Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.
Ahli biologi evolusioner Richard Dawkins mencetuskan istilah “meme” pada 1976. Kata itu termua dalam bukunya The Selfish Gene yang membahas “biologi dari egoisme dan altruisme” dari perspektif ilmiah. Pada pidato pembuka Festival Film Cannes 2013, Dawkins meluaskan istilah yang, mengikuti definisi yang dia cetuskan, menjadi meme itu sendiri. Intinya, “meme” adalah unit informasi budaya yang mereplikasi diri sendiri. “Meme internet adalah bajakan dari ide originalnya… diubah secara sengaja oleh kreativitas manusia.”
Internet adalah taman bermain; model simulasi dari dunia sebenarnya, di mana semua hal lebih mudah, lebih cepat, dan hasrat dapat dimanjakan pada tingkatan-tingkatan beragam dengan tanggung jawab atau implikasi nyata sangat terbatas. Contohnya, dalam video game, orang-orang diizinkan memuaskan impuls kekerasan melalui kontrol artifisial. Pada semesta virtual seperti Second Life, pengguna dapat menciptakan avatar sesuai keinginan masing-masing. Platform media sosial mewakili ide yang sama. Melalui Instagram dan Twitter, kamu punya kuasa memproyeksikan versi ideal diri kita ke dunia. Efek sampingnya, gambaran tersebut bisa dibajak tanpa persetujuan kita. Selanjutnya semua hal, termasuk identitas kita, tersedia di mana-mana.
Beberapa orang berkata bahwa emoji, meme, dan selfie membuat kita semakin cerdas—dan mempererat manusia di seluruh dunia. Faktanya setelah mewawancarai orang-orang yang wajah atau tindak-tanduknya menjadi meme serta menghasilkan bermacam konten viral lainnya, saya menyimpulkan bahwa ada dua sisi dari setiap cerita. Orang-orang—termasuk yang bersembunyi di balik anonimitas monitor komputer mereka—dapat bersikap amat aneh dan menakutkan, memanipulasi foto kita, menggunakan konten kita sebagai suar bagi kebodohan dan amarah. Budaya Internet tidak bisa lagi kita sebut sekadar budaya lanjutan dari peradaban manusia.
Inilah kisah beberapa orang yang wajahnya diubah menjadi meme tanpa mereka sadari lalu menanggung konsekuensinya.
Videos by VICE
Tim alias ‘Shiva’
Saya pertama kali tertarik dengan meme saat tiba-tiba menemukan foto kawan saya Tim di Twitter, diunggah oleh orang asing menggunakan caption “I GET MONEY” (“Dapet Duit”).
Ketika saya tanya Tim bagaimana bisa orang asing menggunakan fotonya di Internet, dia memberikan tautan gyropedia.com, situs ini semacam Wikipedia untuk penggemar My Little Pony (misalnya, brony) Ponychan, yang menampilkan bermacam meme. Sekilas, Ponychan terlihat seperti sejenis forum diskusi pecandu narkoba, yang memberi kita kesempatan belajar cara merakit vaporizer dari bohlam lampu, serta semua anggota forum menggunakan pseudonim khsus seperti SwarovskiTears atau TheWitchKingsCall. (Sebagai catatan, forum-forum seperti ini adalah lubang hitam di Internet; surga bagi orang-orang yang tidak punya filter dan hobi berdebat kusir.)
Gyropedia merujuk pada Tim sebagai “Shiva” (alias “Thumbs Up Kid” dan “The Cunt Destroyer”), menjabarkan fotonya sebagai “meme berumur pendek yang tersebar seperti kanker pada 15 Januari 2012.” Foto ini diambil dari foto Tim saat kelas delapan yang diunggah ke MySpace. Dari situ, foto tersebar dan digunakan sebagai kelakar di 4chan.
Gyropedia mencatat, “Seperti banyak meme yang dipaksakan, banyak orang melawan [Shiva] tapi jumlah mereka kalah banyak, jadi pendapat mereka tidak penting.”
Setelah meme Shiva semakin populer, Gyropedia menjelaskan, “banyak hal menjadi amburadul. Seorang pengguna… memulai thread dengan peraturan sederhana: Siapapun yang memposting soal Shiva sama saja dengan minta diblok. Sebagaimana yang diharapkan, tidak ada yang peduli hari itu, dan thread itu penuh dengan serangan gencar terhadap Shiva dan turunan-turunan Shiva… lambat laun pendukung Shiva mengetahui bahwa mereka akan diblok selama 15 menit karena mempostingnya.”
Saya bertanya pada Tim bagaimana pengalaman menjadi meme mempengaruhi hidupnya,lalu apa kesimpulan yang dia rasakan dari pengalaman tersebut. Tim mengaku ketakutan.
“Setiap kali ingat wajah saya diubah jadi meme, maka kadar sinisme saya meningkat dan walau di kesempatan lain rasanya amat membebaskan. Saya rasa hal ini mengajarkan saya supaya lebih bijak memilah apa saja yang saya unggah di Internet, yang pada dasarnya telah menempatkan saya pada permasalahan citra diri. Saya sebenarnya merasa tidak masalah foto itu viral. Tapi saya jelas engga gembira. Saya merasa malu… hal itu seharusnya lucu; tapi saya engga tahu lucunya di mana.”
