Penyelundupan Satwa

Thailand Gagalkan Penyelundupan Satwa Liar Ekstrem, 105 Hewan Dijejal dalam 2 Koper

Aksi penyelundupan yang gila dan kejam ini menandakan kembalinya aktivitas pasar satwa ilegal, yang telah dikhawatirkan para pakar sejak setahun lalu.
Gavin Butler
Melbourne, AU
armadillo
Beberapa hewan yang diselundupkan di antaranya armadillo, landak putih dan ular. Foto: AFP Photo / Departemen Taman Nasional dan Konservasi Flora Fauna Thailand

Awal pekan ini, dua warga India tertangkap basah hendak menyelundupkan satwa liar dari Thailand ke negara asal mereka.

Hasil pemeriksaan X-Ray bandara Suvarnabhumi di Bangkok mengungkap, 109 ekor hewan hidup dijejalkan dalam dua koper milik Nithya Raja (38)  dan Zakia Sulthana Ebrahim (24). Kedua perempuan diserahkan ke pihak berwajib usai petugas satwa liar mengonfirmasi kopernya berisi 35 ekor kura-kura, 50 ekor kadal, dua ekor landak putih, dua ekor armadillo dan 20 ekor ular yang akan diselundupkan ke Chennai.

Iklan

Mereka terancam menerima hukuman karena melanggar undang-undang perlindungan satwa liar dan aturan impor. Tindakan Raja dan Ebrahim yang menjejalkan banyak binatang dalam koper kecil juga dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit dari hewan.

Kasus ini menandakan kembalinya aktivitas pasar satwa ilegal, yang telah menjadi kekhawatiran para pakar selama setahun terakhir. Dengan dibukanya perbatasan antarnegara, perdagangan satwa liar semakin tak terelakkan.

Danielle Fallin, koordinator program dan asisten peneliti dari Pusat Studi Strategis dan Internasional untuk Asia Tenggara, mencatat sementara pembatasan Covid-19 mempersulit aktivitas perdagangan hewan, pandemi juga memperburuk angka kemiskinan di Asia, sehingga memaksa orang melakukan hal ekstrem demi bertahan hidup. Akibatnya, menurut Fallin, kasus perburuan dan perdagangan satwa liar di dalam negeri meningkat tajam.

Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) menemukan bukti serupa setelah mewawancarai orang-orang yang menyelundupkan dan memperjualbelikan satwa liar di negara-negara seperti Myanmar, Thailand, Laos dan Tiongkok, yang terkenal dengan praktik ilegal ini.

Iklan

Dalam beberapa kasus, hewan ditimbun hingga harga dan permintaannya kembali seperti sediakala. Jeremy Douglas, perwakilan UNODC untuk kawasan Asia Tenggara, memprediksi hal itu akan terjadi setelah pembatasan dilonggarkan—yang sejalan dengan kekhawatiran Fallin.

“Perdagangan ilegal satwa akan menjadi masalah yang serius begitu negara-negara di Asia Tenggara membuka kembali perbatasannya dan menyambut kedatangan wisatawan internasional,” tulis Fallin pada Desember.

Asia Tenggara telah lama menjadi sarang perdagangan hewan ilegal. Jumlah satwa liar yang dijual secara online di kawasan tersebut sudah naik dua kali lipat sejak 2015.

Follow Gavin Butler di Twitter.