FYI.

This story is over 5 years old.

dunia online

Facebook Bayar Pengguna Muda Hampir Rp300 Ribu Demi Mendapatkan Data Ponsel dan Internet Mereka

Duh, Facebook kalau sudah berurusan dengan pengumpulan data memang suka nakal ya. ckckck!
facebook
Getty Images

Facebook baru-baru ini membeli akses data pengguna remajanya dengan membayar mereka untuk menginstal aplikasi yang mencatat apa saja yang mereka lakukan di internet, tulis TechCrunch Selasa lalu (1/29).

Raksasa media sosial ini saban bulan “menggaji” sejumlah pengguna remajanya sebesar $20 (setara Rp279 ribu). Yang mereka perlu lakukan cuma mamasang Facebook Research App (FRA), sebuah jaringan virtual private yang memberikan Facebook akses terhadap segala aktivitas remaja-remaja tersebut di Internet dan gawai mereka.

Iklan

Dengan menginstal aplikasi tersebut, sukarelawan yang berumur antara 13 sampai 35 tahun memberikan Facebook root access menuju ponsel yang mereka gunakan .

Facebook memang tak secara langsung mempromosikan penggunaan FRA, tapi menyewa pihak ketiga untuk mencari sukarelawan di Internet. Para sukarelawan ini baru diberitahu tujuan penggunaan aplikasi tersebut setelah prosesnya dimulai.

Sebelumnya, Facebook pernah mengumpulkan data serupa melalui aplikasi VPN Onavo, yang dibeli Facebook pada 2013. Onavo memungkinkan Facebook mendapatkan insight berharga tentang bisnisnya sekaligus mengenali layanan kompetitornya yang dapat mereka contek.

Namun, aplikasi tersebut terpaksa ditutup setelah Apple mengeluh Onavo melanggar kebijakan privasi produknya musim panas tahun lalu.

Menanggapi artikel yang diturunkan TechCrunch, Facebook menegaskan kepada The Verge bahwa pihaknya akan menghentikan operasi versi iOS FRA tapi tetap menawarkan versi androidnya.

Dalam pernyataannya kepada VICE News, Apple mengatakan langkah pertama yang mereka ambil untuk menghapus FRA dari produknya ialah mencabut keleluasaan Facebook mendistribusikan aplikasi tersebut. “Kami merancang program perusahaan pengembang Apple kami semata-mata sebagai kanal internal distribusi aplikasi internal organisasi,” jelas juru bicara Apple dalam statement yang dikirim lewat surel. “Facebook sudah memanfaatkan sertifikat pengembang aplikasi dalam sistem ini untuk mendistribusikan aplikasi pengumpul data. Jelas, ini pelanggaran persetujuan antara Apple dan Facebook. Setiap perusahaan pengembang yang memanfaatkan sertifikat dari Apple untuk menyebarkan aplikasi akan diganjar hukuman berupa penghapusan sertifikat. Langkah ini kami ambil untuk melindungi pengguna kami dan data mereka.”

Iklan

Facebook, yang sering dituding gagal melindungi privasi penggunanya, berdalih penggunaan FRA sebagai praktek yang lumrah dalam kancah media sosial.

“Seperti perusahaan lainnya, kami mengundang sejumlah orang untuk ikut serta dalam riset untuk menemukan hal yang seharusnya kami lakukan dengan lebih baik. Karena riset ini ditujukan untuk menolong Facebook memahami bagaimana orang memanfaatkan gawai mereka, kamu menyediakan informasi yang berlimpah terkait jenis data yang kami kumpulkan dan bagaimana seseorang bisa terlibat dalam riset ini. Kami jelas tak menyebarkan data-data pengguna pada pihak luar. Lagipula, peserta riset bisa berhenti kapanpun mereka mau,” jelas Facebook dalam pernyataannya.

Sementara itu, baik Google atau Apple belum menjawab pertanyaan apakah keduanya melakukan riset seperti Facebook. Twitter mengaku tak menggelar penelitian seperti ini.

Facebook mengaku kurang dari lima persen sukarelawan yang ikut serta dalam riset ini berusia belasan dan semuanya berpartisipasi setelah menunjukkan persetujuan orang tua mereka.

Namun, sebelum versi iOS FRA dihapus, seorang jurnalis asal BBC membuktikan betapa mudahnya mendaftarkan diri dalam riset Facebook.

“Fakta ini seharusnya menjadi pengingat bagi konsumen yang sangat menghargai privasi bahwa di tangan yang salah teknologi VPN punya dua sisi: aplikasinya bisa dipakai untuk mengamankan data kita sekaligus membiarkan pihak lain leluasa mengaksesnya,” kata Simon Migliano, kepala bagian riset Top10 VPN, kepada VICE News lewat sebuah surel.

Ini adalah kali kedua Facebook tertangkap basah memanfaatkan pengguna remajanya. Baru-baru ini, sebuah laporan membeberkan bahwa Facebook dengan sengaja mengelabui anak-anak yang doyan bermain game dan orang tuanya untuk menghabiskan uang sampai jutaan dolar.

Sebuah dokumen persidangan menunjukkan bahwa Facebook mengetahui sejumlah pengembang game dalam platformnya menjerat anak-anak untuk menghabiskan sejumlah uang tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Malah, Facebook dengan enteng menyebutnya sebagai “penipuan yang bersahabat.”