FYI.

This story is over 5 years old.

media sosial

Topik Debat Kali Ini: Lebih Baik Kita Tutup Akun Facebook Atau Enggak?

Redaksi VICE menelusuri berbagai argumen pro dan kontra deactivate FB supaya kalian bisa memutuskannya sendiri.
Foto oleh akun Flikr Xiaobin Liu (lisensi CC 2.0)

Sekarang udah 2018. Facebook telah berubah menjadi dunia maya penuh nestapa. Facebook pada dasarnya hanya penuh foto keluarga yang berantakan, pengumuman pertunangan dari teman-teman dumay yang nge-add kamu habis nongkrong bareng suatu malam di tahun 2011, dan keluhan soal kondisi politik sepanjang 800 kata dari teman kuliah dulu yang selalu berusaha "merekrutmu" ke klub diskusi di kedai kopinya. Semua itu membuktikan pada dasarnya Facebook hanya akan menjadi kuburan digital raksasa yang penuh "orang mati." Plus jadi tempat nongkrong utama orang yang demen banget ribut soal agama. Mau moderat ataupun ekstrem, pokoknya bahas agama terus di Facebook.

Iklan

Jadi, mendingan kita hapus aja akun Facebook enggak sih? Kamu sudah memikirkan dilema soal FB selama tiga tahun terakhir. Nyatanya, di sinilah kamu, kemungkinan besar membaca artikel kami karena tak kunjung sanggup menentukan sikap. Sebelum sampai di artikel ini, kamu pasti nge-scroll newsfeed Facebook seakan-akan ada yang penting buat dibaca biar tambah pinter (bahan buat berantem sih banyak).

Oke mendingan kamu tutup akun ya? Hmm, iya enggak sih? Iyalah. Iya kan? Mungkin iya. Tapi serius? Masih kurang yakin? Baiklah. Kami menimbang-nimbang semua aspek pro tutup akun FB maupun kontra atas pilihan sebelumnya. Putuskan sendiri ya.

PRO: FACEBOOK ADALAH SOSMED YANG MEMBEBANIMU DENGAN KEWAJIBAN SOSIAL
Perempuan kawan SMA-mu kirim pesan. Kalian lumayan akrab di masa awal remaja, sebelum dia jadi populer sebagai seniman saat kuliah, lalu menjauh darimu. Pesan di inbox itu berbunyi, dia datang ke kotamu untuk audisi tari minggu depan, sementara dia gagal booking hotel lewat AirBnB atau Traveloka, jadi dia kesusahan menemukan tempat menginap di kota ini. Untungnya kamu masih berhubungan melalui mukjizat modern media sosial! Jangan khawatir, dia hanya akan tinggal bersamamu selama empat malam kok (mampus!). Kamu pasti kesusahan mengabaikan pesan via message (atau menjawab basa-basi apa kek) supaya kabur dari kerepotan tersebut.

KONTRA: KAMU ENGGAK PUNYA BANYAK TEMAN, AKUILAH FB MEMBANTUMU BERSOSIALISASI
Facebook masih menjadi cara yang paling berguna untuk mengetahui semua hal yang sebenarnya menarik minatmu, tapi kamu enggak tahu jadwalnya. Jika kamu menghapus akun FB-mu, kamu menghabiskan sisa masa muda cuma buat mencari tahu kapan dan di mana pesta ulang tahun kawan lama, karena kamu tidak cukup penting bagi siapapun untuk menyadari bahwa kamu gak ikut diundang. Plus, jika kamu memiliki Facebook, kamu bisa mengklik "Interested" di "ACARA DUGEM SEKALIGUS PAMERAN KAOS di ANU", atau memilih "Going" ke gig indie apalah yang kayaknya menarik. Meski kamu tidak benar-benar berniat menghadiri acara tersebut, orang lain yang melihat aktivitasmu di beranda bakal berpikir kamu memiliki lingkup pergaulan luas di dunya nyata. Terkadang kamu benar-benar meninggalkan rumah dan pergi ke acara tersebut, ketemu kenalan baru. Kamu paham sekarang bagaimana popularitas hanya sebuah kepalsuan yang rumit, kan? Tanpa Facebook, kesempatanmu nongkrong bareng orang baru itu nyaris nol!!!

Iklan

PRO: FACEBOOK BISA MEMBUATMU DIPERMALUKAN TEMAN
Teman sekontrakan merasa bosan pada hari Minggu sore, terus dia iseng ngescroll timelinemu, sampai dia menemukan fotomu yang sangat lucu pas kamu masih SMA dulu. Kamu berdandan agar bisa semirip mungkin kayak Gerard Way-nya My Chemical Romance. Itu foto dari fase 'emo poni lempar' di kelas dua SMA. Dalam hati, kamu berpikir, 'Oh Tuhan, bisakah semua orang keren dan cakep yang saya temui di tahun-tahun sejak tobat berhenti jadi alay tidak melihat bukti fotografi itu pernah terjadi?'

