jauh lebih bagus dari MP3?

“Seorang DJ yang pengin lebih sadar lingkungan harus memastikan sound system dan pencahayaan yang mereka gunakan untuk pentas terbukti hemat energi. Akan lebih bagus juga kalau dia selama tur menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan,” ujar Andie. “Selain itu, proses pengempaan [pressing-red] vinyl harus membuat piring aluminium dan memanaskan PVC untuk membentuk cakram vinyl. Ada juga proses pencetakan injeksi yang menggunakan energi 65 persen lebih sedikit daripada proses pengempaan konvensional.”

Begitulah kira-kira. Kalau pekerjaanmu memang sangat membutuhkan koleksi vinyl, kamu bisa memilih proses pengempaan alternatif supaya lebih ramah lingkungan. Kalau kamu seorang DJ yang sedang tur, dan terpaksa membawa banyak koleksi piringan hitam, gunakan transportasi umum atau mobil yang rendah emisinya. Kalau kamu baru mau memulai hobi membeli vinyl untuk didengarkan di rumah? Mending enggak usah deh.

Silakan follow atau ajak berdebat penulis lewat akun Twitter @tom_usher_