FYI.

This story is over 5 years old.

Pilgub DKI

Ekspresi Lega Semua Orang Setelah Pilkada Jakarta yang Panas Berakhir

Kami juga gembira tahu. Udah capek euy lihat orang berantem melulu setiap hari.

Pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun ini akan dikenang sebagai salah satu yang paling melelahkan dan menyita energi. Semua orang sempat yakin bilaa manusia Indonesia akan dipaksa membicarakan calon pejabat DKI-1 selama-lamanya. Semua hal juga jadi tak bisa lepas dari politik. Mulai dari merek roti yang dituduh anti-Islam, sampai liputan-liputan lebay menu makanan para calon gubernur dan wakil gubernur. Jangan lupa juga, betapa menyebalkannya semua buzzer politik di medsos. Hih, demen amat ribut. Lha mereka ribut dibayar. Sementara kita cuma dapat capek karena harus mute atau unfollow.

Iklan

Warga Jakarta sudah bisa dipastikan memiliki gubernur baru Anies Baswedan dan wakilnya Sandiago Uno setelah mengalahkan gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama dengan marjin kekalahan cukup tajam hingga 15 persen. Di satu sisi, pilihan ini menggambarkan rakyat Jakarta butuh perubahan. Tapi masalah yang akan dihadapi Anies-Sandi kemungkinan besar masih itu-itu lagi: kalau bukan banjir yang mengatasi kemacetan. Karena memang dua hal itu yang paling dikeluhkan penduduk Jakarta.

Setidaknya, semua orang kini lega setelah hasil hitung cepat diumumkan. Hampir mustahil ada gugatan ke KPU yang memperpanjang penderitaan rakyat karena perkara pemilu ini. Tentu ada orang-orang yang sibuk membuat lelucon soal hasil pilgub DKI, tapi kebanyakan sih gembira setelah perdebatan panas tanpa henti enam bulan terakhir di media sosial bisa diakhiri.

Sebagian orang menganggap kemenangan Anies-Sandi sebagai langkah maju dari kekuatan politik lama Indonesia. Pasangan calon nomor urut tiga itu didukung beberapa mantan jenderal, termasuk oleh Prabowo Subianto yang ditaklukkan Presiden Joko Widodo pada perhelatan pilpres 2014. Kubu konservatif juga ikut mendukung Anies-Sandi, mulai dari Imam Besar Front Pembela Islam, Rizieq Shihab, ulama populer AA Gym, hingga para pentolan Front Umat Islam.

Cuitan bernada dukungan dilontarkan akun penulis kawakan @ZaraZettiraZZ yang merasa Anies-Sandi harus bisa menjalankan program-program yang sudah dijanjikannya. "Kita harus terus KAWAL janji Anies Sandi untuk STOP REKLAMASI ya…. janji adalah hutang," cuit Zara.

Iklan

Karena perbedaan retorika antar kandidat, serta bumbu-bumbu isu sektarian serta agama, banyak orang di Indonesia merasa panasnya pilkada DKI menyerupai momen Hillary Clinton vs Donald Trump di pilpres Amerika Serikat. Pendukung Ahok, yang gacoannya kalah telak setelah dua putaran, mengeluhkan hal serupa. Pendukung Ahok ini meyakini akhir zaman sudah tiba ketika Anies terpilih, seakan Jakarta akan kembali ke peradaban purba yang mengenaskan.

Tentu tidak semua begitu. Kecewa wajar saja, namun masih dalam batas wajar. Setidaknya kinerja Anies-Sandi harus disimak dulu setidaknya dalam setahun pertama. Sadar bila calon mereka sudah langsung diserang oleh pendukung gubernur petahana, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, Bachtiar Nasir, mengimbau kepada warga Jakarta untuk terus mendukung pasangan gubernur dan agar tidak banyak menuntut.

Syarat kalau mau langgeng ke depan, siap kawal Pak Anies untuk selesaikan Jakarta seperti yang dicita-citakan. Jangan meminta, tetapi mendukung," ujar Bachtiar seperti dilansir Detik.

Melihat respons defensif GNPH MUI, artinya perdebatan tentu akan selalu ada terkait pemerintah Jakarta. Tapi setidaknya baru sekarang kita bisa benar-benar menarik napas lega karena gelombang unjuk rasa dan silang pendapat di medsos bisa stop sejenak. Apalagi bagi warga Indonesia non-Jakarta yang dipaksa selama enam bulan terakhir harus peduli pada Ahok vs Anies.

Marilah warga Jakarta, kita kembali menyelami rutinitas biasanya. Mengeluh karena banjir, macet engga ketulungan, tak adanya transportasi umum memadai, reklamasi menguntungkan pemodal doang, biaya pendidikan mahal abis, polusi yang tak menunjukkan ada solusi jangka pendek, hingga korupsi sistemik yang bikin semua pemilik KTP DKI males ngurus sesuatu di kelurahan. Hmm, kok daftar keluhannya banyak ya? Boleh lah berharap dengan gubernur baru. Tapi jangan sampai sakit hati. Siapa tahu Jakarta memang terkutuk jadi kota yang gagal. Siapapun pemimpinnya.