Fund Our Fun

Tanpa Seni, Aku Enggak Akan Bisa Punya Teman

Hidup bagaikan ruang kosong yang hampa dan sunyi jika tidak ada seni. Karenanya kita perlu memikirkan cara mendukung seniman bertahan di masa pandemi.
Daisy Jones
London, GB
CJ
ilustrasi oleh Christa Jarrold
Ilustrasi orang berambut hijau memakai kacamata dengan latar belakang vinyl dan asbak rokok

Industri kreatif kian tergerus pandemi Covid-19. Berbagai musisi kehilangan sumber penghasilan utama mereka seiring dengan diberlakukannya pembatasan total yang menyebabkan seluruh rencana tur konser dibatalkan. Dunia perfilman mengalami kerugian besar-besaran akibat ditutupnya bioskop dan diundurnya jadwal produksi film karena alasan kesehatan. Sebagai penikmat pun, kita turut merasakan dampaknya. Hari-hari menjadi lebih berwarna berkat seni. Kita bisa mengekspresikan diri, terhubung dengan orang lain dan memahami dunia melalui seni. Sulit dibayangkan akan seperti apa dunia ini tanpanya.

Iklan

Dalam rubrik ‘Fund Our Fun’, kami ingin membuktikan betapa seni dan budaya yang selama ini dipandang sebelah mata sebenarnya memiliki pengaruh besar bagi khalayak manusia. Betapa hidup kita akan sangat monoton dan tak menarik tanpa kehadiran seni.


Saat pertama kali main ke rumah pacar, kami berdua sibuk memilih ingin mendengarkan album apa sambil ngerokok. Kebiasaan ini berlanjut sampai seterusnya.

“Dengerin ini aja, yuk,” kami ngomong bergantian seraya meraih CD dengan antusiasme tinggi bak anak kecil beli es krim. Kemudian kami pindah ke YouTube begitu musik berhenti. “Boleh nonton ini, gak?” tanya salah satu dari kami sembari memperbesar volume, yang langsung dikecilkan lagi begitu teman sekamar pacar ngomel keberisikan. Asap rokok membubung di udara.

Hampir semua kenangan berhargaku pasti melibatkan musik dan orang terdekat. Di lain waktu, sahabat menginap di rumah sepulang dari diskotek. Kami begadang semalaman — berjoget ria mengikuti irama musik Ciara sampai subuh tiba. Kembali ke masa-masa SMA, aku dan teman-teman memecah keheningan malam saat berkemah dengan memutar Grace Jones dari Blackberry. Begitu aku ngefans dengan Motorhead, temanku mengajak moshing ala-ala di rumahnya. Kami heboh menghentakkan kaki layaknya bintang rock.

Namun, setiap kali orang membicarakan “seni” — konsep luas yang menggambarkan apa saja yang dibuat dengan alasan ekspresi dan emosi — mereka tak jarang memperlakukan seni sebagai “bonus tambahan” yang hanya dapat dinikmati setelah kita sukses “menyelesaikan hal-hal nyata”.

Iklan

Contohnya bisa dilihat dari sikap politikus konservatif Inggris yang menyuruh musisi mencari pekerjaan lain karena rugi tak bisa konser. Yang tak dia tahu adalah kebanyakan musisi sudah bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jauh sebelum pandemi melanda. Seni adalah “hal nyata” bagiku dan banyak lainnya, bukan sebatas hobi mahal yang bisa ditinggalkan seperti anggapan sang politikus.

Tanpa seni, hidupku takkan ada artinya. Seni telah memperluas koneksiku. Hampir semua sahabatku mencintai dan terlibat dalam dunia seni. Pertemanan di tempat kerja bisa langgeng berkat musik, film, dan buku yang kami sukai. Mungkin kedengarannya klise, tapi seni mampu menyatukan umat manusia, bagaikan denyut nadi yang mengatur hidup kita. Aku mungkin enggak bisa punya teman tanpa kehadiran seni. Dan aku yakin aku bukan satu-satunya yang merasakan ini.

Sudah delapan bulan lebih aku enggak menonton konser. Teman satu apartemenku kebetulan anak band, jadi satu-satunya cara “menonton konser” adalah dengan mendengarkan sesi latihan mereka. Aku menempelkan telinga ke tembok, berharap bisa berdesakan dengan penggemar lain yang menikmati penampilan mereka. Di luar hari latihan, kami masak-masak sambil memutar American Life Madonna. Setelah itu, kami nobar film David Lynch dan serial TV The Real Housewives Of Beverly Hills. Seni merupakan bagian penting dalam hidup kami, baik sebelum maupun setelah corona melumpuhkan dunia. Meski kini virus memisahkanku dari teman-teman, persahabatan kami bisa bertahan berkat seni.

Menganaktirikan industri kreatif selama pandemi — kurangnya dukungan terhadap seniman, gedung pertunjukan dan semua kelompok yang terlibat di dalamnya — sama saja dengan menghancurkan komunitas, hubungan pertemanan, dan hal-hal lainnya yang membuat kita bisa saling terhubung. Tanpa seni, hidup bagaikan ruang kosong yang hampa dan sunyi.

@daisythejones