Siapapun mengira kasus pembunuhan bos mafia paling berpengaruh, yang terjadi di halaman depan rumahnya sendiri di kawasan Staten Island, New York pekan lalu, sebagai serangan khas mafia. Berbagai petunjuk awal mengarah pada kemungkinan adanya geng rival yang ingin menghabisi Francesco “Frank” Cali, pemimpin klan kriminal Gambino yang terkenal sebagai penguasa New York.
Polisi mengatakan pada Rabu (13/3) malam saat kejadian, ada orang yang menabrakkan truk pikapnya ke mobil yang terparkir di luar rumah Frank Cali. Pengemudi pikap itu lalu memencet bel yang dijawab sendiri oleh Cali. Bos mafia ini membuka pintu, berjalan ke luar rumah. Di jalanan, dia sempat berbicara sebentar dengan pengemudi, sebelum akhirnya ditembak beberapa kali. Laki-laki bersenjata tersebut langsung kabur setelah memberondong sang bos mafia.
Videos by VICE
Cali dinyatakan tewas tak lama setelah dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Staten Island.
Penembakan ini menjadi insiden pemubunuhan pertama melibatkan keluarga Mafia di New York, setelah beberapa dekade terakhir kelompok kejahatan Italia itu tiarap. Kali terakhir ada bos mafia dibunuh di kota ini, peristiwanya terjadi pada 1985 lalu.
Kisah pembunuhan Cali sontak menarik perhatian tabloid gosip dan publik yang sering penasaran sama sepak terjang mafia. Beberapa media melaporkan anggota keluarga Cali berlari ke halaman depan sambil menangis setelah penembakan tersebut. Ada juga tetangga yang menegaskan kalau penduduk Staten Island menganggap pembunuhan ini bagai angin lalu. Motif pembunuhannya pun banyak diperbincangkan.
Apakah Cali dibunuh atas suruhan saudara laki-laki John Gotti yang ingin merebut kekuasaan klan? (Gotti yang terkenal kejam itu mengambil alih posisi kepemimpinan keluarga Gambino sampai kematiannya di penjara pada 2002.) Apakah Cali dibunuh pengemudi truk pikap tersebut sebagai pesan ancaman dari musuhnya? Ataukah pembunuhannya sekadar ulah kriminal biasa yang berakhir tragis?
Setelah polisi menyelidiki kasus ini, motif pembunuhan Cali semakin gamblang tapi juga menjadi lebih aneh. Sebab, fakta sejauh ini berbeda 180 derajat dari dugaan masyarakat.
Sebagaimana dilaporkan New York Times, laki-laki 24 tahun asal Staten Island bernama Anthony Comello ditangkap di New Jersey Sabtu lalu. Dia dicokok aparat saat bersembunyi di rumah tepi pantai kawasan Brick.
Tampaknya tewasnya Cali memang bukan akibat pembunuhan ala mafia sama sekali. Penegak hukum memperingatkan investigasi masih berlangsung. Tapi sebagian penyidik beberapa memberi tahu Times bahwa modus pembunuhan ini dipicu Comello yang sakit hati. New York Post mewartakan bila tersangka utama, yang masih tinggal bersama orang tuanya dan berprofesi sebagai pekerja konstruksi, sepertinya naksir keponakan Cali.
“Saya sempat terkejut ketika mendengar motif pembunuhannya diduga karena masalah pribadi,” tutur David Shapiro, dosen di John Jay College of Criminal Justice sekaligus mantan agen FBI, saat diwawancarai VICE lewat telepon. “Saya benar-benar terkejut karena bos mafia sekelas Cali bisa mati gara-gara perkara sepele macam itu.”
Cali tampaknya melarang Comello berhubungan dengan keponakannya yang tidak disebutkan namanya oleh media.
“Penyelidikannya belum selesai. Kami sendiri tidak langsung percaya kalau ini kasus pembunuhan sembarangan,” kata Dermot Shea, kepala detektif NYPD, saat diwawancarai Rolling Stone. “Kami tahu bagaimana masa lalu Cali. Kami akan memasukkannya ke dalam laporan investigasi saat menentukan motif dari insiden Rabu pekan lalu.”
Sidik jari Comello dikabarkan ada di plat nomor yang diberikan ke Cali sebelum penembakan terjadi (platnya jatuh di depan rumah bos gangster karena mobil tersangka menabrak kendaraan lain), seakan-akan memberikan bukti kalau dialah pelakunya. Truk pikapnya ditemukan pada waktu penangkapannya di Jersey. Menurut Daily News, Comello membela diri, dengan mengatakan kalau dia habis mengisap ganja sebelum menembak Cali.
Tonton dokumenter VICE yang merekam perploncoan brutal calon anggota geng berbahaya di Amerika:
Laporan Times yang merangkum kronologi penangkapan menyatakan Comello sebelumnya tidak memiliki latar belakang kriminal serius. Dia sekarang diselidiki “atas perilakunya yang aneh selama di gedung pengadilan federal” dan kemungkinan “memiliki sejarah ancaman terorisme.”
Robert Gottlieb yang berperan sebagai pengacara Comello berujar kepada Post kliennya mengesampingkan ekstradisi dari New Jersey ke Kota New York guna menghadapi tuduhan-tuduhan yang dilayangkan kepadanya, termasuk tuduhan pembunuhan.
Berbagai temuan itu menambah keanehan dalam kasus tewasnya sang bos mafia. Pekan lalu, sudah ada beberapa kecurigaan awal kalau insiden ini bukan serangan mafia, karena aksinya pernah dianggap rendahan gara-gara membunuh anggota mafia di depan rumahnya sendiri dan di dekat keluarganya.
Akan tetapi, dunia mafia tak lagi seperti dulu. Bisnis gelap dari jaringan Italia sempat menjadi tren budaya pop di Amerika. Berkat popularitas novel dan film The Godfather, banyak orang keranjingan menonton acara TV berkaitan dengan kehidupan anggota mafia—sampai sekarang. Faktanya, sinar kejayaan organisasi kejahatan ini semakin meredup. Dulu tabu hukumnya bagi anggota mafia mengkhianati rekan sesama klan. Sekarang putri John Gotti muncul di acara bincang-bincang televisi bareng putri Salvatore “Sammy the Bull” Gravano, untuk membongkar sepak terjang Cali, mendiang paman mereka, ke pihak berwenang.
Kematian Cali sendiri mengakibatkan lonjakan artikel tentang perkembangan diam-diam Mafia di Amerika—bagaimana pengaruh langsungnya menurun dan mereka semakin jarang terdengar dalam beberapa tahun terakhir.
Kasus pembunuhan ini sekaligus membuat Todt Hill, pemukiman Staten Island yang subur dan terkenal akan sejarah panjang penduduknya terlibat jaringan mafia, kembali disorot media.
Drama pembunuhan Cali sendiri, menurut pengamat, baru saja dimulai. Beberapa anggota mafia tampaknya murka dengan insiden tersebut. Muncul kekhawatiran mafia akan menyerang atau meneror media-media yang berlebihan memberitakan tewasnya Cali.
“Saya kira anggota mafia tidak mau lagi menolerir tuduhan telah terjadi perang keluarga di seluruh halaman utama New York Times,” ujar Shapiro. “Reputasi buruk merugikan organisasi mereka. Sekarang banyak klan mafia merasa lebih baik tidak menjadi pusat perhatian.”
Follow Alex Norcia di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.