FYI.

This story is over 5 years old.

UWRF2017

Panduan VICE Bila Kalian Pertama Kali Mampir ke Ubud Writers Fest

Datang ke acara sastra internasional di Bali itu bisa kening berkerut, pembicaranya banyak banget. Tenang, kami sudah ngobrol bareng pakar mencari solusinya.
Sesi Rosa Rolanda dan Miguel Covarrubias di Ubud Writers & Readers Festival ke-14. Foto oleh Matt Oldfield. Diunggah seizin panitia. 

Ada dua jenis orang yang pergi ke Ubud. Jenis yang pertama adalah orang yang bisa melancong ke Ubud kapan saja. Biasanya, tujuan mereka pergi ke Ubud adalah untuk mendekatan diri dengan alam dan jiwa mereka sendiri. Harapannya, setelah berlibur barang beberapa hari di Ubud, mereka dapat suntikan "semangat untuk menjalani hidup." Lalu, ada tipe orang yang datang ke Ubud dan berusaha keras untuk sedikit nyantai. Orang-orang ini memang agak susah nyantai-nyantai karena, tak seperti jenis pertama, mereka susah menerima konsep kalau yang namanya pikiran juga perlu istirahat. Alhasil, orang-orang ini datang ke Ubud cuma malas-malasan setidaknya sampai kangen sibuk kerja lagi (FYI, saya masuk jenis yang ini.) Untungnya, ada gelaran yang bisa menyatukan dua tipe yang bersebrangan ini dan gelaran itu adalah Ubud Writers Readers Festival (UWRF). Selama festival yang digelar selama lima hari itu, kamu bisa nyantai sambil belajar belajar banyak hal baru. Kamu juga bisa mendekatkan diri dengan alam sambil diselingi dengan kenalan dengan orang-orang yang asik. Untuk tahun ini, ada lebih dari 160 pembicara dari 30 negara diagendakan tampil dalam festival tahunan ini. UWRF bakal menyigi banyak topik dai politik hingga teknologi, dari lingkungan hidup sampai ke spiritualisme. Jadi, semua orang pasti bakal nemu pembicara favoritnya. Azek! Kalau kamu sudah langganan datang ke UWRF, kamu ngerti lah apa yang saya maksud. Tapi, kalau masih pemula, akan lebih berfaedah kalau kamu menyempatkan beberapa menit membaca panduan yang saya susun bersama Christabelle Adeline, managing editor Traveloka yang empat tahun berturut-turut mampir di UWRF. Sebagai "pengunjung veteran", Chris membagi beberapa tip dan trik manjur agar kalian semua bisa nyambung pengunjung festival lainnya dan mendapatkan pengalaman maksimal selama UWRF.

Iklan

1. JANGAN MALAS BACA SEKSAMA DAFTAR PROGRAM UWRF

Aku bisa membayangkan kalian ngeluh. Apaan, tips pertama begitu doang. Iya-iya, saran ini terdengar seperti anjuran paling standar, tapi gimana lagi caranya biar kamu bisa tahu sesi mana yang paling menarik diikuti kalau tak baca jadwal sesinya?

Dari jadwal program, kamu siapa saja yang akan bicara, kapan dan topik caranya. Ada beragam jenis kegiatan yang bisa kamu pilih: pameran seni, pemutaran film, lokakarya, pertunjukan musik, peluncuran buku dan lain-lain.

Selera dan minat orang beda-beda ke festival sastra macam ini. Kalau saya pribadi sih, penginnya datang ke sesi bersama penyair Simon Armitage, ssesi tentang penerjemahan, sesi spesial tentang perempuan yang masih menulis surat, dan peluncuran buku terbaru Intan Paramaditha.

Tips Dari Christabelle:
Kalau boleh jujur sih, saya merasa sesi-sesi bertema politik terasa repetitif. Biar tak bosan, biasanya saya mencari sesi-sesi puisi. Kegiatan yang erat hubungannya dengan puisi kan tergolong jarang, bahkan di Jakarta sekalipun. Meski belakangan jumlahnya naik, rasanya masih beda dengan sesi-sesi puisi di UWRF. Selama festival kamu bisa datang ke sesi yang membicarakan kenapa dan bagaimana seorang penyair menulis puisi. Di sesi puisi lainnya, kalian bisa melihat seorang penyair membacakan karyanya. Ini yang bikin sesi puisi begitu spesial.

Highlight UWRF bagi saya adalah Poetry Slam. Ini sesi yang penting karena merupakan salah satu inti festival. Kalau di sesi-sesi lainnya kamu cuma melihat satu pembicara tertentu bicara dan membacakan karya, di poetry slam kamu akan lihat beragam orang tampil sekaligus. MC biasanya akan memilih 5 juri dari penonton dan setelah semua peserta beraksi, juri-juri dadakan ini diminta memberi skor. Peserta yang mendapatkan skor tertinggi keluar sebagai juara. Pernah kejadian, tiga peserta dengan nilai tertinggi harus kembali bertanding. Kadang, pemenang adalah mereka yang tampil dengan kocak dan hangat. Kali lain, mereka menang karena karyanya memang berkualitas. Kalau sedeng hoki, kalian bakal mendapatkan peserta yang lucu, hangat dan menyajikan puisi-puisi kelas atas.

