komunitas zentai pengguna kostum lateks ketat yang tidak terkait fetish erotis
Semua foto dari arsip pribadi Yukinko
Jepang

Anak Muda Jepang Temukan Kebebasan di Komunitas Zentai, Alias Kostum Lateks

Meski Zentai bisa populer di Jepang karena unsur fetish, banyak orang justru pakai kostum lateks ketat untuk terbebas dari stereotipe di masyarakat.

Sudah hampir 10 tahun terakhir ini, Yukinko aktif mengikuti kegiatan yang diadakan Tokyo Zentai Style, salah satu komunitas Zentai tertua di Jepang yang sudah ada sejak 1997. Di setiap kesempatan, Yukinko bersama dua lusin anggota lainnya memakai kostum lateks ketat untuk memberi bumbu dalam kehidupan mereka yang membosankan. 

Perempuan 27 tahun itu, yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai bank, merasa jati dirinya lebih keluar saat sekujur tubuhnya dibalut kostum Zentai bercorak polkadot. Di akhir pekan, Yukinko bisa melakukan segala hal yang ia sukai, terbebas dari lirikan mata yang menghakimi. Takkan ada satu pun orang tahu siapa sebenarnya yang ada di balik kostum tersebut.

Iklan

Yukinko pertama kali mengenal Zentai dalam pertunjukan seni yang diadakan sekitar delapan tahun lalu di Tokyo. Kala itu, dia masih seorang mahasiswi. 

“Kelihatannya aneh, tapi karena itu juga saya penasaran,” kenangnya. Dia menghampiri lelaki yang sedang tampil untuk memenuhi rasa ingin tahunya, dan langsung menyanggupi tawaran mencoba pakai kostum Zentai. “Rasanya seperti berada di dunia baru yang belum pernah kumasuki sebelumnya. Saya langsung terpikat oleh sensasinya yang luar biasa,” lanjut Yukinko. Tak heran, dia sontak mendaftar jadi anggota Tokyo Zentai Style.

“Zentai” adalah kependekan dari “Zenshin Taitsu”, frasa dalam bahasa Jepang yang artinya kostum lateks ketat yang menutupi seluruh badan dan tidak ada lubang mata. Kostum klasik Zentai warnanya polos dan tidak bercorak sama sekali. Pakaian berbahan poliester atau nilon ini awalnya populer di Negeri Sakura sebagai bentuk fetish pada era 90-an. Mayoritas pemakainya saat itu adalah laki-laki. Namun, meski utamanya melambangkan erotisme, Zentai secara perlahan berevolusi menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan.

perempuan dalam balutan kostum lateks ketat

Yukinko berpose dalam kostum Zentai.

Peragaan Zentai sampai sekarang masih sarat fetish. Tapi belakangan ini, banyak orang memakai kostumnya agar lebih lepas berekspresi. Zentai membebaskan mereka dari belenggu-belenggu sosial yang mengekang mereka.

“Saya bisa menjadi diri sendiri saat pakai Zentai,” kata Yukinko. “Saya aslinya periang dan jahil, tapi orang tua ingin saya menjadi anak yang bisa dibanggakan dan punya pekerjaan tetap.”

Iklan
perempuan mengenakan kostum lateks ketat warna biru

Yukinko dalam acara Zentai tahun lalu.

Sewaktu muda dulu, Yukinko menjadikan klub teater di sekolah sebagai pelarian ketika dirinya merasa terbebani oleh tuntutan orang tuanya yang berat. Dan kini, ia mencari kesenangan di tengah hiruk pikuknya dunia lewat Zentai.

“Saat saya pertama kali mencoba Zentai, saya merasa seperti telah menemukan tempat yang cocok untuk mengekspresikan diri seutuhnya,” ujar Yukinko. “Rasanya bagaikan melepas topeng yang selama ini saya pakai di depan orang. Saya bisa menjadi diriku yang sebenarnya karena tidak ada yang mengenali saya.”

“Emang, sih, Zentai bisa dikenal karena fetish. Tapi saya rasa banyak orang justru pakai kostum Zentai demi kepuasan psikologis.”

Yukinko bercerita, banyak teman satu komunitasnya mengalami kesulitan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjadi lebih pede dan gampang berbaur ketika mengenakan Zentai.

“Saya rasa semakin ke sini, Zentai semakin diakui sebagai bentuk pertunjukan artistik,” ucapnya. “Saya pribadi bercita-cita memperkenalkan Zentai ke khalayak luas sebagai alat yang mendukung kesehatan mental.”

Berikut keseruan para penampil Zentai di Tokyo:

Lima orang pakai kostum lateks ketat warna-warni

Anggota komunitas Zentai.

Tiga orang melakukan pose yoga saat mengenakan kostum lateks ketat.

Tiga orang melakukan pose yoga saat mengenakan kostum Zentai.

Sekelompok orang pakai kostum lateks ketat warna-warni

Yukinko (kostum merah putih) tampil bersama anggota komunitasnya di Harajuku pada 2017.

Sekelompok orang pakai kostum lateks ketat warna-warni

Yukinko (kostum hijau kuning) menghadiri pawai Pride pada 2018.

Follow Hayato Nakabayashi di Instagram