Maaf Kawan, Ilmuwan Memastikan Prajurit Viking Tidak Pernah Pakai Helm Bertanduk

Vikings Didn't Actually Wear 'Viking Helmets,' Scientists Confirm

Salah satu benda ikonik yang akan selalu melekat dengan sosok prajurit Viking adalah helm mereka. Di berbagai produk budaya pop, kita mengasosiasikan bangsa Viking yang doyan berperang dengan helm bertanduk. Sayangnya, menurut kesimpulan penelitian terbaru, gambaran itu keliru.

Dalam artikel yang tayang di jurnal Arkeologi Praehistorische Zeitschrift pada Desember 2021, tim peneliti dari Aarhus University di Højbjerg, Denmark, mengkaji ulang artefak helm bertanduk yang ternyata berasal dari tahun 900-an Sebelum Masehi. Helm kuno tersebut dibuat oleh penghuni rawa di pedalaman Denmark, nyaris dua milenia lebih dulu sebelum peradaban Viking. Perlu diingat, bangsa Viking mulai menginvasi negara-negara di Benua Eropa dan Amerika pada tahun 800 Masehi.

Videos by VICE

Helm bertanduk dari Denmark ini bentuknya serupa dengan yang biasanya dikenakan prajurit Viking di film atau komik. Bahannya terbuat dari perunggu, dihiasi tanduk banteng yang berbentuk serupa huruf S. Masalahnya, helm macam ini jika merujuk lokasi penemuannya dipakai untuk ritual tertentu saja. “Penggunanya memakai helm tersebut sebagai penanda bahwa dia adalah sosok yang memiliki kekuatan adikodrati, bukan sekadar manusia biasa,” demikian kesimpulan para arkeolog dalam jurnal tersebut.

Helm bertanduk itu dibuat ketika manusia masih hidup di zaman Perunggu, dan hasil uji radiokarbon memastikan bila penutup kepala tersebut jauh lebih tua dari peradaban Viking tertua sekalipun.

“Penggambaran bahwa prajurit dari Bangsa Viking mengenakan helm perunggu macam ini keliru,” kata Helle Vandkilde, salah satu tim penulis artikel tersebut. “Sebab, helm macam ini hanya mungkin dibuat ketika manusia belum memanfaatkan besi, dan sebetulnya helm tersebut terpengaruh produk serupa yang dibuat peradaban di Asia.”

Helm bertanduk yang belakangan dikaitkan dengan Viking itu ditemukan pada 1942 di Kota Veksø, kawasan pantai timur Denmark. Helm tersebut lantas disimpan di Museum Nasional Denmark, dan sering dikaitkan peneliti pada masa itu sebagai peninggalan bangsa Viking. Perkiraan mereka keliru, karena sebelum tahun 1950-an, belum ditemukan teknologi radiokarbon untuk menguji usia metal.

Vandkilde bersama timnya, berhasil mendapat perkiraan lebih akurat terkait usia sebenarnya helm tersebut. Dipastikan, bila helm bertanduk dari bahan perunggu ini dibuat antara kurun 1006 sebelum masehi hingga 907 sebelum masehi.

Menariknya, penggambaran prajurit Viking mengenakan helm bertanduk sebetulnya baru muncul pada tahun 1800-an di Eropa. Salah satu pelopornya adalah desain kostum pementasan opera bertajuk Ring Cycle, gubahan Richard Wagner, komponis kenamaan Jerman di Abad 19. Kostum prajurit Viking di opera tersebut yang cukup mencolok lantas mempengaruhi seniman Eropa lain, dan akhirnya terus direproduksi sampai sekarang.

Adapun konsep helm bertanduk kemungkinan dibawa ke Skandinavia oleh pedagang dari Bangsa Phoenicia, yang hidup sebagai nelayan serta pedagang di kawasan Laut Mediterania. Helm tersebut sudah lebih dulu dikenakan oleh penduduk kawasan Syam (kini Irak, Lebanon, dan Yordania), sejak tahun 1.000 sebelum masehi.

Satu hal yang pasti, kalaupun bangsa Viking pernah memakai helm macam itu, fungsinya bukan untuk pelindung kepala saat berperang. Hanya sosok pemimpin klan/suku yang mengenakannya, dalam upacara tertentu. Sebab, dari temuan arkeologis, kehadiran helm bertanduk muncul di acara yang menandakan prestise ekonomi dan kultural pemakainya.

“Para pemimpin yang mengenakan helm bertanduk di kawasan Skandinavia pada masa lalu memakainya atas motif kepercayaan. Sebab, tanduk diyakini dapat memberi penggunanya kekuasaan lebih besar,” demikian kesimpulan Vandkilde.