Artikel ini pertama kali tayang di VICE News
Menteri Luar Negeri Filipina, Alan Peter Cayetano, menyatakan pada hari Senin bahwa Presiden Rodrigo Duterte siap perang dengan Cina apabila Beijing melewati batas atas hak-hak migas di Laut Cina Selatan.
Videos by VICE
“Tidak ada satu pun orang yang diizinkan mengambil sumber daya alam di sana,” ujar Cayetano saat upacara pengibaran bendera di Pasay City. “Presiden akan memerangi siapa saja yang mengklaim sumber daya alam di Laut Filipina Selatan-Laut Cina Selatan.”
Sebelumnya Duterte dinilai enggan menghadapi Cina atas masalah ini, sehingga pidato ini dapat mengubah kebijakan.
Manila sudah berusaha mendapatkan kesepakatan eksplorasi migas bersama Beijing di wilayah yang mereka klaim.
Selain tuduhan bahwa Cina sudah mencuri sumber daya alam, ada kekhawatiran bahwa militerisasi Beijing di Laut Cina Selatan, termasuk pemasangan sistem pertahanan di pulau yang telah dibangun secara fiktif untuk menguatkan klaim mereka atas perairan yang disengketakan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Beijing dilaporkan telah mendaratkan pembom di pulau tersebut untuk pertama kalinya.
Pidato Cayetano muncul beberapa hari setelah Angkatan Laut AS melayarkan dua kapal perang dalam jarak 12 mil laut pulau fiktif Cina di Paracels, bagian dari praktek penerapan kebebasan navigasi.
Sejak menjabat sebagai presiden dua tahun lalu, Duterte mengungkapkan kekagumannya terhadap Beijing; pada April, dia secara terang-terangan menyatakan “menyukai” Presiden Xi Jinping.
Namun, kritikus mengklaim bahwa Duterte sebaiknya meminta pertanggungjawaban kepada Cina setelah putusan 2016 oleh Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag menemukan bahwa sebagian besar klaim Cina terhadap Laut Cina Selatan adalah ilegal di bawah hukum maritim internasional.
Dan tampaknya Duterte sudah siap bersikap lebih tegas kepada Xi.
Sayangnya, perang dengan Cina hanya akan merugikan Filipina. Berikut alasannya:
Pengeluaran: Beijing menghabiskan US$215 miliar (Rp3 kuadriliun) per tahun untuk kebutuhan militernya. Sedangkan Manila menghabiskan US$3 miliar (Rp41 triliun).
Pasukan: Jumlah angkatan bersenjata Cina mencapai 2,3 juta orang. Sedangkan Filipina hanya bisa mengumpulkan sekitar 125.000 prajurit sebelum berperang.
Peralatan Perang: Cina memiliki lebih dari 9.000 tank dan hampir 5.000 kendaraan tempur lapis baja. Filipina sendiri tidak punya satu pun tank dan hanya ada 672 kendaraan tempur lapis baja.
Pesawat: Cina memiliki total lebih dari 3.700 pesawat dibandingkan dengan Filipina yang hanya memiliki 221 pesawat.
Angkatan Laut: Apabila perangnya terjadi di lautan, angkatan laut Filipina hanya punya 132 kapal. Sedangkan Cina memiliki armada 749 armada terdiri dari kapal perusak, kapal induk, dan kapal selam.