Anak Muda Berbagi Impian Soal Ibu Kota (Baru) yang Ideal versi Mereka Pindah Ibu Kota Jakarta Jokowi Bappenas
Ilustrasi ibu kota idaman oleh Yasmin Hutasuhut.
Pemindahan Ibu Kota

Anak Muda Berbagi Impian Soal Ibu Kota (Baru) yang Ideal versi Mereka

Kalimantan Timur resmi jadi calon lokasi ibu kota baru Indonesia, dari pengumuman Presiden Jokowi. Pro-kontra bermunculan. Menurut anak muda, yang bakal mendiaminya, seperti apa ibu kota yang ideal itu?

Hiruk pikuk kegiatan manusia penghuni ibu kota sudah terdengar sejak matahari bahkan sebelum terbit di ufuk. Dengan sepuluh juta warga yang mendiaminya, belum mencakup para pekerja rantau baik dari Jabodetabek dan luar pulau, tak heran Jakarta diliputi atmosfer kejenuhan—serta sesekali kabut yang sayangnya bukan dari air, melainkan asap kendaraan. Semua chaos itu masih ditambah rutinitas kemacetan yang bisa membuat perjalan 10 menit jadi dua jam. Bisa dipahami sih, kalau muncul gagasan memindah pusat pemerintahan ke kawasan baru, menjauh dari Jakarta yang sudah terlalu padat (bahkan terancam tenggelam).

Iklan

Wacana perpindahan ibu kota ini sudah didengungkan sejak era kepemimpinan Presiden Sukarno. Presiden pertama Indonesia itu sempat menggadang-gadang Samarinda dan Palangkaraya sebagai pengganti Jakarta. Namun setelah 74 tahun merdeka, pemerintah pusat tak pernah mengeksekusi wacana tersebut. Sampai akhirnya Presiden Joko Widodo menyeriusi gagasan pemindahan ibu kota, dengan meminta bantuan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Setelah idenya bergulir sejak 2017, tahun ini calon ibu kota baru yang potensial mencuat. Lokasi yang diumumkan oleh Presiden Jokowi adalah kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur.

"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur," kata Jokowi dalam jumpa pers di Istana Negara, Senin (25/8).

Dua lokasi itu paling potensial, menurut presiden, berdasarkan kajian timnya. Jakarta tak bisa lagi terus menjadi pusat pemerintahan dan bisnis sekaligus. "Sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa," imbuh presiden.

Wacana ini memicu pro-kontra. Tak semua politikus sepakat dengan ambisi pemerintahan Jokowi memindah ibu kota (ke Kalimantan atau ke manapun). Sebab, ongkos pembangunan infrastruktur, ketersediaan dana negara, serta ongkos sosial memindah ratusan ribu pegawai negeri sipil bersama keluarga mereka ke ibu kota baru dirasa terlalu mahal. Biaya pembangunan kota baru itu diperkirakan Bappenas minimal mencapai Rp935 triliun.

Iklan

Prabowo Subianto, ketua dewan pembina Gerindra sekaligus ikon oposisi, termasuk yang sepakat. Dia bilang pemindahan ibu kota merupakan salah satu perjuangan partainya sejak awal didirikan. Memang dalam hal ini Jokowi dan Prabowo bisa sependapat, pemindahan ibu kota menjadi prioritas negara.

Kubu yang mengusung ide perpindahan berpendapat bahwa ibu kota baru dapat menjadi awal representasi kemajuan Indonesia. "Bukan lagi kemajuan yang Jawa-sentris, tapi Indonesia-sentris” kata Presiden Jokowi. Selain itu Jokowi menganggap pemindahan ini penting karena lokasi Kalimantan yang cenderung lebih aman dari bencana alam.

Dari sisi kontra, selain karena berbagai ongkos anggaran dan sosial yang harus diperhatikan, perlu pelibatan masyarakat dalam proses pemilihan ibu kota baru. Sandiaga Uno, politikus oposisi, menyatakan perlu ada referendum terlebih dulu jika pemerintah Jokowi ingin membuat pusat pemerintahan baru di kota selain Jakarta. "Sehingga masyarakat menjadi bagian dari pengambilan keputusan tersebut," kata Sandiaga. Hidayat Nur Wahid, politisi Partai Keadilan Sejahtera, juga mengingatkan pemerintah agar Majelis Permusyawaratan Rakyat dilibatkan dalam proses pemidahan ibu kota.

Sementara warganet yang tidak setuju, mempopulerkan tagar #KalahMoncerIbuKotaDipindah untuk menyindir pemerintahan Jokowi. Salah satu alasannya, kondisi alam Kalimantan, sebagai salah satu calon lokasi ibu kota baru, bisa semakin rusak bila ide ini benar-benar diwujudkan.

