Artikel ini pertama kali tayang di Barbend.com
Harusnya ini bukan fakta yang mengagetkan: berjalan jinjit selama berjam-jam bukanlah cara berjalan yang benar. Nyatanya, beberapa orang masih terbengong-bengong lantaran fakta terang benderang seperti ini.
Sepatu hak tinggi tak bagi bagi manusia. Bahkan kalau mau dibandingkan, sneaker jauh lebih berfaedah daripada sepatu hak tinggi. Sepatu hak tinggi cuma bikin kamu merasa sakit dari telapak kaki hingga bagian atas tulang belakang. Pendeknya: memakai sepatu hak tinggi bukanlah opsi yang bijaksana. Berikut beberapa masalah yang kerap dikaitkan dengan kebiasaan mengenakan sepatu hak tinggi.
Videos by VICE
Dengarkan Nasehat Para Pakar
“Memakai sepatu hak tinggi sebenarnya berlawanan dengan cara berjalan alami manusia. Kita tak didesain untuk berjalan menggunakan ujung jari kaki kita,” jelas Dr. Neal Blitz, DPM, FACFAS, seorang dokter bedah kaki yang praktik di New York dan Los Angeles. Blitz memenang sertifikat untuk melakukan bedah kaki, rekonstruksi bagian belakang kaki dan operasi tempurung kaki. “Itulah konsekuensi menggunakan sepatu hak tinggi.
Sepatu hak tinggi membuat perempuan—kita tahu pengguna sepatu hak tinggi kebanyakan perempuan—berjalan dengan menggunakan ujung jari kami mereka. Akibatnya, bola kaki menerima tekanan paling besar. Lantas, lantaran posisi kaki diubah sedemikian rupa, banyak otot intrinsik dalam kaki dipaksa bekerja. Akibatnya, pengguna sepatu hak tinggi bisa mengalami kram, kejang otot, dan rasa sakit akut.”
Tak mengherankan jika kemudian sepatu hak tinggi ternyata jadi penyebab utama sakit di daerah kaki. Sebuah penelitian menduga hampir 125.000 perempuan di Amerika Serikat menjalani perawatan cedera yang disebabkan penggunaan sepatu hak tinggi selama antara tahun 2002 dan 2012. Kebanyakan cedera yang diderita para perempuan terjadi di tumit dan kaki. Namun, 15 persen cedera lainnya menimpa bagian dengkul, torso, pundak, kepala hingga leher. Mayoritas cedera berbentuk keseleo. Akan tetapi, 19 persen cedera berupa patah tulang.
Yang mengerikan, semua cidera di atas adalah masalah jangka pendek. Penggunaan sepatu hak tinggi dalam jangka menengah atau pendek akan menyebabkan bunion alias tulang pangkal jempol yang menyiku, hammer toe, stress fracture dan metatarsalgia, sebah kondisi ketika bola kakimu terasa sangat sakit saat digunakan. Tekanan di luar normal yang diterima bola kaki juga bisa mengakibatkan callus dan katimulus, yang sangat mengganggu terutama bagi para atlet.
“Sepatu hak tinggi memang dikenal luas sebagai penyebab bunion,” ujar Dr. Blitz, yang sudah mempatenkan alat operasi bunion ciptaannya. “Saya sudah melihat para atlet yang mengenakan sepatu hak tinggi di malam hari dan sneaker di siang hari, mereka mengalami masalah. Bunion muncul di kaki mereka. Ini mempengaruhi kemampuan mereka berlalu. Dampaknya lebih terasa pada atlet angkat berat karena bunion akan menganggu stabilitas kaki.”
Dampak serupa bisa diakibatkan oleh hammer toe, cacat kaki yang membuat jari kakimu melengkung ke bawah alih-alih mendongak ke atas. Lebih dari 200.000 kasus hammer toe ditemui di Negeri Paman Sam setiap tahun dan cacat kaki ini sebagian besar disebabkan penggunaan sepatu yang kepalang sempit.
Melampaui Kaki
Pun kita tak boleh seenaknya membatasi dampak sepatu hak tinggi pada kaki. Sepatu tak tinggi bisa menyebabkan Achilles (tendon paling besar dan kuat dalam tubuh kita) dan otot paha menagang dan mengkerut dalam waktu lama. Kondisi ini sangat berpeluang mengganggu pergerakan tumit dan sangat mungkin menyebabkan keseleo serta masalah-masalah kaki yang tadi sudah kita bahan.
Tapi, mari bicara lebih jauh.
