Karya-karya Ardneks, seniman muda asal Jakarta, sepintas mengingatkan kita pada poster rock dekade 70-an yang dikombinasikan seni pop jepang, serta cairan asam. Dalam karya-karyanya, Ardneks menyuntikan warna-warna yang terkesan pudar. Nostalgia era 70-an ala Arneks itu justru memuat masa depan penuh celana cut-bray, rambung gondrong, dan mistisisme Asia Tenggara.
“Karya-karya saya penuh warna, erat hubungannya dengan musik, dan bersifat trivial. Penuh referensi lintas budaya,” kata Ardneks, anggota kolektif seniman Studiorama.
Videos by VICE
“Saya berusaha menciptakan semesta tropis, ketika tempat preman India dan ayam goreng Taiwan bisa duduk bareng menikmati Sangria sambil mendengarkan Beach Boys. Tak ada prasangka apapun.”
Ardneks membayangkan karyanya hidup di sebuah semesta, yang mana”bahasa tak lagi jadi halangan.”
“Misalnya, kalau kamu bicara bahasa Swahili dan saya ngomong dalam bahasa Perancis, kita bisa tetap saling mengerti,” ujarnya.
Ardneks (nama aslinya Kendra Ahimsa) belum lama memenangkan hadiah utama Grand Prix di UNKNOWN/ASIA 2016, acara pertukaran seniman muda di Kota Osaka, Jepang. Menurut Ardneks, selama pameran yang berlangsung selama tiga hari, dia memperoleh kesempatan berdialog dengan seniman-seniman Jepang yang mempengaruhinya.
“Awalnya, saya khwatir sempat berpikir, ‘mereka bakal mengerti karya saya engga ya?’” tuturnya. “Setelah saya jelaskan makna karya0-karya saya, konsep yang mendasarinya, beberapa referensi subkultur Jepang di dalamnya, mereka jadi terbengong-bengong karena saya tahu musik dan film Jepang tempo dulu. Sepertinya mereka sangat tertarik melihat Jepang dari perspektif orang asing.”
Bagi Ardneks, kancah seni rupa Indonesia masih kurang dikenal. Banyak seniman memiliki karya orisinal dan menakjubkan, tapi sedikit sekali terekspos.
“Apa yang tengah terjadi di Indonesia juga terjadi di Jepang, Thailand, Taiwan, Korea, Hong Kong, dan China,” imbuh Ardneks.
Semua gambar diambil dari situs pribadi Ardneks. Simak karya-karya lain darinya di akun Instagram @ardneks.