Iklan

Intinya, warga memang perlu dilibatkan dan dimintai pendapat soal gagasan ibu kota baru. Tapi ada satu demografi yang belum banyak ditanya soal polemik ini: anak muda di bawah 35 tahun. Mereka lah yang kelak bakal menghuni dan membangun ibu kota anyar tersebut seandainya ide pemerintahan Jokowi direalisasikan. Apalagi proses pemidahan ini butuh waktu minimal 10 tahun.



Seperti apa sih respons anak muda terhadap ide memindah ibu kota dari Jakarta? Apakah mereka menganggapnya realistis? Lantas, terlepas dari pindah tidaknya pusat pemerintahan, seperti apa ibu kota ideal di mata mereka?

Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, VICE meminta tanggapan anak muda yang hidup di Jakarta, dari Kalimantan, serta dari kota lain. Berikut respons mereka:

Erlangga, 29 Tahun, Jakarta

1566555705250-Erlangga

VICE: Halo Erlangga, apa pendapatmu tentang rencana pemindahan ibu kota Indonesia?
Erlangga: Enggak setuju. Soalnya pertama banyak yang mesti diurus, mulai bangun infrastruktur pembiayaannya gede banget. Mungkin [wacana pindah ibu kota niatnya] bagus, tapi urgensinya enggak ada kalau sekarang. Kan lebih mending membangun daerah tertinggal. Membangun daerah perbatasan dan terluar. Ibaratnya ibu kota jadi pindah atau enggak, gak bakal masalah, tapi kalau daerah terluar itu kan emang harus dibangun sejak awal.

Belum lagi dengan potensi kebocoran [anggaran karena korupsi]. Kalau belajar dari proyek-proyek pemerintah sebelumnya, pasti ada “bocor”-nya. Takutnya dengan informasi ini nanti tiba-tiba tanah disana sudah dikuasai sama makelar semua. Nanti pembebasan tanahnya susah. Harus bener-bener detail dan banyak repotnya. Dengan segenap kerepotan itu, masak sih yang lebih mendesak enggak didahulukan.

Iklan

Tapi kan sebenarnya pemerintah ingin memindah ibu kota supaya pusat negara lebih terjaga dari potensi bencana alam?
Bencana alam juga enggak bisa diprediksi. Memang Kalimantan punya frekuensi gempa lebih rendah, tapi bukan gitu juga caranya. Risiko itu bukan dihindari, tapi dimitigasi. Jepang juga tinggal di ring of fire. Tapi mereka enggak pindah-pindah ibu kota sesukanya. Mereka melakukan mitigasi yang maksimal. Kalau sudah pindah tapi tetep buruk mitigasinya, sama aja dong.

1566553707138-desain-ibu-kota-baru

Salah satu screencapture desain ibu kota baru dari arsip Kementerian PUPR.

Menurutmu ibu kota ideal itu buat Indonesia kayak gimana sih?
Yang bisa memudahkan, yang bisa representatif. Emang sih Jakarta sekarang ini dengan segala kemacetannya itu gak memudahkan. Dari segi fasilitas itu emang gak semua gedung pemerintah daerah dan juga negara sahabat masih belum bisa dinaungi disana. Sehingga susah buat semuanya berkumpul. Realitanya kalau teman-teman saya yang kerja di kementerian itu mau rapat sama staf lain aja habis waktu dua jam hanya di perjalanan.

Kalau kamu setuju ibu kota tetep di Jakarta, menurutmu apa yang harus dilakukan supaya warganya lebih nyaman dan kondusif di kota tersebut?
Peraturan lalu lintas, lingkungan itu harusnya dibuat aturannya lebih tegas. Supaya kita bisa jadi warga negara yang baik. Karena sebenarnya kan semuanya balik lagi ke masyarakatnya. Kalau seandainya masyarakat di pusaran pemerintah tetap destruktif, nanti masalahnya di sana terulang lagi. Bisa memulai macet lagi, juara satu udara kotor lagi, semrawut lagi. Yang penting itu pembangunan manusianya, taat aturan, eco-friendly, juga peduli sesama.

