Perjalanan Hidup Gangster Sekaligus Promotor Tarung Muay Thai Legendaris: Klaew Thanikul

This article was originally published on FIGHTLAND.

Tak ada yang lebih menyeramkan dari sasana tinju yang dijalankan dengan tetesan keringat, darah dan rasa takut. Salah satu sasana seperti adalah sasana Muay Thai Sor Thankul di Bangkok. Didirikan pada 1977 oleh pengusaha Thailand keturunan cina Klaew Thanikul, Sasana ini—lokasinya ada di kawasan tak terkenal di pinggiran Bangkok—pernah menjadi rumah bagi legenda Muay Thai seperti Boonlai, Samingnoi, Sombat dan Komkiat.

Videos by VICE

Dengan suara serak, wajah mirip seekor reptil, trademark kalung budha dan telapak tangan lembab, Klaew Thanikul tak cuma pria tajir biasa yang kebetulan punya sasana Muay Thai dan menjalankan cara-cara promosi yang ganjil. Selama dekade 80an—yang dikenal sebagai “Era Emas Muay Thai”—Klaew adalah promotor pertandingan nomor wahid. Mantan pemilik kasino yang menumpuk kekayaan dengan melakukan spekulasi di ranah properti ini kelak menjadi pebisnis pertama yang berhasil mengoplos promosi Muay Thai dan tinju ala barat yang menggiurkan.

Tapi semua itu isapan jempol belaka. Thanikul bukan pebisnis yang jujur dilihat dari sini mana pun. Alih-alih seorang taipan, Thanikul tak lebih dari versi Thailand dari oplosan Don Corleone, Don King dan Donald Trump. Klaew Thanikul Jao Poh (godfather mafia) paling berbahaya di Bangkok, seorang penjahat bengis yang berhasil mengeruk banyak uang, serta menumbangkan banyak musuh selagi mendaki tangga persaingan mafia Thailand. Perjudian, obat-obatan terlarang, prostitusi, layanan keamanan, perdagangan manusia, penebangan liar, apapun itu, Klaew pernah mencobanya. Tapi, memilih jalan hidup sebagai mafia di Bangkok adalah tiket gratis menuju kematian. Klaew diburu banyak orang sejak namanya mulai naik daun.

Percobaan pembunuhan terhadap Klaew pertama terjadi di sisi ring Lumpinee Stadium Bangkok pada tahun 1982. Klaew dan pengawalnya sedang berada di venue saat seorang penyerang melemparkan granat tangan ke tempat duduk Klaew. Beruntung, Klaew sedang tak duduk di sana. Namun, kenyataan ini tak menghentikan penyerang nekat itu untuk memberondongkan submachine gun ke penonton. Beberapa penonton naas luka-luka atau bahkan meregang nyawa. Granat yang dilempar pun meledak, mencederai manajer salah satu petarung Muay Thai. Kedua kaki manajer malang itu harus diamputasi

Meski gagal, percobaan pertama ini memantik percobaan-percobaan pembunuhan lainnya. Tak lama setelah itu, Klaew diduga memerintahkan pembunuhan terhadap pemilik sasana Muay Thai rivalnya, Ngu Hapalang. Sasana yang dimiliki Hapalang merupakan rumah bagi beberapa petarung terkenal pada masanya seperti Dieselnoi, Panomthuanlek dan Chamuekpet. Di malam naas itu, Ngu tengah berdiri di pojok ring Chamuekpet, yang tengah bertarung melawan petarung berbahaya, Langsuan, di Lumpine Stadium. Tiba-tiba di akhir ronde ke-4, Ngu tewas ditembak seorang pria yang duduk di barisan kursi murah. Tak ada yang pernah tahu identitas penembak misterius itu. Semua orang mencurigai Klaew Thanikul, pemeras kurang populer dalam pertarungan malam itu, sebagai dalangnya.

Menyadari bahwa Muay Thai adalah lahan basah, Klaew memutuskan untuk terjun dalam olahraga ini. Muay Thai jadi lahan favoritnya. Alhasil, mafia asal Thailand ini menjadi sosok di balik pertarungan bebas legendaris di dekade 80an. Pada tahun 1983, Klaew mengorganisasi dan mempromosikan pertarungan legendaris Samart vs Dieselnoi yang—pada masanya—memecah rekor bayaran paling tinggi di Thailand. Dieselnoi, pertarung jangkung yang terkenal dengan “sodokan dengkul yang tinggi”, sangat terkesan dengan perlakukan bintang lima dan bayaran yang diterimanya hingga, setelah palagan ini, memutuskan untuk bernaung di sasana binaan Klaew hingga pensiun. Namun, mengingat nasib naas yang dialami mantan managernya, ada dugaan bahwa tawaran untuk bergabung dengan Klaew adalah opsi yang tak bisa ditolak.

