Keamanan Siber

Aparat Israel Selidiki Produsen Spyware Pegasus yang Dipakai Menyadap Aktivis Sedunia

Produk buatan NSO itu dipakai lembaga keamanan Indonesia, diklaim untuk memantau terorisme. Ada dugaan spyware Israel ini juga dipakai menyadap aktivis dan politikus oposisi di Indonesia.
Israel selidiki NSO produsen spyware pegasus yang dipakai menyadap aktivis Indonesia
Ilustrasi spyware untuk penyadapan oleh JOEL SAGET / AFP 

Pada 28 Juli 2021, Kementerian Pertahanan Israel mengirim tim menyambangi kantor perusahaan teknologi NSO Group di Kota Herzliya, dekat Ibu Kota Tel Aviv. Tim berisi aparat dan pejabat pemerintahan itu memeriksa adanya dugaan pelanggaran dalam pemakaian spyware (perangkat lunak untuk penyadapan dan perusak sistem komputer) yang dibuat oleh NSO. Spyware itu, bernama Pegasus, menurut laporan investigasi kolaborasi berbagai media, justru dipakai banyak negara untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan politikus oposisi.

Iklan

Menurut laporan media lokal Calcalist, kantor NSO “digeledah” oleh tim dari Kemenhan. Namun, dalam pernyataan tertulis beberapa jam setelahnya, jubir NSO mengklaim tim tersebut hanya “berkunjung” dan meminta keterangan soal produk mereka. Saat dikonfirmasi terpisah, pejabat Kemenhan Israel membenarkan kedatangan tim tersebut untuk memeriksa potensi penyalahgunaan spyware Pegasus di berbagai negara.

“Kami membenarkan telah ada kunjungan dari perwakilan kementerian pertahanan ke kantor NSO. Perusahaan kami siap bekerja sama secara transparan dengan otoritas Israel,” demikian keterangan dari tim humas NSO. “Sampai sekarang, kami menganggap berbagai laporan yang menyudutkan produk NSO merupakan tudingan yang keliru.”

Pegasus, produk yang dibuat NSO, sedang menjadi sorotan global. Pada 18 Juli lalu, sebanyak 17 media internasional, termasuk The Washington Post hingga Guardian, bekerja sama dengan Amnesty International serta LSM Forbidden Stories melansir seri artikel tentang berbagai problem akibat pemakaian Pegasus. Belasan laporan investigasi itu menunjukkan Pegasus berulang kali dipakai untuk menyadap oposisi maupun aktivis HAM di suatu negara.

Iklan

Ada 50 ribu nomor telepon pribadi yang ditarget oleh Pegasus di seluruh dunia, mayoritas adalah wartawan, pengusaha, aktivis, hingga tokoh sekelas Presiden Prancis Emmanuel Macron. Secara total, Pegasus diduga menarget lebih dari 1.000 individu di 50 negara.

Amnesty International memakai metode forensik digital, berhasil membuktikan ada 37 nomor ponsel aktivis dan politikus yang telah diretas memakai Pegasus. Spyware ini memiliki kemampuan menyadap miliaran ponsel yang beroperasi di pasaran, baik dari sistem iOS maupun Android. Selain masuk ke sistem telepon seluler (kemungkinan via WhatsApp), Pegasus dapat dipakai mengambil data berupa foto, percakapan, serta nomor kontak, juga merekam pembicaraan target dari jarak jauh.

Laporan kolaborasi itu sekaligus menunjukkan Pegasus dipakai anak buah Perdana Menteri India Narendra Modi untuk memantau aktivis yang sering menentang pemerintah. Spyware yang sama juga menyadap ponsel teman dekat Jamal Khashoggi, jurnalis Arab Saudi yang dibunuh atas perintah kerajaan.

Laporan kolaborasi ini lantas mengindikasikan bahwa NSO tahu, dan bahkan terlibat, menjalankan penyadapan ke nomor target sesuai permintaan klien. NSO membantah keras semua tudingan tersebut, mengklaim bahwa “daftar nomor target penyadapan yang beredar itu tudingan gila.”

Pemakaian Pegasus sendiri sudah menjangkau Indonesia. Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar serta Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati menyebut ada indikasi upaya memata-matai aktivis lokal lewat spyware buatan Israel itu sejak tahun lalu. Pemakaian Pegasus sendiri dibenarkan oleh anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDIP Effendi Muara Sakti Simbolon.

“Barang itu sudah lama digunakan," kata Effendi, saat dikonfirmasi TEMPO.

Menurut anggota Komisi I, Pegasus dipakai lembaga keamanan Indonesia memata-matai kelompok teroris. Contoh pemakaiannya adalah Operasi Tinombala di Sulawesi Tengah, yang berlangsung sejak 2016. Effendi sekaligus menyebut Pegasus dipakai mengejar kelompok bersenjata di Papua. Namun Effendi tidak merinci lembaga keamanan mana yang memakai teknologi buatan Israel tersebut.

Asfinawati menilai karena tak ada transparansi mengenai alat sadap yang dimiliki lembaga pemerintah, dia khawatir Pegasus rentan disalahgunakan untuk kepentingan politik tertentu.