Ketika pemburu paus Abad ke-19 mencatat pengukuran cuaca dan suhu di laut, tak banyak yang mengira diari mereka akan sangat bermanfaat bagi ilmuwan Abad 21. Buku catatan tersebut menjadi catatan planet yang semakin menghangat lebih dari 150 tahun kemudian.
Seperti itulah, temuan ilmuwan iklim seperti Caroline Ummenhofer dari Woods Hole Oceanographic Institution. Dia membuat kajian berdasarkan buku catatan kapal pemburu paus. Apabila digabungkan dengan pengamatan lokal harian, catatan-catatan ini bisa menguatkan tren perubahan iklim yang diungkapkan dalam pembacaan suhu standar dan catatan geologi.
Videos by VICE
Ummenhofer bekerja sama dengan Timothy Walker, sejarawan di University of Massachusetts Dartmouth, untuk mengumpulkan dan membaca ribuan buku catatan yang disimpan di berbagai lembaga di sekitar New England, yang pernah menjadi pusat industri perburuan paus di Amerika.
Isi dalam buku harian kapten dan pemburu paus pertama bisa melengkapi catatan suhu rata-rata global yang ada sejak 1880. Diari-diari tersebut nyatanya sudah disimpan sejak akhir 1700-an. Itu berarti catatannya menambahkan informasi tentang iklim lebih dari satu abad sebelumnya.
Buku catatan mereka juga berisi informasi tentang lokasi lautan terpencil yang, pada waktu itu, jarang dikunjungi jenis kapal lain, seperti kapal perang dan niaga. Kapal-kapal tersebut cenderung melewati rute yang sudah umum dilalui. Pemburu paus mencari jalur lain untuk menemukan daerah-daerah terpelosok yang kaya akan mamalia laut.
“Para pemburu membawa keuntungan bagi proyek kami apabila mereka sering berlayar di daerah yang ingin kami peroleh data cuacanya dari 200 tahun lalu,” kata Walker kepada Motherboard lewat sambungan telepon Skype. “Kami bisa mencatat dan membangun mosaik titik data yang memungkinkan ilmuwan memperkirakan seperti apa cuacanya pada masa dan tempat itu.”
Kondisi cuaca di daerah seperti Kepulauan Azores atau Samudra Hindia, khususnya, bisa disesuaikan konteksnya dengan catatan pemburu tentang muson, badai, dan fenomena cuaca lokal lainnya.
“Yang paling menarik dan inovatif dari proyek kami adalah kami bisa melihat bagian dunia yang hampir belum pernah dijamah,” ujar Walker.
Misalnya, pemburu paus dan pelaut di masa lalu bergantung pada kondisi berangin di garis lintang Roaring Forties untuk membawa mereka melintasi Samudra Hindia. Namun dalam beberapa dekade terakhir, arah angin telah bergeser ke arah selatan hingga ke garis lintang Furious Fifties. Buku catatan pemburu juga berisi petunjuk-petunjuk yang menjelaskan proses dan waktu trennya dimulai.
“Kami menganggap proyek ini menarik karena menggabungkan dua keterampilan berbeda, seperti ilmuwan iklim yang menggunakan pemodelan komputer kelas atas dan sejarawan yang membaca arsip tulisan-tulisan lama,” tutur Walker.
“Inilah yang membuat proyek kami unik.”
Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard