Selalu ada yang baru dari industri kecantikan. Setiap minggu, pasti ada produk skincare baru yang berjanji akan mempercantik diri kita. Merek makeup baru yang diiklankan selebritas juga terus bertambah setiap harinya. Kalau dilihat-lihat, sih, tahun depan tidak akan jauh berbeda. Buktinya, Christina Aguilera dirumorkan akan berkolaborasi dengan Lidl untuk membuat aksesori rambut. Selain tren-tren aneh, kami yakin bakalan ada pergeseran dan inovasi yang lebih besar dalam dunia kecantikan pada 2019 nanti. Semoga saja perubahannya menuju ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, staf i-D meminta beberapa peramal tren untuk menjelaskan apa saja yang menurut mereka bakalan ngehits tahun depan.
Merekrut model dari latar belakang berbeda
Sudah jadi rahasia umum kalau industri kecantikan payah dalam memilih model. Produk makeup dan skincare biasanya hanya memotret model yang langsing, putih dan berambut lurus. Beberapa perusahaan kecantikan sebenarnya sudah mulai menciptakan produk yang cocok untuk semua konsumennya. Sayangnya, upaya mereka masih belum maksimal. Misalnya, ada produk foundation untuk semua warna kulit tapi masih terlalu terang buat konsumen berkulit gelap. Ada juga iklan yang hanya menggunakan model Kaukasian. Lebih parahnya lagi, majalah fesyen masih sering ‘memangkas’ sebagian rambut model berkulit hitam dari sampulnya. Karena itulah, para pakar berharap bahwa fotografer dan retoucher fesyen bisa lebih serius dalam pekerjaannya.
Videos by VICE
“September lalu, The New York Times menerbitkan artikel hebat yang meragukan kemampuan fotografer dalam menangani model berlatar belakang berbeda,” terang Katie Service, pendiri The Beauty Conversation. Dalam artikel tersebut, penata rambut Vernon Francois membahas kurangnya tenaga ahli pencahayaan dan retouching kulit gelap dan rambut afro di dunia kecantikan. “Para pengguna internet semakin frontal mengkritik produk kecantikan yang hanya mengandalkan Photoshop untuk mengubah warna kulit karena tidak mau membayar lebih untuk merekrut model yang punya warna kulit berbeda dan datang dari berbagai etnis,” imbuhnya. Apabila perusahaan seperti ini tidak mau bangkrut karena dikritik habis-habisan oleh konsumen atau Estee Laundry, maka mereka harus mulai mempertimbangkan model atau tenaga kreatif dari orang kulit berwarna.
Alat makeup yang lebih praktis
Kita tidak bisa memungkiri kalau alat makeup selama ini sangat tidak praktis. Menurut laporan terbaru dari JWT Intelligence, kita akhirnya bisa punya produk makeup yang cara bukanya cukup sekali geser saja di tahun depan. Glossier dan Lilah B sendiri telah menjual produk berbentuk batu yang dapat dibuka dengan digeser. Desainer kemasan EmpireEmco telah mengembangkan wadah lipstik baru yang cukup digulir ke atas pakai satu jari. Begitu juga dengan produsen Albea yang menciptakan wadah eye shadow dan blush on sekali geser. Hidup para perempuan sibuk yang harus berdandan di bus atau kereta akan jauh lebih mudah berkat produk makeup praktis itu.
Mengurangi sampah kemasan
Industri kecantikan turut berkontribusi dalam pencemaran lingkungan. Untungnya, banyak yang sudah menyadari ini. Kita bersedia mencoba segala cara untuk mengurangi limbah kemasan. Buktinya, praktik ‘rehab make-up’ dan produk kecantikan isi ulang semakin populer saja belakangan ini. Meskipun demikian, kita butuh solusi drastis untuk membuat perubahan yang signifikan. Analis riset konsumen Mintel menyoroti sub-zero waste sebagai salah satu tren utama pada 2019. Berbagai produk kecantikan mulai menemukan cara inventif untuk mengurangi penggunaan kemasan yang berlebihan. Lush telah menjual foundation dan concealer yang hemat kemasan, sementara yang lainnya sedang mengakali alat makeup yang bisa didaur ulang. Minel berharap mereka bisa berhenti menggunakan kemasan secara total.
Suntik kecantikan tanpa jarum suntik
Beberapa tahun terakhir, banyak orang yang suntik Botox dan filler. Ingin tampak lebih cantik tapi takut suntik wajah? Kalian bisa coba alternatifnya. “Ada metode perawatan kulit baru yang sengaja dirancang meniru hasil dermatologis dan bedah. Jadi siapa saja bisa merasakan efek yang sama tanpa perlu disuntik pakai jarum,” kata Victoria Buchanan, peneliti strategis senior di The Future Laboratory. Dia merekomendasikan masker microneedling tanpa jarum seperti Micro-filler Mask Pack Starskin. Ahli skincare Nannette De Gaspe dikabarkan sedang merancang masker mesoterapi (suntikan vitamin) tanpa jarum suntik. Produk lain seperti Patchology meminjam teknologi pengiriman obat transdermal dari perusahaan farmasi besar agar mereka bisa mengirimkan bahan-bahan skincare ke dalam kulit. Masker-masker futuristik ini sama seperti masker nikotin. Bedanya, masker ini menggunakan asam hialuronat untuk memasukkan zat-zat yang stabil sepanjang waktu. Menurut dokter estetika Dr Barbara Kubicka, “metode ini bisa melakukan penyerapan yang jauh lebih unggul daripada cara topikal tradisional, yang biasanya hanya dapat dilakukan dengan jarum suntik atau memasukkan bahan-bahan kecantikan ke dalam kulit dengan perangkat.”
Fitbit untuk wajah
Dewasa ini, kita terobsesi menggunakan perangkat untuk memantau seberapa sering kita bergerak demi hidup yang lebih sehat. Theresa Yee, editor kecantikan di WGSN, mengatakan bahwa alat penghitung gerakan ini akan memasuki ranah kecantikan. “Bakalan ada perangkat digital yang memungkinkan pengguna untuk memeriksa kesehatan kulitnya, memperlambat penuaan kulit, dan menawarkan solusi jangka panjang untuk menyembuhkan masalah kulit seperti jerawat, kulit kering, eksim dan pigmentasi,” katanya. Dia mengharapkan lebih banyak inovasi dalam hal ini, tapi merekomendasikan Skin Diary dari YouCam. Aplikasi ini sudah beredar di pasaran dan bisa menganalisis kondisi kulit secara berkala, sehingga pengguna bisa “memeriksa kemanjuran produk kulitnya dari waktu ke waktu, dan memberikan laporan kulit yang rinci”.