Iklan

Cheryl, 22 Tahun, Mahasiswa, Surabaya

1566556023885-Cheryl

VICE: Hai Cheryl, apa pendapatmu tentang rencana pemindahan ibu kota Indonesia?
Cheryl: Setuju karena menurutku ini wujud pemerataan pembangunan. Tiap kali Presiden misalnya mau kunjungan, kan pasti jalan diperbaiki dulu tuh supaya visitasinya nyaman. Waktu Presiden stop kunjungan, yah stop juga deh bangun jalannya. Dengan kata lain, semakin banyak petinggi di sana, makin banyak usaha yang bakal dibuat untuk mempernyaman daerah mereka. Apalagi Jakarta itu jadi pusat bisnis. Entah karena kebiasaan jaman dulu, dimana Batavia emang pusat bisnis. Sehingga sekarang jadi terlalu padat. Ibu kota perlu dipecah. Kan di Amerika juga gitu, perpisahan antara Washington DC dan New York.

Beberapa orang berpendapat perpindahan ini kan berpotensi menggusur masyarakat lokal dan juga merusak alam, menurutmu gimana?
Penggusuran itu setauku selalu terjadi deh, meskipun enggak ada perpindahan ibu kota. Tapi dengan perpindahan ibu kota kan jadi pemerintah bisa lebih ngatur supaya lebih sopan sama penduduk sekitar. Namanya juga numpang, harus sopan.

Ibu kota yang ideal menurutmu seperti apa sih?
Ibu kota yang bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Aku gak terlalu peduli gimana visualnya. Tapi kalau emang unsur visual itu bisa membuat pemerintah lebih produktif ya kalau ada dananya lakukan aja. Hutan pun kalau digusur bisa direlokasi. Soalnya aku gak ahli juga

Juliansyah, 21 tahun, Kabupaten Kapuas Hulu

1566555537567-Juliansyah

VICE: Hai Juli, apa pendapatmu tentang rencana pemindahan ibu kota Indonesia?
Juli: Menurut aku ini rencana yang bagus tapi terlalu tergesa-gesa. Kalau dilihat dari layout-nya harus diapresiasi pemerintah ada usaha untuk menegaskan ruang terbuka hijau yang mumpuni bagi masyarakat. Tapi aku agak skeptis. Karena pemerintahan itu dibuat dari kumpulan kepentingan politik yang kuat. Aku enggak yakin ini bisa tereksekusi dengan baik. Selama 18 tahun tinggal di Kalimantan aku sudah menjadi saksi eksploitasi yang terjadi di sana. Ada yang terjadi karena alasan politik, ada yang karena uang dan keuntungan.

Iklan

Proses pemindahan yang ideal buat kamu itu gimana sih?
Orang di Kalimantan itu harus dikasih ruang untuk have a say. Menentukan apa yang dimau mereka. Kontur kalimantan itu beda banget. Cultural wisdom masih sangat lengket disini, ethnicity juga masih dijunjung. Emang sih mungkin dampak ekologisnya bisa tetep bagus. Tapi local wisdom yang dianut masyarakat setempat itu harus diprioritaskan. Terutama dengan agenda pemindahan 1.3 juta Aparatur Sipil Negara. ASN itu kan enggak mungkin cuman pindah kerjaan, tapi juga diversifikasi upaya menghidupi diri. Mungkin nanti bisa buka restoran, buka usaha, beli tanah. Seandainya masyarakat Kalimantan ini engggak dilibatkan dan juga modal sosialnya tetep timpang dengan orang dari Jawa, berpotensi banget untuk ada konflik horizontal. Memang pemerintah punya keinginan baik supaya ekonomi Kalimantan maju, tapi saya juga takut kalau Kalimantan yang selama ini damai berpotensi rusak. Apalagi di ibu kota selalu ada intrusi nilai-nilai politik.

Menurutmu ibu kota yang ideal itu seperti apa sih?
Ibu kota ideal itu yang memang bisa memanusiakan manusia. Tidak ada clashes, issue miring yang berkembang di situ. Semua masyarakat bisa get together. Kontur kehidupan komunal, saling mengerti satu sama lain.

Lusi, 24 tahun, Jakarta, Dokter Umum

1566555560619-Lusi

VICE: Halo Lusi. Apa pendapatmu tentang rencana pemindahan ibu kota Indonesia?
Lusi: Sebagai warga Jakarta saya setuju. Karena kehidupan kita di Jakarta kan bakal tetep sama aja. Misalnya mall kan enggak akan tiba-tiba pindah dan jadi hilang. Kehidupan kita bakal tetap stay, tapi mungkin kemacetan sedikit berkurang. Siapa tahu juga dengan pindahnya ibu kota ini Jakarta lebih bersih. Kan nanti pemerintah pindah. Jadi orang yang suka demo, suka coret-coret, buang sampah sembarangan siapa tahu jadi berkurang karena malas demo ke Kalimantan hahaha. Buat masyarakat di luar Jawa (Kalimantan) juga kan pinginnya ada pembangunan. Ya ini lah saatnya dimana pembangunan pasti terjadi di tempat kalian.

