Demonstrasi menolak RUU Ekstradisi kontroversial, yang memberi wewenang kepada Beijing mengirim tahanan Hong Kong ke wilayah Tiongkok daratan, telah berlangsung tiga bulan. Para pengunjuk rasa kini telah menemukan cara baru nan kreatif yang diharapkan bisa menjamin keberlangsungan aksi mereka.
Semenjak kerusuhan pecah pada Juni, demonstran sangat mengandalkan teknologi untuk mendorong agenda mereka dan mengajak orang-orang bergabung dengan gerakannya. Mereka awalnya menyiarkan pesan di grup-grup Telegram, tetapi kemudian banyak yang merambah ke aplikasi lain seperti Twitch. Namun, polisi mulai menindak keras platform-platform ini menyusul ketegangan yang semakin meningkat di sana. Para pengunjuk rasa mau tak mau harus melakukan sesuatu yang beda supaya aksinya tak terhenti begitu saja.
Videos by VICE
Mereka menyiasati dengan mengajak demo pakai aplikasi kencan online Tinder. Mereka meminta siapa saja yang melihat profilnya untuk swipe kanan dan bergabung dengan gerakan oposisi. Selain itu, demonstran Hong Kong juga memanfaatkan Pokémon GO dalam upaya mengelabui polisi. Apabila tertangkap basah tengah berkumpul, mereka akan beralasan sedang menangkap pokemon.
Sementara itu, informasi tentang gerakan disebarkan melalui AirDrop ke setiap orang asing yang menyalakan layanan seluler Apple di sekitar mereka. Dengan AirDrop, pengguna iPhone bisa mengirim foto dan catatan secara instan kepada orang lain tanpa ketahuan banyak orang.
Oleh karena itu, pengunjuk rasa bisa menyebarkan agenda tanpa perlu khawatir tercium polisi. Cara ini bagus untuk berkomunikasi dengan wisatawan yang terperangkap dalam firewall Tiongkok, yang sebaliknya bisa mencegah pengiriman pesan semacam itu.
Metode efektif lainnya yaitu dengan memposting tulisan di forum seperti LIHKG (Reddit versi Hong Kong) dan mengunggah video bernada ajakan di Douyin (TikTok versi Tiongkok).
Follow Shamani Joshi di Instagram