Penelitian Embrio Persilangan Manusia-Babi Memicu Masalah Etis Serius

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Sebuah eksperimen pekan lalu dilaporkan oleh jurnal saintifik Cell, diklaim menjadi suatu terobosan dalam bidang rekayasa biologi. Para peneliti berhasil menciptakan embrio campuran babi dan manusia (Oh ya, gambar di atas itu cuma foto ilustrasi tokoh Ti Pat Kai dari serial ‘Kera Sakti’. Ilmuwan yang diberitakan tidak membuat makhluk persilangan babi dan manusia kok). Hasil penelitian ini di masa mendatang dapat dipakai memproduksi jaringan dan organ tubuh manusia melalui teknik xeno-generation. Tujuannya mengatasi kekurangan donor organ tubuh di dunia. Kendati embrio persilangan tempo hari cuma dibiarkan hidup selama tiga hari saja, telah muncul debat apakah persilangan manusia dan hewan cuma tinggal menunggu waktu, sampai benar-benar terwujud di dunia nyata.

Videos by VICE

November 2015, tak lama setelah National Institutes of Health (NIH) menghentikan eksperimen yang memadukan sel manusia dan hewan, pemerintah federal Amerika Serikat menggelar pertemuan yang melibatkan para pakar membahas pertanyaan etis tentang persilangan manusia dan hewan. Dalam pernyataannya kepada majalah Technology Review, pakar etika David Resnik mengatakan alasan NIH menghentikan eksperimen itu karena pemerintah AS khawatir “…sebuah tikus pintar yang terjebak dalam laboratorium dan berteriak ‘Aku mau keluar’.”

NIH mungkin sudah sangat berhati-hati ketika mengambil keputuan penghentian eksperimen. Tetap saja, masih ada dilema yang tersisa. Kita misalnya belum tahu apkaah sel-sel punca itu bakal berubah mendekati bagian tubuh manusia atau babi. Beberapa sel tak akan terlalu bermasalah ketika berkembang di perut, tapi apa jadinya jika berkembang di otak? Untuk tahu semirip apa masa depan kita dengan sebuah cerita film horor, saya ngobrol dengan Arthur Caplan, pakar etis bioteknologi dari Langone Medical Center, New York University. Dia mengatakan upaya ilmuwan macam Jian Wu, peneliti utama percobaan hibridasi embrio manusia dan babi, adalah hal yang baik walaupun ada kesalahan mendasar sejak awal. Caplan juga mengatakan bahwa kita sesungguhnya kurang lebih adalah sebentuk hibrid manusia dan hewan.

VICE: Kekhawatiran macam apa yang diajukan para pakar etika ketika mendengar persilangan embrio babi-manusia?
Arthur Caplan: Pakar etis pasti akan bilang, “apakah penelitian ini sudah memenuhi aturan? Apa ilmuwan-ilmuwan itu sudah mendapat persetujuan dan mendapatkan pengawasan selama melakukan eksperimen?”

Sampai sedetail itu gugatan dari sesama ilmuwan?
Sepertinya sih demikian. Tapi, ini masih jadi perdebatan: apakah harus ada badan pengawasan yang menyelidiki apa yang terjadi selama eksperimen persilangan manusia-hewan itu dengan metode yang  transparan.  

“Ketika muncul kabar seperti ini, masyarakat sering terburu-buru mengeluarkan komentar seperti “Oh, jadi ilmuwan sekarang sedang bikin gabungan manusia dan hewan.” – Arthur Caplan.

Kalau badan semacam ini ada, apa yang harus mereka selidiki?
Tidak terlalu banyak sih. Mereka hanya perlu memastikan bahwa publik tahu bahwa ada sebuah eksperimen kontroversial sedang dilakukan. Saya jadi ingat kasus eksperimen kloning Dolly. Hasilnya tiba-tiba saja dipublikasikan di media massa. Dan komentar-komentar waktu seperti “apa-apaan nih? Siapa yang melakukannya? Kenapa meraka melakukan ini? Apa sih yang sedang terjadi?” Ini semua terjadi karena penelitiannya punya semacam shock value dan publik sama sekali tak tahu menahu. Alhasil, kamu tiba-tiba saja mendengar orang mengeluarkan komentar seperti “Oh, jadi ilmuwan sekarang sedang bikin gabungan manusia dan hewan.”