Saran dari Tim bagi mereka yang ingin viral di Internet?
“Tidak ada, saya hanya berharap meme yang memakai wajah kalian muncul bukan karena tindakan kalian yang menyinggung orang lain. Jika itu yang terjadi, kamu sebaiknya sembunyi di suatu tempat dan engga pernah online selamanya.”
Natacha, ‘Interior Semiotics’
Natacha adalah seorang legenda untuk kategori video viral.
Videonya, “Interior Semiotics” beredar di forum Internet 4chan.com pertama kali pada 2010, sejak itu meraup lebih dari 2.25 juta views di YouTube. Di video itu, ada Spaghetti-O keluar dari vaginanya, yang menurut Natacha, awalnya diniatkan sebagai kritik terhadap konsumerisme kapitalis dan pengolahan dari performans feminis bersejarah. Meski performans Natacha dianggap tepat dalam tradisi kesenian yang menggunakan tubuh sebagai seni, (kalau kamu butuh bukti, nih ada laman Wikipedia untuk Body Fluids in Art) karya dia ditargetkan untuk audiens yang sedikit alih-alih viral. Ketika video ini masuk ke mainstream, kritik pedas datang bertubi-tubi: komen berhalaman-halaman dan feeds 4chan, video respon di YouTube, voice messages kasar, chat, email, dan stalker di Facebook. Ketika saya bertanya pada Natcha apa yang dia pelajari soal Internet gara-gara viral, dia bilang pada saya, “kekuasaan besar datang dari anonimitas.”
Sebagian besar komen di laman video YouTube menggunakan kekuatan anonimitas ke titik ekstrem. Pengguna memanggil Natacha “lonte berprevilese,” laki-laki mengungkapkan bagaimana video tersebut membuat mereka ingin menindas perempuan, dan sejumlah orang memberikan kritik psudo-intelektual digabungkan dengan ancaman seksual atau kekerasan dan sindiran. Banyak komen bahkan menyebutkan Hitler dan Nazi.
Terlepas dari tanggapan keras publik, Natacha membiarkan video tersebut online dan terbuka untuk dikomentari. “Saya tidak mencoba menyembunyikan sesuatu yang dicerca orang-orang.” Dia menganggap tindak tanduknya dalam video tersebut sebagai puisi visual, dan berkata bahwa pengalamannya viral sebagai sesuatu yang positif dan juga negatif. “Saya tidak bisa mengendalikan reaksi orang-orang.”
Saya bertanya pada Natacha saran apa yang bisa dia berikan kepada orang-orang yang ingin viral atau menjadi meme. Dia tidak yakin seseorang bisa menjadi viral secara sengaja.
“Saya rasa faktor yang membuat sesuatu/seseorang menjadi meme adalah kesan asli dari sesuatu yang menarik perhatian orang atau membuat orang marah. Ada perbedaan antara YouTuber/individu yang dari awal punya follower banyak dan seseorang atau sesuatu yang tiba-tiba menjadi isu besar. Saya rasa saran saya adalah “bodo amat” karena menjadi viral itu tingkatannya seperti jadi pelawak di hadapan masyarakat.”
Rick, ‘Milk and Honey’
Tak seperti meme dan video populer lainnya, Rick sejak awal berniat menjadi viral. Dia melakukannya dengan sengaaj ketika membuat sebuah cerita viral pada acara kampus. semua siswa di kelas sedang belajar membuat konten yang bisa dipasarkan bagi audiens. Mereka ditugaskan membuat video viral. Untuk melakukan itu, Rick menggunakan video Interior Semiotics buatan Natacha sebagai inspirasi utama. Menurut Rick,video itu punya “kombinasi seni, kejutan, dan kontroversi dalam dosis pas yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah video viral paling dibenci di dunia maya.” Rick yakin bahwa video bakal lebih banyak perhatian jika dibenci alih-alih disukai. “Orang justru biasanya bersatu di depan hal yang mereka benci, entah itu politisi, berita, atau sebuah proyek seni.”
Video Rick, “Milk and Honey,” adalah upaya meniru habis-habisan “Interior Semiotics.” Di video itu, seorang perempuan melakukan pertunjukan berantakan sepenuh hati, tapi bedanya dia tak menggunakan Spaghetti-O’s. Perempuan itu mandi di sebuah kolam anak-anak yang dipenuhi susu. Agar video ini viral, Rick mengontak media yang menurutnya “bakal marah melihat video ini.”
Rencana Rick berjalan lancar. Videonya viral gara-gara situs seperti Gothamist dan BroBible. Kedua situs ini memang dikenal kerap merisak sampah-sampah kehispteran. Bahkan seorang penulis di Barstool Sports menulis sebuah komentar yang hampir-hampir berisi kebencian doang terhadap Katherine, teman Rick yang menjadi artis dalam video tersebut. Ulasannya diakhiri kalimat bengis “Napalm the whole borough (of Brooklyn) and let’s be done with them (Racuni seluruh area Brooklyn Napalm dan biarkan mereka semua modar).”