KONTRA: DIPERMALUKAN KARENA ARSIP FOTO ALAY FB-MU? BALAS DONG. INILAH ASYIKNYA 'PERMAINAN GALI BANGKAI DIGITAL'
Sekarang kami tanya, bisakah kamu membayangkan kepuasan yang lebih besar daripada menemukan status lama dari temanmu ketika masih demen ngikutin serial opera sabun di pertengahan 2008 (padahal kamu tahu sekarang dia sok jadi movie snob yang cuma mau nonton film-film arthouse-nya Werner Herzog atau Ismael Basbeth). Kawanmu itu bahkan kamu pergoki selalu bikin status alay soal kehidupan atau percintaan delapan tahun lalu tiap jam 1 pagi. Bangkai digital itu kamu gali lagi, kamu share ke teman-teman sekarang, sampai dapat 200 like. Kalian memulai perang saling mempermalukan yang membuat FB tidak akan terasa membosankan.

PRO: TUTUP AJA DEH, SOALNYA FACEBOOK MULAI JADI PERUSAHAAN JAHAT
Ngomong begini rasanya kayak jadi teman para penggemar teori konspirasi. Tapi faktanya memang tidak terbantahkan kok. Sudah banyak laporan kredibel menyebutkan bila Facebook melakukan beberapa hal buruk memasuki 2018. Mulai dari menghancurkan demokrasi, jadi sarana menyebarkan ujaran kebencian, serta mengunggah materi kontroversial lewat livestreaming. Genosida etnis minoritas muslim Rohingya, Myanmar, menurut PBB juga dipicu komen-komen anti-Islam di Facebook.

KONTRA: DARIPADA TUTUP AKUN, APA SUSAHNYA NGECEK FACEBOOK SESEKALI DOANG?
Memutuskan tutup akun FB hanya akan membuat banyak orang mengira kamu sosok aneh. Bener sih, udah dikit banget orang di bawah usia 45 yang masih memposting apapun ke Facebook. Makanya beranda Facebook-mu sekarang didominasi teman-teman ibumu untuk mengikutii kuis-kuis lucu. Tapi, satu-satunya orang yang tidak memiliki Facebook pada 2018 adalah aktivis hak asasi manusia, pembunuh berantai, dan ayahmu. Daripada dituduh begitu, mending enggak usah tutup akun. Biarin aja Facebook-mu tetap ada, cek sebulan sekali, masalah beres deh.

PRO: TAK ADA FACEBOOK MEMBERIMU BANYAK WAKTU LUANG MELAKUKAN AKTIVITAS SERU
Masih ingat era buku dan televisi? Masih ingat rasanya tidur sebelum tengah malam? Terkadang saya buka atau ngerjain apa gitu di laptop, lalu mendadak saya menyadari belum ngecek Facebook sejak sejam yang lalu. Dampaknya saya cemas dan saya harus menghentikan sementara hal yang saya tonton itu untuk sedikit scroll newsfeed FB. Padahal ya enggak ada apa-apa. Cuma beberapa akun kenalan pas seminar upload foto makanan atau foto jalan-jalan. DUH. Ngapain menghabiskan waktu scroll beranda FB. Saya bahkan belum pernah membaca satu kata pun dari buku White Teeth oleh Zadie Smith. Saya belum benar-benar serius mencoba menikmati musiknya The Beatles. Saya belum menonton The English Patient. Mungkin saya bisa menonton film The English Patient jika saya tidak menghabiskan empat jam sehari nge-scroll FB buat nyari meme dan shitposting. Bisa aja saya bakal sangat menyukai The English Patient.

KONTRA: FB MEMBANTUMU MELAKUKAN REFLEKSI DIRI LHO
Yakin banget kamu bebas dari FB lalu bisa menghabiskan waktumu berbicara sama manusia lain? Emangnya kamu mau ngobrol sama teman kantor pas ngantri air panas di dispenser? Kamu emangnya bakal mengobrol sama perempuan tua yang duduk di sebelahmu pas naik KRL pagi ini? Kamu yakin mau punya waktu untuk diri sendiri dan memproses emosi-emosimu? Duh, males. Sejujurnya, menghapus akun Facebook adalah ide buruk. Kamu mending pertahankan akun aja. Kita semua mempertahankan akun FB kita, walau enggak aktif-aktif banget. Kamu sesekali butuh ngobrol sama kenalan mengejutkan dari dunia maya. Itu cuma bisa didapat lewat FB.

Follow penulis artikel ini di akun @RosieHew