Iklan

2. BAWA BUKU PENGARANG FAVORITMU

Ngapain bawa buku? Bukannya ke sana kita justru mau beli buku ya? Hadeh. Gini lho. Begitu penulis kesayanganmu dijadwalkan tampil di UWRF, kamu pasti langsung tahu buku mana yang harunya dijejalkan ke koper. Ini adalah kesempatan langka untuk mendapatkan tanda tangan penulisnya. Siapa tahu puluhan tahun lagi bukumu jadi tak ternilai karena ada bubuhan paraf sang pengarang. #MentalPenimbun.

UWRF tak hanya keren karena memberi kamu kesempatan untuk mendapatkan tanda tangan penulis favoritmu, tapi juga karena selama festival, kamu bisa ketemu orang-orang yang menggemari karya yang sama. Menurut Chris, mendapatkan teman baru di UWRF itu gampang, segampang kamu ngobrol dengan orang di sebelahmu dalam satu sesi.

Tips dari Christabelle:
Kamu mungkin datang ke UWRF dengan membawa buku dan kamu dipastikan pulang dengan lebih banyak buku. Pasalnya, ada banyak booth yang menjual di sana. Seringkali, mereka tak menerima kartu kredit atau debit. Jadi, bawa uang tunai secukupnya.

3. JANGAN RAGU PAKAI SARUNG

Ubud, atau khsususnya UWRF, adalah alasan tepat untuk pakai sarung. Seriusan! UWRF adalah salah satu tempat di dunia di mana kamu bisa pakai sarung tanpa kelihatan seperti bapak-bapak jawa (yang tergila-gila burung perkutut). Dan ya ampun, pakai sarung ternyata kelihatan keren di Instagram!

Tips dari Christabelle:
Memakai sarung ke UWRF sepadan dengan pakai baju band ke gigs. Kalau kamu tak punya, kamu bisa meminjam sarung orang tuamu untuk dipakai selama festival. UWRF itu kan gelaran budaya, jadi sudah sewajarnya kalau kita membaur dengan budaya Indonesia dan kelihatan berbudaya. Saya malah pernah lihat orang yang memadu sarung dengan atasan linen.

Iklan

Trik Biar Makin Pro:
Pakai celana pendek atau semacamnya di balik sarung. Selama festival kamu bakal banyak jalan, celana pendek akan mencegah kulitmu lecet karena tergesek-gesk kaing sarung. Tips tambahan:
Sneaker memang paling nyaman dipakai, kebanyakan pengunjung UWRF bakal memakai sandal. Utamanya sandal kulit atau sandal tali. Nah, sandal tali pasti kelihatan keren. Makin banyak talinya, makin bagus. Oh iya, tote bag dari kain kanvas atau serat alami juga pantas dipadu dengan sarung dan sandal.

4. SELALU ISI BATERAI PONSELMU

Kalau kamu pergi UWRF dan follower-follower tak tahu kamu di sana, itu namanya rugi bandar. Jadi, bawa ponsel, charger-nya, kalau perlu bawa sebanyak mungkin power bank sekalian. Ambil foto sebanyak-banyaknya. Unggah ke Instagram. Jangan lupa pakai hashtag uwrf2017!

Tips dari Christabelle:
Ponsel bisa dipakai buat merekam loh. Tak cuma buat merekam tampilan visual yang keren, ponsel juga digunakan untuk merekam pembicaraan dalam sebuah sesi. Tentunya, kalau kebetulan duduk di barisan depan. Biasanya, saya melakukan ini kalau nanti ingin menulis isi sebuah panel. Iya sih, kertas dan pena masih bisa berfungsi kok. Tapi, mengingat kecepatan menulis saya sudah makin kendor dan kalah dari kecepatan saya mengetik, saya memilih pakai ponsel saja buat merekam.

5. SEPEDA UNIK ALA UBUD < SEPEDA MOTOR

Meski jalan-jalan keliling Ubud naik sepeda adalah salah satu tujuan hidup semua umat manusia, selidik punya selidik, ternyata kegiatan ini kurang praktis. Apalagi kalau kamu pakai sarung. Makanya, tinggalkan fantasi ala Eat, Pray, Love, kembali ke dunia nyata. Jangan pilih opsi selain menyewa sepeda motor

Tips dari Christabelle:
Kalau kamu memutuskan menyewa sepeda, ingat ini: kamu akan capek karena jalannya terus menerus nanjak. Jadi kalau kamu bisa naik sepeda motor, menyewa sepeda motor adalah opsi yang bijaksana. Percaya deh.

Trik Biar Makin Pro:
Ojek online sudah ada dari lama di Bali lho *kedip-kedip*

Tips Tambahan:
Kalau keukeuh mau menyewa sepeda, pastikan kamu bawa teman yang jago fotografi. Kalau kamu ga jago motret, ngapain juga repot-repot keliling Ubud naik sepeda?

Kesimpulan: beli tiket ke Ubud sekarang juga!