Food

Berhasil Menebak Skor Piala Dunia, Nasib Gurita Jepang Malah Berakhir di Pasar Ikan

Lebih dari dua minggu yang lalu, seorang nelayan bernama Kimio Abe menangkap seekor gurita raksasa Pasifik di perairan sebuah kota kecil di Hokaido, Jepang.

Kamu mungkin langsung bergumam, “Baiklah, penting banget beritanya?” Terus mana dong nilai beritanya? Santai dong. Begini kelanjutan ceritanya. Setelah ditangkap, gurita itu diberi nama Raip dan ditempatkan oleh Abe di sebuah kolam mainan anak kecil. Abe mendadak punya ide yang cemerlang: gurita ini selama beberapa pekan harus meramalkan hasil akhir tiga pertandingan Jepang dalam Piala Dunia 2018 kemarin.

Videos by VICE

Di hari yang sama saat Rabio dijala oleh Abe, skuad Samurai Biru bertarung melawan Kolombia. Mayoritas pecinta sepakbola menjagokan Kolombia dan meramalkan tim asal Amerika Selatan itu akan menang mudah. Ternyata Rabio punya pendapat berbeda. Dia beringsut ke bagian kolam yang menandakan Jepang akan keluar sebagai kampiun dalam pertandingan itu—terbukti ramalan Rabio tepat!

(Saya ngaku deh. Saya sempat menjagokan kolombia di Fantasy League yang saya mainkan. Ini membuktikan gurita adalah binatang yang cerdas, sebaliknya kecerdasan saya soal sepakbola yang seharusnya dipertanyakan!)

Rabio terus memberikan ramalan-ramalan yang lebih tajam dari tebakan Ryo Kiyoshi. Gurita jantan itu berhasil menebak dengan benar hasil imbang yang diraih Jepang saat berhadapan dengan Senegal sebelum akhirnya timnas Jepang menyerah di tangan Polandia di pertandingan terakhir di fase. Jepang berakhir di urutan kedua H dan melaju ke babak 16 besar untuk ketiga kalinya dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia.

Ujian berikutnya adalah meramalkan hasil pertemuan Jepang dengan tim yang paling mengejutkan dalam Piala Dunia tahun ini, Belgia. Eh tapi sebentar deh. Usut punya usut, sang gurita peramal tak sempat menyaksikan Jepang bertemu Belgia di babak 16 besar.

Sebelum Samurai Biru keok di tangan Polandia, Rabio sudah diambil Abe dari kolamnya untuk kemudian dijual ke pasar ikan terdekat. Kendati berhasil meramalkan dua pertandingan Jepang, nasib Rabio enggak lebih baik dari ikan atau gurita lainnya: dipotong-potong dan siap disajikan sebagai olahan seafood yang sedap.

“Saya sih seneng ramalan Rabio bener semua dan Jepang lolos ke babak 16 besar,” ujar Abe seperti dilansir dari surat kabar Mainichi Shimbun. “Semoga pengganti Rabio bisa meramal dengan tetap dan Jepang menang Piala Dunia.”

Malang, Abe—yang cuma seorang nelayan tanpa kemampuan meramal—salah tebak. Apa yang dia inginkan enggak terjadi. Kendati sempat mencetak dua gol berturut di babak kedua melawan Belgia, Jepang kebobolan tiga gol setelah itu, salah satunya gol yang dibangun dari sebuah serangan balik nyaris di penghujung pertandingan. Belgia menang 3-2 dan Abe mungkin sedang manyun di Jepang sana merutuki keputusannya menjual Rabio. (“Makan dah tuh Karma,” kata salah satu pengguna Twitter menanggapi berita penjualan Rabio)

Kalau kalian cukup mengikuti pemberitaan di sekitar penyelenggaraan Piala Dunia, kalian pasti sudah tahu Rabio bukan gurita pertama yang berhasil meramal hasil akhir pertandingan Piala Dunia. Pada 2010, seorang gurita Jerman bernama Paul mampu menebak hasil akhir semua pertandingan yang dijalani Der Panzer. Hebatnya lagi, Paul dengan tepat meramalkan Spanyol pulang dengan gelar Juara Dunia.

Menjadi hewan yang dikarunia kemampuan meramal pertandingan sepakbola enggak selamanya menyenangkan. Selepas menerka dengan benar bahwa Jerman akan menjungkalkan Argentina di perempat final, pendukung Argentina mengancam akan memakan Paul. (“Ada saja orang yang ingin makan gurita kami,” kata pemilik Paul Oliver Walenciak kepada The Telegraph.)

Lalu, begitu Paul meramal Jerman akan takluk di tangan Tim Matador di semifinal, giliran pendukung tim Jerman yang melayangkan ancaman serupa. Saking seriusnya ancaman yang diterima Paul, sejumlah pejabat di Spanyol sampai menawarkan perlindungan kepada Paul agar tak dimangsa fan tim Panser.

“Saya khawatir sama keselamatan gurita Jerman itu. Saya sampai kepikiran mengirim pasukan pelindung ke sana,” ungkap Perdana Menteri Spanyol saat itu Minister Jose Zapatero. Malah, Menteri Perikanan dan Lingkungan Spanyol sampai mengusulkan agar pelarangan memancing ikan diperlakukan di Jerman agar “orang Jerman tak makan Paul.” Pada akhirnya, Paul enggak jadi dimakan. Paul mati pada Oktober 2010 karena, hmm, pokoknya enggak dimakan. Titik.

Sehari setelah Jepang tumbang di tangan Belgia, pelatih kepala timnas Jepang Ishino Akira memberikan pernyataan terakhir kepada awak media, “Kami benar-benar sudah mengalami semua yang bisa ditawarkan oleh Piala Dunia.”

Sedih deh mendengar pernyataan Akira. Bukan gara-gara Jepang kalah secara dramatis dari Belgia sih, tapi karena Rabio tak punya kesempatan merasakan Piala Dunia semaksimal anggota timnas Jepang. Hiks!

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES