Arctic mulai tayang di beberapa bioskop setelah debut di Festival Film Cannes dan Sundance. Film besutan sutradara Brasil Joe Penna tersebut dibintangi Mads Mikkelsen. Aktor Denmark ini memainkan karakter yang terjebak di lautan es Arktik setelah mengalami kecelakaan pesawat. Suhu di Arktik konsisten belasan derajat di bawah nol. Dia harus berhadapan dengan beruang kutub dan menerjang badai salju. Peluang untuk bertahan hidup sangat kecil. Apalagi dia harus menyeret satu perempuan muda yang mengalami kelumpuhan.
Tidak ada genre spesifik bisa menggambarkan cerita Arctic selain “genre film yang menempatkan Manusia Modern Berusaha Bertahan Hidup di Alam Bebas”. Sangat mudah melihat perbedaannya dengan film bertahan hidup yang lain seperti The Revenant. Tokoh yang tersesat di alam bebas bukanlah orang-orang yang menguasai situasi lingkungan di sekitarnya.
Videos by VICE
Mereka adalah ilmuwan, pejabat, dokter atau bahkan turis. Mereka orang awam yang tidak mengenal alam liar. Mereka tidak tahu bagaimana caranya menguliti tupai atau membangun tempat berlindung dari dahan pinus. Sebagai penonton, kita bisa terbawa suasana. Kita merasa kasihan ketika mereka terluka, dan lega apabila mereka mendapat bantuan.
Ciri khas genre film macam ini adalah menunjukkan kekuatan manusia bila gigih berusaha melawan semua tantangan dari alam yang menerpanya. Film semacam ini membuat kalian yang malas gerak segera kepingin… nonton film lainnya. Yakali tiba-tiba kalian jadi pengin olahraga. Justru cerita manusia vs alam membuat siapapun jadi takut keluar rumah. Arctic persis seperti itu.
Film ini luar biasa, tapi melelahkan. Kalian harus mempersiapkan mental sebelum menonton film bergenre “Manusia Modern Berusaha Bertahan Hidup di Alam Bebas” ini.
Nih, redaksi VICE memberi rekomendasi lima film dengan tema mirip Arctic yang bisa kalian tonton untuk mendalami subgenre horor survival manusia vs alam:
Letter Never Sent (1960)
Sekelompok ahli geologi melakukan ekspedisi ke hutan belantara Siberia. Hal paling sepele sekali pun bisa menyebabkan masalah. Kebakaran hutan menyebabkan mereka tidak bisa mengakses kanonya, cinta segitiga tumbuh di dalam kelompok, dan radio dua arah berhenti mengudara tapi tetap menyiarkan perbincangan dan ucapan menyemangati dari rekan-rekan mereka. Letter Never Sent yang disutradarai Mikhail Kalatozov ini adalah film hitam-putih, yang membuat hutan boreal Siberia tampak seperti lautan.
Film ini bernuansa gelap yang secara tidak langsung memparodikan semangat altruisme dan tekad yang tinggi dari Uni Soviet. Para petualang yang tersesat sangat menjunjung tinggi semangat ini, bahkan ketika mereka semakin masuk ke dalam hutan dan benar-benar terputus hubungan dari masyarakat. Ada semangat manusia dan hutan belantara di film ini. Letter Never Sent adalah jurang pemisah antara masyarakat dan alam bebas.
The Grey (2011)
Dalam The Grey, Liam Neeson bertarung dengan serigala di tundra Alaska. Film garapan Joe Carnahan ini mengisahkan sejumlah laki-laki kelewat macho—dalam hal ini, sekelompok pengebor minyak yang suka mabuk-mabukkan dan bertengkar—dibuat tidak berdaya oleh alam. Neeson adalah orang yang bisa diandalkan saat kecelakaan pesawat, meskipun dia sebenarnya dia sedang penuh amarah dan duka (Istrinya baru saja meninggalkannya). Dia adalah penembak jitu yang melindungi pengebor minyak dari serangan satwa liar. The Grey menyoroti momok kematian yang mengintai setiap laki-laki. Tapi serigalanya keren juga, kok.
Alive (1993)
Pesawat yang kalian tumpangi habis menabrak gletser di Andes, tapi kalian berhasil bertahan hidup. Semakin hari kekuatan kalian semakin melemah karena tidak ada persediaan makanan. Apakah kalian akan memakan jasad orang yang duduk di sebelahmu? Frank Marshall mengeksplorasinya dengan mengedepankan sisi empati dalam film buatannya, Alive. Film ini terinspirasi oleh kisah nyata Pesawat Angkatan Udara Uruguay Penerbangan 571, yang menabrak gunung ketika mengangkut tim rugby.
Alive tak hanya menceritakan perjuangan bertahan hidup yang brutal saja, tetapi juga menampilkan ikatan yang tumbuh di antara korban hidup. Teror dan kemarahan yang tadinya dirasakan pemain rugby dan keluarganya—salah satu dari mereka menyuruh perempuan yang sekarat untuk diam di awal film—berubah menjadi kasih sayang dan humor yang melampaui situasi menyedihkan mereka. “Kalau kamu tidak memakanku saat saya mati, saya bakalan bangkit lagi dan menendangmu,” kata salah satu pemain rugby kepada temannya. Saya jamin kalian semua bakalan nangis nonton adegan ini.
Cast Away (2000)
Cast Away karya sutradara Robert Zemeckis menunjukkan rasanya menjadi satu-satunya orang yang terdampar di pulau terpencil dalamwaktu yang lama. Aktor watak Tom Hanks memerankan karakternya dengan apik. Kita dicabik-cabik kepedihan ketika menyaksikan penderitaan dan perjuangannya untuk tetap waras di pulau tersebut setelah pesawatnya jatuh ke samudra Pasifik.
Kita tak bisa menyepelekan pengalaman ini. Kita baru menyadari bahwa apa saja bisa terjadi di film ini ketika Hanks mencabut giginya dengan batu dan sepatu luncur es. Cast Away mampu memberikan sensasi bahaya dan kematian sungguhan. Satu-satunya kekurangan dari film ini yaitu adegan 20 menit terakhir yang tidak penting-penting amat. Karakter Hanks diberi makan sushi padahal dia sudah bertahun-tahun makan ikan mentah. Ngeselin banget, kan?!
Backcountry (2014)
Saya mau berbagi kisah nyata: Saya pernah bekerja sebagai manajer hostel di hutan belantara. Salah satu tugasku yaitu memberi saran jejak pendakian bagi tamu dan membantu mereka yang tersesat atau terluka. Tak ada film yang dengan baik menggambarkan betapa sulitnya perjuangan orang kota yang suka bertualang di alam liar selain Backcountry, film thriller Kanada buatan Andrew MacDonald.
Film ini berlatar tempat di pegunungan Ontario dan British Columbia, dan tokoh utamanya diperankan oleh pemain film Stick It Missy Peregrym. Backcountry mengisahkan sepasang pendaki Toronto yang tersesat karena kehilangan peta saat ingin berkemah. Serangan beruang di film ini membuat The Revenant tidak ada apa-apanya. (Petunjuk: “tengkorak yang menganga.”) Saya benar-benar dibuat lengah sama seperti para pendaki itu sendiri.
Follow Miles Howard di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.