Pikirkan lagi apa dampak sepatu hak tinggi pada tubuh kita: sepatu hak tinggi menempatkan tumit lebih tinggi, menekan otot betis dan membentuk “kaki ideal” seperti yang kerap kita dambakan.
“Namun di saat yang sama, sepatu hak tinggi membuat tubuhmu condong ke depan. Guna mengimbanginya, kamu memanjangkan tulang belakang lumbal, mendorong pinggul dan dada,” ujar Dr. Adam Lipson, pakar bedah saraf dari New York City yang mengambil spesialisasi di operasi tulang belakang.
Gara-gara posisi tubuh yang condong ke depan, keseimbangan tulang belakang terganggu. Akibatnya, kamu harus membuat koreksi aktif agar kamu tetap seimbang dan kepala kamu berada di tengah pelvic. Masalahnya, agar bisa tetap seimbang kamu harus terus menerus mengkontraksikan otot ekstensor, fleksor pinggang dan otot-otot abdominal. Ada juga dada yang mengindikasikan ketinggian hak bisa berpengaruh pada tulang belakang toraks. Posisi ini juga cenderung membuat kepala maju ke depan dan menyebabkan otot leher tegang.
“Ketika sepatu hak tinggi membuatmu condong ke depan, kamu harus terus menyesuaikan tulang belakang dan terus menarik otot agar tetap seimbang. Beberapa perempuan menyangka ini berhasil,” ujar Dr. Lipson. “Tapi ada beberapa masalah. Seiring kamu makin menua, tulang pelvic kamu makin condong ke depan karena segala macam kontraksi yang pernah kamu alami. Kedua, posisi berdiri seperti akan membuat cakram tulang belakangmu akan mendapatakan tekanan berlebih. Kamu tentu saja boleh pakai sepatu hak tinggi kapan saja. Cuma mohon disadari kalau korelasi antara tinggi hak dan sakit pinggang.”
Lalu bagaimana dengan sepatu angkat berat?
Sepatu dengan hal yang tinggi kerap digunakan dalam pertandingan angkat berat guna membantu lifter menjaga postur yang tepat selama mengangkat beban. Sepatu hak tinggi ini juga dipakai guna mengkompensasi keterbatan pergerakan tumit.
Namun, ada perbedaaan berarti: sepatu angkat berat ini punya landasan yang lebih besar dan stabil dan tingginya tak pernah lebih dari 1,95cm. Bandingkan dengan sepatu high heels yang tingginya sampai 5 sampai 7cm (atau stiletto yang menjulang sampai 15cm).
Seberapa sering kita bisa pakai sepatu hak tinggi?
Iya deh. Kami akui sepatu hak tinggi punya pesona tersendiri dan kamu masih ingin terus menggunakannya. Kami percaya tak ada satupun artikel di jagat maya yang akan meyakinkan manusia untuk meninggalkan sepatu hak tinggi. Tapi, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu tempuh untuk meminimalisir dampak buruk sepatu hak tinggi:
Tip pertama dari dokter mungkin kedengaran menyebalkan: kalau belum bisa lepas dari sepatu hak tinggi, silakan dipakai tapi jangan terlalu sering.
“Saya menyarankan untuk tidak memakai sepatu hak tinggi lebih dari dua hari dalam seminggu. Yang saya maksud hak tinggi adalah sepatu dengan hak setinggi lebih dari 7,6cm,” jelas Dr. Lipson. “Dari hari memakai sepatu hak tinggi medium dan tiga hari sisanya, kamu bisa menggunakan sneaker atau sepatu flat. Menggilir sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah diperlukan agar kamu tak terus-terus terpapar sepatu hak tinggi.”
Bagi Dr. Blitz, memakai sepatu hak tinggi sama seperti “kenakalan para atlet.” intinya, kalau tak terlalu sering, ya tak masalah. Namun, bagi para atlet, Dr. Blitz mewanti-wanti mereka agar waspada akan batas penggunaan sepatu hak tinggi mereka yang lebih rendah dari manusia pada umumnya.
“Kalau kamu tak biasa menggunakan sepatu hak tinggi dan tiba-tiba kamu pakai sepatu hak tinggi semalaman, kamu bakal mengalami apa yang kami sebut ‘high heel hangover,’” katanya. “Kaki akan lembam dan bakal menderita tendonitis, katimulus, lecet dan callus.
Perempuan pada umumnya akan mengatasi masalah-masalah ini dengan meminum Tylenol dan merendam kaki mereka. Para atlet tak bisa seenaknya. Sakit yang diakibatkan pemakaian sepatu hak tinggi mempengaruhi kemampuan mereka berlari dan mengangkat beban. Kadang, sakit akibat pakai sepatu hak tinggi tak sebanding dengan postur tubuh indah yang kita dambakan.”
