Dunia Kerja

Begini Rasanya Kerja di Kantor yang Transparan Buka Semua Info Gaji Karyawan sampai Bos

Bisakah transparansi gaji menyelesaikan masalah ketimpangan pendapatan? Simak dokumenter VICE berikut untuk mendapat jawabannya.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID

Ketika Molly Moon Neitzel membuka toko es krim di Kota Seattle, Amerika Serikat 11 tahun lalu, dia bercita-cita menerapkan budaya kerja progresif. Impiannya tercapai sekarang. Lebih dari 150 karyawan yang bekerja di tujuh kedai Molly Moon’s Homemade Ice Cream mendapatkan asuransi kesehatan gratis, cuti hamil digaji selama 12 minggu, dan ongkos buat naik transportasi umum.

Tak hanya itu, para petugas toko juga mengetahui semua detail upah rekan kerjanya.

Iklan

"Mereka boleh melihat penghasilan rekannya," kata Neitzel, yang menggambarkan budaya kerja serba tertutup di AS sebagai penindasan patriarki kulit putih.

Neitzel memasukkan daftar gaji karyawan ke spreadsheet internal dan bisa dibaca via online. Sebelum disebar, gaji karyawan perlu diaudit terlebih dulu selama setahun. Hasilnya tidak menunjukkan ada perbedaan antara gaji staf perusahaan, tetapi upah petugas toko cukup berbeda.

Pelayan bisa menghasilkan lebih banyak berkat tip pelanggan dan seringnya lebih besar dari pemimpin shift, manajer toko, bahkan petugas dapur. Hal ini khususnya berlaku pada pelayan yang bekerja lebih sibuk dan di toko sekitar lingkungan orang kaya.

Neitzel akhirnya menghapus aturan pemberian uang tip dan menaikkan harga es krim untuk mengatasi masalah ini. Gaji pokok karyawan juga dinaikkan. Dia berbicara dengan semua karyawannya untuk membahas soal ini. Neitzel yakin dia mampu mempertahankan transparansi gaji seiring berkembangnya perusahaan.

"Saya sangat bersyukur telah melakukannya dengan 100 karyawan lebih. Akhir tahun ini, kami akan memiliki 200 karyawan. Perusahaan kami telah menciptakan landasan kejujuran dan transparansi yang juga bisa dilakukan orang lain," ujar Neitzel.

Dokumenter ini telah tayang di HBO pada 12 Juni 2019. Tonton videonya di tautan awal artikel ini.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News