BNPT Merambah ke Youtube Cegah Orang Gabung ISIS

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah memasuki babak baru dalam narasi pemberantasan terorisme dengan merilis sebuah video yang berisi kisah para WNI yang hijrah ke Suriah. Dalam sebuah video berjudul Kisah Para Deportan ISIS yang Termakan Bujuk Rayu ISIS, para WNI yang lari dari cengkeraman ISIS di Suriah berbagi kisah mengerikan tentang bagaimana kehidupan di bawah kekuasaan kelompok militan tersebut.

Video berdurasi 12:10 menit yang dirilis oleh divisi media informasi BNPT Pusat Media Damai tersebut baru tayang beberapa hari lalu. Para WNI yang masuk dalam video tersebut adalah bagian dari 18 orang yang dideportasi pemerintah Turki pada awal Agustus lalu.

Videos by VICE

“Katanya hijrah itu adalah bagian dari iman,” ujar salah seorang deportan Heru dalam video tersebut. “Tapi setiap minggu, dua atau tiga kali itu selalu terjadi perkelahian karena berbagai macam sebab: makanan, senggolan. Kami enggak bergaul karena takut.”

Kebanyakan para WNI tersebut menjadi korban propaganda ISIS yang menawarkan kesejahteraan dalam kekhalifahan. Mereka diiming-imingi fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis, namun justru kekecawaan yang mereka dapat.

“Katanya di sana ada sekolah gratis,” ujar Djoko. “Tapi para militan malah pada ngajak kawin. Banyak itu tentara Daesh yang datang ke saya untuk melamar. Sampai anak saya yang paling kecil saja ditanya ‘kapan haid? kalau sudah haid kasih tahu saya’”.

Ini pertama kalinya BNPT menampilkan sebuah kreativitas media untuk memberantas terorisme. Sebelumnya BNPT hanya mengandalkan operasi anti-terorisme dan deradikalisasi di dalam lembaga pemasyarakatan serta dialog lintas agama.

“Ini juga adalah bagian dari deradikalisasi,” ujar Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT Kolonel (pas) Sujatmiko saat dihubungi Vice, Kamis 14 September . “Harapannya tentu menekan angka warga Indonesia yang ingin bergabung dengan ISIS. Saya pikir video ini merupakan cara efektif.”

Pusat Media Damai sendiri didirikan oleh BNPT untuk menyebarkan informasi dan edukasi untuk menangkal terorisme lewat artikel, kegiatan masyarakat, dan e-book tentang anti-ISIS. Meski video tersebut diapresiasi oleh beberapa pengamat, namun efektivitasnya masih perlu diukur dan dipertanyakan.

“Video ini memang bagian dari kontra-propaganda,” ujar pengamat terorisme Ridlwan Habib. “Bagus saja, karena narasinya menampilkan orang-orang yang kecewa dan mengalami sendiri dan melihat dengan mata kepala mereka.”

Namun, soal efektivitas video tersebut sebagai kontra-propaganda menurut Ridlwan, masih bisa diperdebatkan. Secara umum, menurutnya, video tersebut bagus untuk menyetir opini publik, bahwa apa yang ditawarkan ISIS tak sesuai dengan propaganda manisnya, namun Ridlwan memperingatkan bahwa para militan yang memiliki tekad kuat tak akan menonton video tersebut.


Baca juga liputan VICE Indonesia atas isu-isu terorisme dan keamanan dalam negeri:

“Dalam pola perekrutan tertutup seperti Facebook atau Telegram, mereka tidak akan menggubris video itu. Justru saya khawatir akan terjadi militansi baru, mereka akan menemukan perlawanan baru karena video propaganda BNPT,” ujar Ridlwan. Paling tidak 600 WNI diduga telah bergabung dengan ISIS pada 2015. Angka tersebut diduga bisa lebih tinggi tahun ini, meski belum ada data resmi.

Sebagian dari mereka berniat untuk mati syahid dan tak terlalu peduli dengan status kewarganegaraan. Menurut mereka bergabung dengan ISIS adalah kewajiban setiap muslim. Pemerintah belum mengantongi data berapa WNI yang tewas di ISIS, namun setidaknya 400 orang telah dideportasi oleh pemerintah Turki.

“Memang betul, banyak dari WNI tersebut sudah bersiap syahid di Suriah. Banyak dari mereka yang dideportasi karena tertangkap aparat, sementara yang kapok dengan ISIS mungkin tidak sebanyak mereka yang telah berniat mati bersama ISIS,” ujar Ridlwan.

Ridlwan mengatakan bahwa pendeportasian WNI tersebut bukan menjadi tolok ukur keberhasilan. Menurutnya, menyurutnya gelombang WNI yang ingin bergabung dengan ISIS disebabkan oleh kekalahan beruntun yang dialami oleh ISIS akibat gempuran serangan koalisi pimpinan AS. Daerah kekuasaan ISIS diprediksi menyurut hingga cuma 20 persen saat ini.

“Kalau ngomongin soal keberhasilan [kontra-propaganda] saya pikir belum,” ujar Ridlwan. “Daerah kekuasaan ISIS memang semakin menyusut, tapi mereka kini berjihad di Marawi atau malah menyiapkan serangan di Indonesia.”