Sains

Tonton Kakatua Mini yang Masih Saudara Jauh Manusia Bisa Menyanyi Tanpa Fals

Penelitian menyimpulkan kakatua punya musikalitas seperti manusia berkat garis evolusi, sehingga burung ini bisa menyanyi sesuai irama.
Kakatua Mini Bisa Menyanyi Sesuai Irama Ada Hubungan DNA dengan manusia purba 300 juta tahun lalu
Burung kakatua mini bisa bernyanyi sesuai irama seperti manusia, hal yang langka bagi binatang. Foto dari arsip Yoshimasa Seki

Kakatua mini, atau biasa disebut cockatiels, adalah satu jenis burung yang jadi peliharaan favorit banyak orang. Kakatua selama ini populer karena bisa menirukan kata-kata manusia. Namun, dalam penelitian ilmiah yang baru saja terbit, kakatua dipastikan bisa memahami melodi, dan karenanya, mereka mampu menyanyi sesuai melodi.

Bahkan, saking canggihnya kemampuan otak kakatua, burung ini dapat menyanyi di tengah-tengah lagu, tanpa harus diajari terlebih dulu. Persis seperti kemampuan manusia mengikuti irama. Kakatua yang secara DNA masih terhitung saudara jauh manusia purba, ternyata memiliki kemiripan dengan kita di bidang musikalitas.

Iklan

Peneliti Yoshimasa Seki, dari Jepang, sempat melatih tiga kakatua mini jantan yang dia pelihara, dengan lagu-lagu Mickey Mouse. Saat penelitian dimulai, lagu yang diputar tidak urut dari awal, melainkan langsung ke bagian chorus. Rupanya, ketiga burung tersebut segera coba mengikuti irama dan tempo, sehingga suara mereka tidak fals. Tiga burung kakatua mini itu juga memadukan suara, persis seperti manusia ketika bernyanyi bareng.

Kemampuan kakatua bernyanyi bukan hal baru. Jika kalian menyempatkan browsing di YouTube, ada banyak video menampilkan burung jenis ini bernyanyi melodi yang rumit.

Menurut Seki, selaku akademisi dari Departemen Psikologi Universitas Aichi, hasil penelitiannya menunjukkan kakatua mini memiliki kemampuan kerja kolaborasi. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat DNA kakatua jutaan tahun lalu sangat dekat dengan famili homo, yang jadi cikal bakal manusia modern.

“Manusia di masa prasejarah bernyanyi sebagai cara komunikasi. Seiring evolusi, kita mulai bernyanyi hanya untuk senang-senang. Namun, dari penelitian hewan yang masih keturunan langsung saudara jauh manusia ini, dapat dilihat bahwa kemampuan koordinasi lewat suara itu masih diwariskan sampai sekarang ke kakatua,” kata Seki, saat dihubungi VICE World News.

Mahluk yang menjadi penghubung keluarga burung dengan manusia diperkirakan ilmuwan hidup pada masa 300 juta tahun lalu. Kemungkinan garis evolusi ini yang melahirkan kemampuan komunikasi melalui suara, bagi manusia modern. Manusia jelas berkerabat lebih dekat dengan famili kera, seperti simpanse atau orangutan. Namun, banyak peneliti meyakini ada kemiripan antara burung dan manusia dalam membentuk sistem bahasa maupun komunikasi lisan.

Iklan

Setidaknya, sekarang dipatikan bahwa burung kakatua maupun manusia memiliki kemiripan dalam aspek bernyanyi untuk senang-senang. Burung yang diteliti Seki tidak menyanyi hanya karena telah dilatih, tapi mereka memang ingin melakukannya tanpa paksaan.

“Saya sama sekali tidak memberi hadiah bila mereka bernyanyi. Mereka mengikuti melodi tanpa diminta sama sekali,” kata Seki.

Jika dibandingkan binatang-binatang lain yang bisa bernyanyi, ini sifat yang sangat tidak lazim. Paus pembunuh, gajah, atau simpanse bisa menirukan suara manusia. Tapi, biasanya mereka harus diberi iming-iming hadiah untuk melakukannya. Plus, hewan selain kakatua itu tidak bisa mengikuti irama seperti ketika manusia menghindari suara fals saat bernyanyi.

Menurut Mark Hauber, guru besar kajian perilaku burung di University of Illinois at Urbana-Champaign, penelitian Seki memberi sumbangan baru soal kemampuan burung kakatua bernyanyi. “Kami sudah lama tahu, bahwa burung bisa bernyanyi sesuai irama. Tapi, yang mengejutkan ternyata bisa memadukan suara dengan harmonis,” kata Hauber kepada VICE World News.

Bernyanyi duet, atau paduan suara, adalah kemampuan yang selama ini diketahui hanya dimiliki manusia. Menyamakan nada dasar butuh kerja otak yang rumit.

“Artinya, setelah jutaan tahun evolusi, burung bisa dibilang memiliki kesamaan kerja otak dalam hal produksi suara seperti manusia,” imbuh Hauber.

Seki menargetkan topik penelitian selanjutnya adalah memahami alasan burung senang menyanyi secara spontan. Ada dugaan, otak burung melepaskan dopamin, yang menimbulkan efek gembira, saat mereka melakukan aktivitas tertentu seperti berkicau.

Seki bilang tiga burung kakatua mini yang dia pelihara belum bisa diminta menyanyi manasuka. Karenanya dia ingin tahu situasi macam apa yang bisa mendorong mereka mau bernyanyi.

“Jadi, kalau diminta manggung seperti manusia, mereka pasti tidak akan bisa. Mereka cuma mau bernyanyi kalau pas kepengin saja,” tandasnya.

Follow Hanako Montgomery di Twitter dan Instagram.