Para kampiun memang benar-bener dimanjakan di sasana Sor Thanikul. Mereka menikmati pendapatan yang tak sedikit dari liga Muay Thai Thailand. Namun, liga itu cuma kulit, sejatinya itu hanya kedok bagi sindikat pertarungan yang kerap membeli, menjual dan menukar petarungan, kebanyakan anak lagi-lagi, layaknya budak. Dugaan ini menjadi dasar beredarnya legenda samar tentang dua petarung kembar paling berbahaya di “sasana mafia” Klaew, Boonlung dan Boonlai. Rumor yang berkembang mengatakan keduanya adalah “hadiah” yang diberikan seseorang kepada Klaew untuk membayar sejumlah utang yang besar. Hidup memang murah di Thailand, tapi tak semurah nasib anak-anak yang tinggal di pemukiman kumuh yang dipaksa jadi petarung Muay Thai profesional.

Ternyata “hadiah” itu jadi lambang uang Klaew. Boonlai kelak menjadi kampiun di dua kelas berbeda di Lumpinee Stadium, mengalahkan petarungan legendaris di era emas Muay Thai. Saudaranya kembarnya, Boonlung, juga tak bisa dianggap entang. Boonlung pernah menjadi petarung kelas atas Lumpinee di masaanya. Sayang, karirnya harus berakhir karena kecelakaan mobil. Hasil pemeriksaan memutuskan bahwa tak ada unsur kriminal dalam kejadian tersebut.

Detail yang terakhir ini sungguh penting. Kematian akibat permainan kotor sudah bagian tak terpisahkan jika kamu bersebrangan atau bahkan bekerja di bawah perintah mafia sebesar Klaew Thanikul. Klew adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan bandar judi Thiland Chaiwat Palangwattanaki pada tahun 1988. Sebagai seorang bos mafia kecil-kecil, semasa hidupnya Chaiwat dikenal sebagai sosok berpengaruh yang tak ragu main kotor. Ambisinya membuncah. Perjudian, pelacuran, obat-obatan terlarang hingga penyelundupan, semua lahan ini pernah dia jabani. Bisa dibilang ia adalah gudang uang kotor berjalan. Sayangnya, Chaiwat punya ambisi berbahaya: menjungkalkan seniornya, Klaew Thanikul. Sang senior mencium rencana laknat dan aroma pembangkangan pada Chaiwat. Lewat bantuan manajer sasana Muay Thai rivalnya, Klaew menggelontorkan uang sebesar $80 (setara Rp1 juta) untuk menyewa pembunuh Chaiwat.

Bandar Judi malang itu tengah duduk di sisi ring di Lumpinee Stadium ketika pembunuhan terjadi. Dari jarak yang sangat dekat, seorang pembunuh bayaran menumpahkan 4 peluru: satu bersarang di kepala Chaiwat dan sisanya berakhir tubuhnya. Pengawal Chaiwat sempat membalas tembakan dan berhasil melukai sang pembunuh. Malam itu, dua penggemar Muay Thai meregang nyawa dan belasan lainnya luka-luka gara-gara aksi tembak-tembakan itu. Chaiwat menghembuskan nafas terakhirnya selang beberapa hari kemudian di sebuah rumah sakit. Ketika ditanya tentang keterlibatannya dalam pembunuhan Chaiwat di Lumpine Stadium, Klaew dengan enteng menyangkalnya. “Kalau aku benar-benar mau membunuhnya,” ujarnya pada awak media saat itu. “Aku tak harus repot-repot menyewa pembunuh bayaran. Tinggal bilang ‘Aku tak mau jalan bareng atau ngobrol dengan Chaiwat’ beres perkara.”

Entah itu sesumbar belaka, sangkalan Klaew jadi semacam pengingat bagi semua orang yang bersembrangan mafia sadis itu. Di sisi ring, di atas ring, tak ada orang yang tak tersentuh Klaew. Klaew adalah kakak tertua, bos mafia Bangkok dan lelaki paling mengerikan di Thailand. Yang jelas, tak ada yang berani berurusan dengan Klaew Thanikul. Tak ada yang bisa bikin Klaew malu dan masih bernafas keesokan hrinya. Klaew mengangkangi hirarki dunia kriminal di Thailand. Dan dia tak mau penduduk sipil atau para penjahat melupakan fakta itu.

