Seks

Panduan Memahami Arti Istilah 'Seggs' yang Sedang Menjamur di Medsos

Ini tuh istilah netizen mesum, buat lucu-lucuan, atau gimana sih?Ternyata, ada kaitannya sama upaya menghindari ancaman pemblokiran di TikTok dan Instagram.
Ilustrasi perempuan muda menggunakan istilah seperti seggs, p*rn, g4y
Ilustrasi: Lily Blakely

Kamu sedang nge-scroll linimasa Twitter dan tiba-tiba menemukan postingan berupa foto atau video yang diikuti caption “SEGGS SEGGS SEGGS”, “uwu seggs”, “so sexc”. Twit semacam ini bikin kamu mengernyitkan dahi. Meski bisa menangkap maksudnya, kamu bingung kenapa orang sengaja salah mengeja seks dan seksi.

Beberapa orang menganggapnya sebagai tren aneh ABG yang sulit dimengerti, tapi kenyataannya tidak sesimpel itu.

Iklan

Dewasa ini, platform media sosial semakin membatasi penggunaan istilah-istilah yang mengandung makna seksual sebagai upaya pemberantasan konten berbahaya di internet. Pengguna akhirnya dipaksa berpikir lebih kreatif saat ingin membicarakan seks, tapi tidak mau akunnya dikunci sementara atau bahkan diblokir permanen.

“Platform secara tidak langsung menyatakan perang terhadap seks, ketelanjangan dan seksualitas,” ujar Carolina Are, instruktur pole dance sekaligus peneliti moderasi konten di London. 

Pada 2018, pemerintah AS mengesahkan undang-undang FOSTA-SESTA yang dimaksudkan untuk mengakhiri perdagangan seks. Berhubung sebagian besar platform medsos berasal dari Amerika, perusahaan harus menaati aturan yang dicanangkan politikus di Washington. Namun, menurut Are, kebijakan ini justru dapat merugikan orang yang tidak salah apa-apa.

Akun Instagram Are pernah diblokir sekali, sedangkan profil TikTok berulang kali ditangguhkan secara sementara. “Saya tidak mau kejadiannya terulang kembali. Maka dari itu, saya kadang-kadang mengubah bahasanya,” ungkapnya.

Dia mengatakan, kamu tidak akan menemukan satu video pun yang membahas tentang #sextoy di TikTok. Lain ceritanya jika kamu mencari pakai tagar #femalepleasure. 

Iklan

“Konten seksual dan ruang untuk mendiskusinya semakin menyusut di medsos,” tutur Are. “Ini menunjukkan seperti apa hubungan yang dimiliki pengguna dengan platform. Mereka takut disensor atau dihapus. Mereka sampai harus melindungi diri sendiri, padahal sedang membicarakan isu yang penting bagi mereka.”

Vista Wife memahami betapa merepotkannya masalah pembatasan ini. Dia rutin memberi edukasi tentang swinger kepada ratusan ribu pengikutnya di TikTok. Masalahnya adalah platform seperti TikTok dan Instagram memiliki basis pengguna yang relatif lebih muda dari Twitter, sehingga dia perlu berhati-hati dalam membagikan konten. Berdasarkan pengakuannya, dia harus selalu mempertimbangkan ucapan dan bagaimana ia menyampaikan topiknya.

Bersama suaminya, Vista Wife rutin mengadakan sesi TikTok Live untuk menjawab pertanyaan seputar gaya hidup ini, tapi prosesnya semakin sulit sekarang. “Ini menegangkan,” katanya. “Kamu mesti memikirkan setiap detail yang akan kamu katakan. Alasannya supaya kamu bisa tetap ada di sana (baca: tidak diblokir dari platform).”

Max Morris, dosen kriminologi yang berfokus pada teori queer di Oxford Brookes University, mengutarakan pengguna Grindr sudah biasa mengganti kata seputar seks dengan emoji atau istilah lain. “Kode semacam ini banyak bermunculan di Grindr karena aplikasinya cukup ketat menyensor hal-hal tertentu — utamanya berkaitan dengan narkoba dan pekerja seks, tapi foto-foto vulgar juga terdampak.” Meski kebijakannya terhadap foto vulgar telah dilonggarkan tahun lalu, Grindr mengambil langkah ini demi memenuhi kriteria ketat Apple saat mendaftarkan aplikasi ke App Store. Jika tidak mematuhi peraturan, aplikasi tidak dapat mengakses bentuk distribusi utama kepada pengguna di ponsel.

Iklan

Pengguna Grindr mencari cara untuk menghindari sensor, seperti menggunakan emoji uang untuk menggambarkan open BO. Mereka langsung menggantinya dengan emoji berlian begitu pihak developer menyadari arus telah berubah dan mulai mengambil tindakan. “Orang tak pernah kehabisan akal untuk lolos dari penyensoran seksual. Tapi saya lebih menekankan pada apa yang diizinkan dan dilarang oleh platform daripada bertanya mengapa pengguna bertindak sejauh ini,” terang Morris.

Are tak yakin penggunaan emoji dan ejaan yang salah bisa memberi solusi, apalagi setelah melakukan penelitian terkait hal ini dan mengobrol dengan pihak Instagram. Dia menemukan istilah-istilah yang serupa dengan tagar “terlarang” akan di-shadowban atau disembunyikan dari para pengguna. Setelah emoji uang diblokir, pengguna Grindr yang mengirim emoji berlian mungkin akan menjadi target selanjutnya.

Pihak TikTok menjelaskan kepada VICE, platform melarang konten seksual eksplisit, seperti tindakan yang meniru, menyiratkan atau menampilkan aktivitas seksual. VICE menemukan “seks” tidak dilarang di TikTok, dan penggunaan kata ini juga tidak akan memengaruhi performa video. Yang dipermasalahkan adalah bagaimana pengguna menggunakan kata itu dan seperti apa konteksnya.

Instagram tidak menanggapi permintaan kami untuk berkomentar.

Pemberantasan tagar, istilah dan frasa yang bermakna seksual tidak hanya menyasar pekerja seks saja. Medsos kini telah menjadi ruang publik untuk belajar dan bertanya. Akan ada konsekuensi yang berbahaya jika pengguna tidak dapat menemukan jawabannya, terutama seputar masalah seks dan konsen.

“Hal ini dapat memengaruhi berbagai jenis ekspresi seksual, pendidikan seks hingga informasi dan hal-hal terkait menghubungkan penyintas yang sulit dibicarakan,” katanya. “Ini juga memengaruhi pengguna sehari-hari, dan memiliki konsekuensi yang sangat mengkhawatirkan di dunia nyata jika, misalnya, pendidikan seks tak lagi tersedia.”

Kurangnya informasi dapat membuat topik seputar seks jatuh ke dalam bayang-bayang masyarakat, dan orang semakin takut membicarakan seks secara langsung. Ini berpotensi menciptakan lingkaran setan: semakin sedikit platform medsos yang mengizinkan diskusi tentang seks, semakin besar rasa tidak nyaman kita untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. “Itu bukan hal yang seharusnya disembunyikan orang,” tutur Vista Wife. “Akan lebih baik jika orang bisa lebih sering membicarakannya dan tidak gegabah.”

@stokel