Iklan

Banyak orang ragu memindah ibu kota karena takut dampak sosialnya bakal buruk bagi masyarakat lokal, apa Lusi setuju?
Menurut aku ya pasti ada syok sih. Apalagi kan ini Kalimantan, bukan Sumatra atau Sulawesi yang udah agak maju. Tapi kalau pindahan ini malah batal, justru mereka akan semakin gak pernah diperhatikan. Ya kalau seandainya ada pemerintah kan semuanya jadi keharusan. Harus dibangunlah jalan, haruslah ada lampu, fasilitas ini itu. Belum lagi keluarga dan anak pejabat yang juga pasti butuh sekolah memadai. Pasti akan ada shock, jadi ya memang pemerintah harus pintar-pintar memilih kota yang lebih terbuka sama perubahan. Juga pemerintah harus membuat transisi perubahan selancar mungkin. Agar masyarakat di Kalimantan juga gak merasa terganggu.

1566555433812-desain

Desain ibu kota baru dari arsip Kementerian PUPR

Menurut Lusi, ibu kota idaman itu seperti apa?
Aku itu orang yang sistematis dan rapi. Jadi aku pingin ibu kota itu jadi tempat yang tertata dan bersih. Orang-orangnya teratur. Karena ibu kota itu kan induk kota lain. Sehingga harapannya orang lain kalau datang ke Indonesia dapat impression yang bagus. Misalnya kalau kita lihat Washington DC, gak ada trobas trobos lampu lalu lintas. Apalagi sekarang jadi pusat pemerintahan, ya harusnya paling teratur.

Ibu kotanya juga harus dibangun dengan kearifan lokal, tidak selalu gaya eropa. Misalnya seperti di Bali, saya bangga banget misalnya ada aturan tersendiri bangunan enggak boleh terlalu tinggi. Kan ada khas nusantaranya.

Iklan

Veronica, 20 tahun, Surabaya, Mahasiswi

1566555622127-Veronica

VICE: Halo Vero. Apa pendapatmu tentang rencana pemindahan ibukota Indonesia?
Veronica: Sebenarnya soal ini aku itu awalnya sih setuju-setuju aja. Karena aku merasa ini baik buat pemerataan pembangunan di Indonesia. Aku pernah sendiri berkunjung ke Kalimantan Barat dan Selatan. [Kondisi di sana] super berbeda sekali dengan di Jawa. Tapi kekayaan alam dan hutannya keren loh. Because I love the forest and i feel alive there.

Masyarakat di sana juga cerita kalau banyak pendatang dari Jawa ke Kalimantan itu bikin penduduk asli, yakni suku Dayak, tambah tersingkir dan semakin menjauh dari perkotaan gitu. Sehingga ini yang membuat dilema. Orang umum menganggap masyarakat adat itu terbelakang dan ketinggalan, itu gak seutuhnya benar teman-teman. Mereka sudah makmur, mereka sejahtera tanpa semua modernisasi ini. Justru ketika kita itu berusaha memaksakan modernisasi ke mereka, memaksa mereka menjadi pekerja kantoran ketika mereka sudah cukup hidup selaras dengan alam dan sejahtera itu lah masalahnya.

Dampak sosial serta bukti transmigrasi orang Jawa yang gagal "menyatu" dengan orang asal ini membuat aku skeptis. Ditambah lagi dampak ekologis. Karena meskipun awalnya ibukota dibangun di lahan non hutan, aku yakin kedepannya perkembangan ekonomi politik sosial akan memakan lahan-lahan hutan yang luas.

1566556256432-ibu-kota

Konsep ruang hijau di ibu kota baru dari arsip Kementerian PUPR

Jadi sebenarnya kamu setuju, tapi skeptis sama dampak sosial dan ekologisnya? Idealnya lantas gimana?
Tentu harus mementingkan dari segi lingkungannya. Jakarta kan sudah 'rusak' nih, pindah ibu kota itu jangan hanya dengan tujuan 'ngerusak' lahan yang baru lagi. Kalau berpotensi gitu mending jangan pindah deh.

Ibukota ideal menurut Vero seperti apa sih?
Menurutku yang tidak chaotic. Mampu menyeimbangkan antara jumlah penduduk dengan fasilitas di dalamnya, ini kalau berkaca pada jakarta yang super padat. Lalu, harapanku sih ibukota secara kualitas memang bisa menjadi wajah dan cerminan dari Indonesia sendiri. So at least, leave the cultural heritage in there. Jangan mbabat hutan tapi trus amu bangun kebun binatang dari beton dan semen. Diatur dengan baiklah, misalnya kayak Tokyo.