Jumlah penularan Covid-19 di Kenya tergolong rendah, hanya ada 363 kasus dengan total kematian 14 jiwa. Sejumlah pihak yakin upaya tegas yang diambil pemerintah Kenya sejak awal menjadi alasan rendahnya penyebaran di sana.
Namun, aturan pembatasan terkait virus corona malah menewaskan banyak korban. Dalam 10 hari terakhir sejak jam malam diterapkan, Human Rights Watch membeberkan setidaknya ada enam warga yang dibunuh polisi, termasuk bocah 13 tahun Yassin Moyo yang ditembak karena main di balkon rumahnya sendiri.
Videos by VICE
Polisi Kenya menggunakan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan. Mereka juga memukuli para pedagang yang masih berjualan di pasar, melakukan kekerasan terhadap wartawan, dan menembakkan gas air mata ke arah komuter yang buru-buru pulang sebelum jam malam.
Banyak warga mengeluh fasilitas karantina yang disediakan pemerintah sangat tidak layak dan lebih mirip penjara. Beberapa dari mereka kabur sebelum masa karantina berakhir.
“Kami tahu siapa kalian dan akan mengejarmu sampai ketemu,” bunyi pidato Presiden pada Rabu, yang ditujukan kepada rakyat dan orang-orang yang kabur dari karantina. Pidato ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah akan melakukan tindakan ekstrem terhadap rakyatnya sendiri.
Pihak berwenang bersikeras upaya tegas serta pelibatan polisi dan militer mampu mencegah penularan virus corona, tapi pakar kesehatan masyarakat memperingatkan langkah yang diambil pemerintah dapat mempercepat penyebaran penyakit dan meningkatkan ketidakpercayaan publik.
Otoritas Kenya memang dikenal sering melakukan pembunuhan di luar hukum dan melibatkan aparat. Sebagaimana diungkapkan aktivis, upaya pembatasan sosial selama pandemi menyoroti betapa sulitnya perjuangan pegiat HAM dalam menumpas kekerasan polisi dan menuntut keadilan bagi para korban.
Simak video dokumenter soal kondisi di Kenya lewat tautan di awal artikel.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News