Inilah Cara Terbaik Menghadapi Pelecehan Online Menurut Para Ahli

Pelecehan online itu mengerikan dan sangat umum terjadi. Solusinya tentu tidak sesederhana mematikan komputer. Biarpun interaksi negatif macam ini terjadi di dunia maya, ini juga menimbulkan konsekuensi serius di dunia nyata. Korban bisa terjerat stres mental atau emosional, reputasinya rusak, atau merasa tidak aman.

HeartMob, sebuah situs yang menyediakan dukungan real-time ke orang-orang yang mengalami pelecehan online, mendefinisikan pelecehan online sebagai bermacam-macam kelakuan negatif seperti pesan kebencian, doxing (menyebarkan informasi pribadi seseorang ke internet), serangan DDoS, swatting (menipu kepolisian atau aparat lain untuk mengunjungi alamat rumah tertentu), fitnah, dan masih banyak lagi. Gol dari peleceh adalah untuk mengusir target dari internet, atau menghukum mereka dengan cara menyebarkan informasi pribadi, mengirim ancaman, atau menghasut orang.

Videos by VICE

Menurut laporan Pew Research Center pada 2017, nyaris separuh warga Amerika pernah mengalami pelecehan online. Mayoritas warga Amerika (66 persen) telah menyaksikan tindakan pelecehan atau perilaku mengancam yang dilakukan pihak lain di internet. Perempuan muda dan kelompok minoritas terutama sangat rentan mengalami serangan macam ini.

Biarpun mungkin kadang kamu merasa tidak berdaya apabila telah diancam atau dilecehkan online, trauma ini bisa dihadapi. Kami berkonsultasi dengan psikolog, ahli hukum, advokat korban, dan penyintas untuk mengetahui cara terbaik menghadapi pelecehan online. Berikut kata mereka. Jawaban sudah disunting demi kejelasan.

Dokumentasikan Semuanya
Jangan lupa simpan bukti pelecehan online. Entah cuplik gambar atau dicetak sekalian. Kamu mungkin akan membutuhkan bukti apabila ingin mengajukan tuntutan. Pelecehan kadang dimulai ringan, tapi bisa terus bertambah parah, dan ketika ini terjadi, kamu harus memiliki salinan bukti pelecehan dan komentar jahat. Hubungi pihak kepolisian. Apabila kamu di bawah umur, tunjukkan postingan ke orang tua. Laporkan tindakan perundungan ke platform tempat kamu diganggu dan/atau flag komentar yang jahat tersebut. – Dr. Charlotte Laws, aktivis porno anti-balas dendam dan advokat korban

Tampil Tegas…
Pelecehan online—sama seperti pelecehan lainnya—mengandalkan rasa malu korban. Ketika korban merespon dengan diam saja, pihak peleceh menang. Sebaliknya, kamu bisa menang ketika kamu menolak untuk diam. Jadi, bukalah mulut. Minta bantuan dan dukungan dari orang lain. Cari keberanian untuk membela diri. Semakin banyak korban menjalin tangan dan menolak untuk dibungkam begitu saja. Inilah cara mengubah keadaan. – Candice Blain, pengacara dan pendiri Blain LLC, sebuah firma hukum yang berspesialisasi membantu korban pelecehan siber.

Hindari Si Pembuat Masalah
Kadang reaksi pertamamu adalah merespon langsung pihak yang mengunggah konten melecehkan tentang dirimu. Saran saya: jangan digubris. Jangan berikan si peleceh atau perundung kepuasan. Sering sekali, merespon mereka justru memulai lingkaran setan yang memperburuk masalah dan memperkeruh suasana bagi korban ketika mereka meminta bantuan hukum. – Carla Franklin, ahli pelecehan siber, penyintas, dan advokat korban

Lindungi Dirimu (dan Saling Jaga Satu Sama Lain)
Ambil langkah untuk menjaga keselamatan pribadi demi mengurangi risiko pelecehan lebih lanjut. Tanggung jawab untuk menghentikan pelecehan ada di kita semua, dan saksi memainkan peran penting ketika menyaksikan pelecehan yang terjadi. Kita tidak bisa bergantung ke perusahaan media sosial atau polisi untuk menjaga kita. Kita harus bergantung satu sama lain dan bekerja sama untuk mengubah kultur yang membuat pelecehan online memungkinkan. Berikut komik bikinan kami tentang cara merespon pelecehan, yang mungkin bisa membantu apabila kamu menyaksikan temanmu dilecehkan. – Emily May, salah satu pendiri dan direktur eksekutif Hollaback! Dan Heartmob, sebuah platform yang menyediakan dukungan real-time untuk individual mengalami pelecehan seksual

Cari Bantuan
Banyak orang dengan itikad baik akan menyarankannya untuk sekedar “mematikan komputer/laptop/ponsel.” Dan biarpun ini memberikan kelegaan sementara, kamu seharusnya tidak perlu melepaskan semua keuntungan yang kamu dapatkan dari internet: mendapatkan informasi, mempromosikan diri, berbagi pemikiran, bersosialisasi, dan keuntungan lainnya hanya karena kamu menjadi target pelecehan. Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang memberikanmu validasi diri. Apabila pelecehan mulai menganggu kamu berfungsi sehari-hari (stres, sulit makan atau tidur), carilah staf profesional kesehatan mental. – Kathryn Stamoulis, PhD, psikologis edukasi dan profesor di Hunter College

Sayangnya, di Indonesia, setahu kami masih belum ada lembaga/kolektif yang khusus memberikan jasa bantuan bagi korban-korban pelecehan online. Kalau kamu punya informasi lebih soal ini, mohon kontak kami.