Tersebar rumor yang mengatakan jika anda bertarung untuknya, dan dia bertaruh banyak uang atas kemenangang anda, cuma satu yang harus kamu lakukan: menang atau hidupnya segera berakhir. Salah satu petarung Thailand yang harus bertarung di bawah tekanan seperti ini adalah Changpuek Kiatsongrit. Changpuek saat itu sedang bertarung jauh dari kampung halamannya, di negeri asing bernama Las Vegas. Di bawah sebuah peraturan asing, Changpuek harus berjibaku dengan kickboxer tangguh Amerika Serikat Rick Roufus pada 1998.

Klaew sangat anti melihat anak asuhnya dipecundangi petarung asing. Baginya, tak ada petarung Muay Thai patriotik yang rela dikalahkan oleh petarugng asing. Dalam pertarungan ini, kekalahan Changpuek sudah dipastikan harus dibayar dengan nyawa. Tak tanggung-tanggung, Klaew yang bengis menyaksikan sendiri pertandingan ini dari sisi ring. Ia juga menjanjikan insentif besar bagi Changpuek jika keluar sebagai kampiun.

Di bawah tekanan sebesar ini, malam itu Changpuek tetap bangkit bahkan ketika harus mencium kanvas dua kali. Atas perlindungan Budha, Changpuek mengakhir perlawanan Roufus dengan beberapa tendangan bertenaga di babak ke-4. Malam itu, Changpuek keluar dari ring dengan rasa lega. Setidaknya, dia tak harus tidur berkawan ikan di dasar sungai Chao Phraya saat kembali ke Bangkok selang satu minggu kemudian.

Di bawah tekanan atau tidak, petarung dari sasan Sor Thanikul dikenal kerap membalikan kondisi dalam sebuah pertarungan dan keluar sebagai juara lantaran mereka sangat gigih dan terlatih. Klaew Thanikul, pemilik sasana itu, mungkin hanya seorang bos mafia yang tak tahu apa-apa tentang tehnik Muay Thai. Namun, pelatih senior sasana itu, Pairut Lavila, alias “Ajarn Peng” adalah master Muay Thai. Peng adalah “big professor” dan mentor yang membawahi lebih dari 50 petarung di sasana Thanikul. Sosoknya bisa anda lihat dalam film Jean Claude Van Damme, Kickboxer yang populer di dekade 80an. Peng memerankan seorang pelatih bermata jeli berkaos garis-garis. Tokoh yang diperankan Peng menegur Van Damme yang tengah bermimpi mengalahkan Tang Po, sosok protagonis dalam film itu.

Jauh sebelum Kickboxer meledak, beberapa petarung dari luar negeri seudah bertandang ke Sor Thanikul. Namun, film itu memicu gelombang petarung luar yang datang ke Sor Thanikul, mulai dari para petarung elegan hingga petarung yang datang jauh-jauh untuk mencari lawan di Sor Thanikul.

Sor Thanikul mungkin jadi sarang bagi sebuah keluarga mafia yang bahagia. Tapi, tak bisa dipungkiri, perang kecil-kecilan antar mafia sedang berkobar di seantero Bangkok. Perseteruan antar gang, tembak-tembakan di sisi ring, lemparan granat dan petarung nekat naik ring untuk mencoba peruntungan meraup hadiah besar dari sirkuit perjudian buatan Klaew pernah menjadi kelaziman di dua stadium tinju: Lumpinee dan Rajadamnern pada akhir dekade 1980an dan awal 199oan. Bahkan Klaew, gangster nomor satu di Bangkok, harusnya mengakui dirinya tak kebal peluru. Gara-gara kerap menjadi target pembunuhan di ruang publik dan saat dalam perjalanan, Klaew selalu dikerubungi oleh pengawal bersenjata lengkap. Klaew, yang juga anggota Partai Liberal Seri Niyom, bahkan pernah berpikir untuk menjadi orang nomor satu di Thailand. Kian hari, Klaew makin takut jadi sasaran pembunuhan sampai-sampai dia minta ditemani jika pergi ke kamar kecil.

Nyatanya, sekelompok pengawal yang selalu berada di dekat Klaew tak bikin lawannya gentar. Pada bulan April 1991, truk pickup berisi sepuluh penyerang bersenjata senapan serang M16 dan peluncur granat m203, menghadang mobil yang dikendarai Klaew di pinggiran kota Bangkok. Klaew dan pengawalnya dihujani peluru dan dihabisi dengan satu tembakan granat dari M203. Saking kejamnya pembantaian itu, beberapa orang yang kebetulan ada di TKP menderita luka-luka.