Pada dasarnya, semua kembali pada para pemakai sepatu. Tapi, jika kamu hendak ikut kompetisi olah raga atau berlatih angkat beban dalam waktu dekat, pastikan tumitmu menyentuh tanah sepanjang minggu.
Fakta penggunaan sepatu hak tinggi punya imbas negatif pada performa seorang atlet mungkin mengagetkan beberapa atlet profesional. Setelah membaca artikel ini, Nadeen Rayan seorang pelatih Crossfit Level 1 dan Blogger sampai harus berucap: “saya tak pernah tahu imbas sepatu hak tinggi sampai membaca tulisan ini.
Menyenangkan sekali bisa membaca beragam komplikasi yang bisa kita alami karena terus memakai sepatu hak tinggi. Biasanya, kita kerap melupakan efek jangka panjang segala sepatu. Menurutku, kebiasaan memakai sepatu hak tinggi adalah salah satu dari sekian banyak hal yang mempengaruhi kesehatan kita.
Sebagai seorang lifter, saya sangat lega lantaran kerap jalan dan menghabiskan hari-hari saya dengan menggunakan sneaker atau sepatu olah raga. Kalau tidak begitu, mungkin saya bakal merasakan efek negatif sepatu tinggi. Tapi, ayo jujur-jujuran. Saya perempuan dan saya suka sepatu hak tinggi. Setelah membaca artikel ini, saya akan menghemat sepatu hak tinggi saya untuk momen-momen yang spesial.”
Apalagi yang bisa kita lakukan?
Dr. Lipson bisa mewanti-wanti pasiennya agar tak berlari selama mengenakan sepatu hak tinggi. Lebih dari itu, dia juga menganjurkan olah raga untuk melatih tubuh mereka tekanan yang dihasilkan sepatu hak tinggi.
“Saya sangat menggemari planking untuk melatih kekuatan tubuh. Begitu juga gerakan angkat kaki dan dengkul,” jelasnya. “Squat dan lunge juga bagus. Latihan-latihan ini sangat berguna orang biasa serta para atlet profesional.”
Untuk mereka yang tak begitu bugar, Dr. Lipson biasanya mulai dengan menganjurkan ikut latihan pilates dengan penekanan pada kebugaran tubuh. Menurutnya, latihan pilates jauh lebih efektif dari latihan yoga yang menekankan fleksibelitas.
“Kekuatan tubuh jauh lebih penting,” ujarnya. “Kekuatan tubuh yang baik bakal mengurangi sakit pinggang.”
Bagi seorang atlet, Dr. Blitz akan menganjurkan deadlift yang menurutnya baik untuk meningkatkan kekuatan inti tubuh dan menstabilkan tulang belakang. Tapi, dengan catatan, para atlet ini melakukan deadlift dengan benar.
Di samping latihan kekuatan tubuh, pijat kaki dan menggosok kaki serta betis dengan bola lacrosse lumayan membantu untuk menanggulangi kerusakan kaki akibat sepatu hak tinggi.
Lecet dan callus juga bisa dicegah dengan menggosok kaki menggunakan moleskin.
“Pengagum sepatu hak tinggi sangatlah banyak dan pasar produk ini sangat besar,” aku Dr. Lipson admits. “Menurut saya, pemahaman kita akan tubuh masing-masing dan sedikit usaha tambahan untuk melatih tubuh bisa membantu kita mengatasi stres yang diakibatkan produk fesyen ini.”
Hikmah yang bisa kita ambil
Hampir mustahil menyakinkan orang bahwasanya patokan tentang kecantikan yang berlaku dalam masyarakat harus selalu dituruti.
Misalnya, jika kami menulis bahwa kue ulang tahun berbahaya bagi kesehatan dan berjemur di luar rumah bikin kamu kena kanker, kami juga tak yakin orang-orang akan berhenti makan kue ulang tahun dan ogah pergi ke pantai.
Intinya, jika kamu malas membuat sepatu hak tinggimu ke tempat sampah, maka menggunakannya dengan lebih jarang, memilih sepatu yang tak tinggi-tinggi amat serta melatih kekuatan dan fleksibilitas tubuh adalah langkah-langkah bijak untuk mengurangi dampak buruk sepatu hak tinggi pada tubuh kita.
Namun, maaf ya, kami masih gatal untuk bilang: “Ahli medis lebih suka kalau kita meninggalkan sepatu hak tinggi untuk selama-lamanya.”