sains dan teknologi

Ribuan Gurita “Mampir” ke Kolam Air Panas di Dasar Laut Buat Kawin

“Taman Gurita” di dasar laut AS dipercaya sarang gurita terbesar yang ada di dunia.
Kawanan gurita betina mengerami telur di permukaan batu
Foto oleh tim peneliti Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI)

Suatu tempat di dasar laut California, Amerika Serikat, mendapat julukan “Taman Gurita” lantaran banyaknya gerombolan gurita yang “hinggap” di sana. 

Para ilmuwan terpukau menyaksikannya sejak fenomena itu diungkap ekspedisi Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) pada 2018 silam. Ribuan gurita tampak berkumpul di sepanjang lereng Gunung Davidson yang terletak sekitar 3.200 meter di bawah permukaan laut, entah apa tujuannya. Pemandangannya tambah ganjil karena makhluk tentakel itu umumnya hidup menyendiri.

Iklan

Misteri Taman Gurita berhasil terkuak lewat pengamatan langsung yang dilaksanakan belum lama ini. Rupanya suhu di lokasi tersebut mendukung proses pengeraman telur gurita. Laporan penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada Rabu (23/8) waktu AS.

Jim Barry, ilmuwan senior di Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI), menjelajahi Taman Gurita bersama rekan-rekan penelitinya selama dua tahun, tepatnya 2019-2021. Kegiatan observasi mereka mengandalkan kapal selam Doc Ricketts milik MBARI yang dapat dioperasikan dari jarak jauh. Totalnya, Barry dkk. melakukan sebanyak 14 penyelaman sepanjang durasi waktu tersebut. 

Kemudian, pada Maret-Agustus 2022, mereka mempelajari perilaku gurita yang bertelur di Taman Gurita menggunakan kamera timelapse yang menghasilkan gambar 20 menit sekali.

Temuan yang diperoleh menunjukkan ada kira-kira 6.000 ekor gurita Muusoctopus robustus di area seluas 2,5 hektare itu. Suhunya yang hangat mampu mempercepat proses penetasan hingga 1,8 tahun saja. Beberapa spesies gurita bisa mengerami telur selama lebih dari empat tahun.

Masa pengeraman yang lebih singkat diduga dapat mengurangi risiko telur terinfeksi penyakit dan dimangsa predator. Dengan demikian, kelangsungan hidup anak gurita makin tinggi.

“Masa pengeraman yang lebih pendek sepertinya dapat memperbesar peluang keberhasilan reproduksi,” kata Barry.

Iklan

Ia benar-benar terkejut melihat betapa tingginya jumlah gurita mutiara—disebut demikian karena mirip bola mutiara—yang berkembang biak di Taman Gurita. 

“Kami sering menemukan gurita betina mengerami telur di mana-mana. Tapi di tempat ini, jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang biasa kami temukan. Paling banter ratusan ekor,” terangnya saat diwawancara via telepon. “Ada mata air panas di daerah ini, yang tampaknya jadi alasan jumlah gurita bisa mencapai ribuan.”

Semua gurita betina yang diamati berkumpul di bebatuan dekat mata air panas yang suhunya 11°C, lebih hangat daripada suhu laut dalam yang berkisar 1,6°C. Itulah sebabnya para peneliti percaya suhu air hangat meningkatkan metabolisme induk, yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan embrio.

Namun, menariknya, suhu hangat ini juga menyiksa induk. Gurita betina sama sekali tidak mencari makan selama mengerami telur, sehingga akan mati setelah anaknya lahir. Selain itu, gurita rentan terhadap suhu yang terlalu dingin maupun panas.

Tim Barry mengusulkan kemungkinan adanya sarang kawin gurita serupa yang tersembunyi di lokasi lain. Tidak mustahil jika jumlah gurita yang berkumpul di daerah-daerah seperti ini mencapai tiga kali lipatnya.

“Kawasan ini harus dieksplor lebih dalam lagi, supaya kita dapat mengidentifikasi tempat-tempat penting bagi berbagai jenis kehidupan laut dalam. Makin banyak wawasan yang kita peroleh soal laut dalam, makin banyak pula cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikannya,” pungkas Barry.