Klaew mungkin sudah kadung tewas oleh tiga tembakan pertama, namun jenazah Klaew—saat kejadian berusia 57 tahun—meninggalkan beberapa petunjuk. Petugas koroner mengeluarkan 60 butir peluru dari jenazah Klaew dan menemukan kalung Somdej Wat Rakang, yang dipercaya memberi perlindungan bagi penggunanya, dalam mulut sang bekas bos mafia. Jelas, dalam ketakutan di ujung hidupnya, Klaew mengenyot jimat kesayangannya itu. Terlepas dari semua detail mengerikan kematiannya, Klaew menghembuskan nafas terakhir di puncak kekuasannya, di bawah guyuran peluru, layaknya seorang gangster sejati dan meninggalkan kekayaan sebesar $12 juta dollar berupa simpanan bank. Tak ayal, tak lama setelah kematiannya, tiga perempuan yang mengaku sebagai istri Klaew muncul mengklaim hak waris masing-masing.

Kematian Klaew masih jadi misteri di Thailand, sampai hari ini. Siapa yang memerintahkan pembunuhan Klaew? Apakah salah satu geng di Bangkok yang melakukannya? Atau seseorang yang punya hubungan dengan seorang perwira bintang empat? Dugaan terakhir adalah spekulasi paling beralasan. Ada teori yang mengatakan bahwa peluru yang digunakan dalam pembunuhan berasal dari tangsi tentara. Sebagai catatan militer baru saja mengambil alih kekuasaan di Thailand awal tahun 1991 dan berjanji bakal membasmi “setan-setan” dalam masyarakat Thailand. Jadi logis saja untuk mengatakan bahwa militer Thailand yang menjadi dalang pembunuhan ekstrajudisial terhadap Klaew. Nama Klaew barang sudah masuk daftar hitam pemilik “kekayaan kotor nan melimpah” yang disusun militer. Pasca kudeta, militer Thailand—yang mendaku sebagai “kekuatan penjaga perdamaian Thailand”—getol memburu bajingan macam Klaew, yang jelas sampah masyarakat. Dalam skema seperti ini, mau bagaimana pun, Klaew memang harus mampus.

Akhirnya, tak ada yang bisa mengungkap dalang pembunuhan Klaew Thanikul. Yang jelas, Klaew sudah disingkirkan. Bersama mampusnya sang bajingan, berakhir juga pertarungan-pertarungan besar, promosi-promosi gila-gilaan dan pada akhirnya, era emas Muay Thai. Sosok seperti Klaew memang tercatat dalam keabadian sebagai promotor pertarungan besar pemecah rekor dan berbayaran tinggi. Di masa kejayaan Klaew, publik Thailand memang sedang haus pertarungan Muay Thai dan Klaew lah memenuhi dahaga ini. Pertarungan yang digagasnya masih membekas dalam ingatan pecinta Muay Thai di Thailand. Patut pula diakui bahwa Klaew adalah sosok yang melahirkan banyak petarung legendaris berperut dan berdagu besi. Tempatnya dalam perkembangan dan sejarah Muay Thai tak akan bisa dihapus. Lalu apakah Muay Thai memburuk setelah kematiannya? Tidak juga. Seperti petarung yang bisa datang dan pergi, begitu juga nasib para promotor. Jao Poh dari dunia hitam telah dihabisi, kini giliran Songchai Ratanasuban mengisi kursi yang ditinggalkan Klaer. Panjang umur Jao Poh!

Selepas Klaew tewas, sasana Sor Thanikul keteteran mempertahankan nama besarnya, sebelum akhirnya tutup pada 2003. Para pelatih kenamaan sasana ini—Peng, Toy, dan Mueg—mencoba peruntungan di sasana lain. Peng belakangan bisa ditemui melatih di 96 Penang di kawasan pejagalan Bangkok. Tak satupun kampun dan pelatih jebolan yang mengenang masa lalunya dengan pahit. Bagi mereka, sasana Sor Thanikul adalah keluarga besar—sebuah keluarga disfungsional, yang telah melewati manis pahitnya hidup. Alumni Sor Thanikul pernah menggelar reuni pada tahun 1993 di Bangkok. Sekumpulan kawan lama itu menyantap serangkaian hidangan pedas, menenggak whiskey Scotch, berkaraoke dengan suara pas-pasan dan mengenang kembali masa-masa indah di Sor Thanikul. Lalu apa arti penting dari Klaew Thanikul dan sasana yang memakai namanya? Hanya mereka yang tahu. Kadang kebenaran itu terlalu brutal, telanjang dan menyesakkan.

Itulah satu-satu kebenaran yang berharga di atas ring Muay Thai dan, tentunya, sama belaka seperti hidup kita.