Meski menuai kecaman, Rick mendapatkan nilai A dalam kelas itu. Saya lantas bertanya apa yang poin utama yang dia pelajari dari proyek memviralkan video. Rick mengatakan bahwa video ini memberi pengalaman langsung bagaimana rasanya orang asing “bisa membenci kita setengah mati di Internet.” Dia juga menambahkan bahwa yang paling menjijikan dari proyek video itu adalah “level agresi dan jumlah orang yang melontarkan doa-doa penuh kekerasan…isi komentarnya sama antara Katherine harus tenggelam atau ngewe (atau ngewe sambil tenggelam) agar ia bisa menyelesaikan masalah, bikin videonya atau komentarnya jadi lebih beradab. Sebelumnya, aku tahu orang seperti ini memang ada. Tapi ini pertama kali aku menghadapi orang-orang bangsat yang seksis ini.”
Jimmy Kimmel, ‘Worst Twerk Fail Ever—Girl Catches On Fire’
Di 2013, pembaca acara TV tengah malam Jimmy Kimmel membuat keputusan nyentrik: dia ingin mencoba apakah para penulis naskahnya bisa membuat video viral tanpa mengandalkan acara yang Kimmel pandu. Dia lantas merilis sebuah vidoe berjudul ” Worst Twerk Fail EVER—Girl Catches On Fire!,” lewat sebuah akun Youtube personal fiktif bernama “Caitlin Heller” yang diperankan oleh seorang stuntwoman Hollywood. Dalam video itu, Caitlin yang sedang asyik-asyiknya twerking terdorong oleh kawannyayang tiba-tiba membuka pintu. Caitlin jatuh menimpa lilin dan tubuhnya terbakar.
Tak lama setelah dirilis, “Twerk Fail” langsung populer. Banyak media mainstream menurunkan berita tentang video ini dan menganggapnya sebagai berita betulan. Alhasil, video ini ditonton lebih dari 9 juta kali dalam seminggu.
Dalam sebuah wawancara telepon, Kimmel mengungkapkan bahwa hanya segelintir insan media yang benar-benar mengecek kebenaran video itu. “Ada semacam kebut-kebutan untuk menurunkan berita tentang video itu. Sepertinya sekarang orang mengecek benar tidaknya sebuah berita setelah dilansir, bukan sebelumnya.”
Barangkali, menurut Kimmel, media tak lagi peduli apakah video ini benar-benar sahih atau tidak. “Intinya mereka dapat dua berita. Pertama tentang video itu sendiri dan kedua tentang cerita setelah video ini diketahui palsu.”
Saya bertanya pada Kimmel apakah reaksi orang berubah setelah tahu video itu palsu. Kimmel bilang bahwa mayoritas tetap menganggap video itu lucu, lepas dari kejadiannya palsu atau tidak. Tetap saja yang ada yang memberikan komentar negatif. “Sekarang marah-marah tanpa alasan yang jelas adalah hobi baru orang di internet,” ujarnya.
Kimmel menduga bahwa netizen menjadi orang lain saat melontarkan komentar terhadap sebuah gambar atau video. “Anonimitas saat memberikan komentar online memberikan netizen kebebasan yang tak mereka dapatkan di dunia nyata. Coba saja taruh fotomu di dunia maya. Orang akan segera mengomentari apa yang kamu pakai. Ini kan tak terjadi di mall.” imbuhnya.
Saya juga lantas bertanya barangkali dia punya nasihat bagi calon seleb youtube di luar sana. Begini jawabannya:
“Saya tak pernah menganjurkan orang menjadi viral. Kalian tahulah, ada banyak hal yang jelek jika kamu viral. Orang tertarik dengan dirimu dan secara tidak langsung kamu mengundang orang tak kamu kenal masuk ke dalam hidupmu. Ketenaran yang diperoleh secara instan sangat berbahaya. Jadi ini bukan sesuatu yang saya anjurkan pada semua orang. Kalian membuka diri kalian pada banyak orang. Paling ringannya kamu dapat komentar negatif. Tapi seringan-ringan komentar negatif tetap ada imbasnya. Yang paling parah rumah kalian bisa didatangi orang. Begitulah, konsekuensi menjadi terkenal adalah kamu sering kedatangan orang yang tak dikenal dan mendapatkan perhatian yang tak kalian kehendaki.”
Lil B THE BASED GOD
Saat VICE mencoba menghubungi Lil B via email, meminta komentarnya tentang meme dan konten-konten internet yang viral, jawabannya sangat mencengangkan: “LIL B CREATED THAT CULTURE (LIB B LAH YANG MEMULAI SEMUA BUDAYA MEME VIRAL ITU).”
Ajak ngobrol Emma si penulis artikel ini lewat Tumblr .