Selain lewat badminton dan lawakan receh, Indonesia juga berpotensi menguasai dunia di dunia tarik suara.
Bukti terbaru, di babak final The Voice Jerman pada 10 November kemarin, Claudia Emmanuela Santoso, dara 19 tahun asal Cirebon, berhasil menjadi pemenang utama. Ia menyanyikan lagu legendaris segenap penyanyi festivalan, “I Have Nothing” milik Whitney Houston, yang membuatnya menyabet 46 persen suara penonton, menang telak dari pesaing terdekatnya, Erwin Kintop, yang hanya dapat 17 persen.
Videos by VICE
Jangan macam-macam kau, Win.
Claudia pindah ke Jerman pada musim panas 2018. Ia kini sedang berkuliah di Ludwig Maximilian University of Munich (LMU) setelah lulus SMA pada 2017. Ikut lomba nyanyi The Voice adalah satu motivasi Claudia memilih kuliah di Jerman.
“Saya pikir kalau suatu hari pindah ke Jerman, saya mau ikutan audisi [The Voice Jerman],” ujar Claudia kepada DW saat mengenang masa-masa sebelum pindah domisili dan hanya nontonin The Voice Jerman dari Cirebon.
Kalau menelaah pilihan lagu Claudia di The Voice sejak Blind Audition sampai Grand Finale, pastinya kita tahu dong bahwa lagu-lagu pilihannya itu enggak gampang dinyanyiin semua orang. Selain “I Have Nothing” di final, ia juga membawakan soundtrack film The Greatest Showman “Never Enough” saat sesi Blind Audition, serta “Listen” milik tante aku, Beyoncé, di semifinal. Claudia sepede itu karena ia sudah sekolah musik sejak umur empat tahun.
“Saya masukkan Audi [nama panggilan Claudia-red] ke les atau sekolah musik, mulai usia empat tahun, di dalam dan juga luar Cirebon hingga kelas 2 SMA atau selama sekitar 11 atau 12 tahun kursus musik,” ujar Christin, ibu Claudia.
Alice Merton, penyanyi yang dipilihnya sebagai pelatih dalam mengarungi ajang pencarian bakat ini, bangga bukan main melihat prestasi anak didiknya. “Saya tidak bisa hanya berterima kasih karena sudah memilih saya sebagai pelatihmu,” ucap Alice kepada Claudia, dilansir BBC Indonesia.
Selain The Voice Indonesia, Claudia juga sempat mengikuti kompetisi bernyanyi lain seperti Idola Cilik, AFI Junior, FLS2N, dan Mamamia. Berbeda dengan Indonesia, sistem audisi ajang pencarian bakat di Jerman menurutnya lebih tertata.
Dari pengakuan Claudia, administrasi pendaftaran dilakukan secara online. Para peserta kemudian akan diberikan waktu pasti audisi sehingga tidak perlu menunggu seharian di tempat audisi. Saya cerita begini karena saya pernah dicurhati seorang kawan yang ikut audisi dan harus nunggu dari pagi sampai malam di venue audisi ajang pencarian bakat. Sedih.
Sejarah Indonesia menguasai dunia tarik suara dunia bukan kali pertama terjadi. Pada 2009 lalu, Sandhy Sondoro memenangkan kompetisi New Wave Festival di Latvia. Saat memasuki babak final di hari ketiga, Sandhy yang menyanyikan lagu “When A Man Loves A Woman” bahkan dapat nilai sempurna dari seluruh juri yang hadir. Meski ini bisa didebat, tapi kayaknya sah aja kalau saya bilang dari sinilah kemudian karier bermusik Sandhy di Indonesia terbangun indah lewat single “Malam Biru” yang rilis 2010.
Pada zaman bapak-ibu saya masih jadi pengantin muda dulu, ada sebuah kompetisi bernyanyi internasional yang cukup bergengsi bernama Asia Bagus. Ajang tahunan yang berlangsung sejak 1991 hingga 2000 ini diperuntukkan kepada penyanyi muda se-Asia.
Banyak penyanyi ternama terlahir dari mengikuti atau memenangi kontes ini. Sebut saja Krisdayanti, Dewi Gita, Chynthia Lamusu, Denada, Rio Febrian, Edo Kondologit, Sahrul Gunawan (iya, saya juga kaget si Jun ini nyanyi), Mario Ginanjar (Kahitna), dan Andien Aisyah.
Jadi, bagi kalian yang belum berhasil di kompetisi nyanyi lokal, jangan berkecil hati. Siapa tahu peruntungannya justru di kontes luar negeri.