Jadi, eksperimen ini setaraf dengan percobaan membuat hibrid manusia dan hewan?
Tidak juga. Ada risiko eksperimen ini kacau balau. Sel bisa saja tumbuh di tempat yang tak kita kehendaki, di otak atau di tempat lainnya. Tapi kemungkinan itu risikonya rendah. Jelas melakukan eksperimen seperti ini saja berisiko. Kamu juga bisa menghentikan pertumbuhan hewan hasil eksperimen jika kamu punya alasan yang kuat.

Sel otak dalam eksperimen itu bakal berada di dalam seekor babi jadi…
Jangan lupa, tumbuh pula dalam sistem syaraf babi, jadi saya tak tahu seperti apa jadinya! Susah untuk menduga-duga bakal seperti apa hasil akhirnya. Yang jelas, selnya tak akan menyerupai manusia. Bukan juga berarti bahwa bakal ada homunculus di dalam seekor babi. Lagipula, adanya sel yang sebagian besar disusun oleh sel manusia dalam otak babi, otak hewan ini tak berkembang dengan sempurna.

Jadi apa sih yang paling dikhawatirkan ilmuwan dari eksperimen semacam ini?
Saya pikir yang kita takutkan adalah muncul manusia lintas spesies. Sepertinya kita satu kata dalam hal ini. Itu berita yang bagus. Saya pikir tak ada yang tertarik membuat minotaur atau grifon atau hewan lintas spesies lainnya. Yang ada hanyalah terbatasnya stok organ dan jaringan tubuh untuk kebutuhan transplantasi. Jadi, saya kira niat awalnya sudah bagus dan ilmuwan yang melakukan eksperimen itu adalah sekumpulan orang kompeten.  

Tapi kan, bisa saja ada yang tertarik membuat gabungan manusia-hewan di masa depan?
Oh tentang hal itu, bisa dipastikan upaya mahluk seperti grifon tidak terlalu menguntungkan. Jika kamu adalah peneliti berniat mencari uang, buatlah sesuatu yang bisa ditransplantasi. Nah, kalau sekadar ingin masuk koran, kamu cukup bikin konferensi pers, mengklaim sedang berupaya membuat persilangan manusia dan hewan.

Bukannya bakal ada dilema ketika kita memanen organ manusia dari tubuh babi, alih-alih dari donor? Bukannya dilema juga bakal muncul ketika kita mengubah umat manusia menjadi hibrid manusia dan hewan?  
Tepat sekali, itu semua bakal memancing debat yang lebih dramatis dan menarik daripada apa yang terjadi seakrang. Tapi, di saat yang sama, bakal banyak keberatan terhadap ide memanen sel organ manusia dari tubuh hewan. Meski sebenarnya, ini sudah sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita. Setiap kali kita sarapan, sel hewan masuk dalam tubuh dan menyatu dalam tubuh kita. Bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari suiran daging ayam dalam bubur ayam misalnya, itu semua kan mengubah tubuh kita.

Maksud anda, dengan mengonsumsi daging hewan, kita sebenarnya sudah jadi hibrid hewan dan manusia?
Setiap kali kita makan daging—atau katakanlan sayuran kol—semuanya menyatu dengan tubuh kita. Atau dalam kata lain, setiap kali kamu memakan sepotong daging ayam, kamu mungkin sudah merasa itu bukan ayam lagi. Tapi coba ambil sendiri daging dari ayamnya langsung dan masak sendiri. Sensasinya pasti berbeda. Faktanya memang demikian. Kita tak selalu mengkritisi hubungan kita dengan hewan setiap hari.