Apabila kita sepakat nama adalah doa, maka nama bayi adalah doa orang tua. Penyematan nama kepada seorang manusia adalah hak prerogatif mereka yang melahirkan. Ada yang mempergunakannya sebagai perkawinan kekayaan bahasa dan filosofi mendalam, ada yang menggunakannya sebagai simbol kecintaan terhadap sesuatu. Apa pun itu, sang anak harus rela kumpulan kata tertentu dilekatkan padanya hingga mati, atau setidaknya sampai ia berniat mengubah namanya sendiri.
Setiap orang tua muda lantas berlomba-lomba hadir dengan nama tak umum. Makin ke sini, varietas nama-nama unik semakin berkembang. Penelitian Jean Twenge, profesor psikologi di San Diego State University, Amerika Serikat, menyimpulkan dari 325 juta nama bayi yang lahir antara 1880-2007, nama-nama “umum” telah menurun popularitasnya sejak 1950. Bahkan pada 2007, kurang dari 10 persen nama bayi laki-laki berasal dari daftar nama terpopuler dunia. Tren ini terjadi di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.
Videos by VICE
Berkaca dari kasus nama anak “Zylvechia” yang melibatkan pesohor Franda, saya rasa masyarakat Indonesia punya sindrom yang sama. Enggak cuma yang terlampau unik kayak Zylvechia, VICE sendiri sempat iseng bikin daftar nama-nama absurd hasil karya orang tua Indonesia. Salah dua contohnya: “Tuhan” dan “Etika Silit Asin”. Mana kebayang nama macam ini pas zaman mempertahankan kemerdekaan dulu.
Di sinilah Yosef Kelik Prirahayanto hadir.
Kelik adalah penggagas Astunamisae, bisnis racik nama profesional spesialis empat bahasa: Sanskerta, Kawi, Jawa, dan Indonesia. Keinginan orang tua memiliki nama bayi unik sekaligus kebutuhan menyelamatkan Indonesia dari kreativitas kelewat batas yang sampai menjadikan tanda baca sebagai nama anak dilihat Kelik sebagai celahnya berkontribusi. Dengan pengetahuan mendalamnya akan keempat bahasa tadi, ia menyediakan pelayanan kepada siapa pun yang niat mencari nama anak bermakna nan indah.
Kelik mulai mendalami bahasa kuno ketika bekerja sebagai staf riset di salah satu museum sejarah Jawa swasta. Di sana, ia terpapar aneka bahan bacaan sejarah dan menemukan banyak tokoh sejarah Jawa bernama elok dengan arti mendalam. “Wah, ini bisa dan keren aslinya kalau dipakai menamai anak,” cerita Kelik kepada VICE.
Momentum hadir pada 2017, saat ia mengerahkan segala daya pengetahuannya atas bahasa Kawi, Jawa, dan Sansekerta untuk menamai bayi lelakinya sendiri. Hasilnya, anak itu dinamai Kalyana Labdabagja. Gimana pemirsa, indah bukan?
Dari nama anak sendiri itu, Kelik mulai dikenal sebagai orang yang mumpuni meracik nama. Permintaan konsultasi pun berdatangan dari lingkungan terdekat. Banyak teman dan kerabat meminta masukan soal pilihan kata menamai sang buah hati masing-masing. Dari sana, ia iseng membuka jasa konsultasi bikin nama anak gratis di Twitter sejak 19 April 2019.
Sama seperti kerabat dan teman, netizen Twitter menyambut baik layanan ini. Kelik kebanjiran pengikut dan klien. Baru pada 25 Agustus 2019, layanan konsultasi nama bayi diubah jadi berbayar. Astunamisae, frasa Jawa yang berarti ‘sungguh nama yang baik’, resmi disematkan sebagai jenama pada 5 Desember 2019. Jasa disediakan bukan cuma untuk calon ortu yang lagi pusing nyari nama bayi, tapi juga untuk pengusaha yang sedang nyari merek yang catchy.
Berumur setahun lebih, Astunamisae konsisten dapet 5-20 klien per bulan. Berikut hasil ngobrol kami dengan Kelik, sang juru racik nama profesional.
VICE: Gimana cara menghitung biaya jasa racik nama bayi? Per kata gitu?
Kelik: Saya menyediakan lima pilihan paket untuk peracikan nama bayi, dengan kisaran tarif Rp50 ribu untuk paket berjatah satu nama, hingga Rp180 ribu untuk paket berjatah enam nama. Patokan atau satuan yang dipakai adalah racikan nama lengkap yang tersusun dari 2-4 kata.
Apa ada ketentuan, misalnya maksimal dua kali revisi gitu?
Jatah revisi resminya disediakan untuk sekali saja. Namun, saya menekankan bahwa klien harus serinci mungkin menerangkan keinginan atau bayangan mereka soal nama atau jenama yang dikehendaki. Itu pun preferensi penamaan saya tekankan untuk dipikirkan secara masak, tidak tergesa-gesa atau asal saja dirumuskannya.
Jadi, opsi revisi ketika sampai digunakan lebih merupakan sinkronisasi ulang atas penerjemahan preferensi tanya-jawab awal yang ternyata masih belum pas. Opsi revisi bukanlah mengganti preferensi yang awalnya disampaikan ke pihak Astunamisae.
Apa ada riset atau ritual yang Mas Kelik lakukan saat sedang berpikir meracik nama anak?
Rasanya tidak ada ritual khusus. Cuma sepertinya kalau diingat-ingat, banyak nama adalah hasil peracikan sekitar lepas tengah malam hingga subuh atau pagi, dengan saya mengerjakannya di atas gelaran karpet di ruang tamu.
Referensi pilihan kata untuk penamaan bersumber dari kamus, tesaurus, buku analisis sejarah maupun sastra dari pakar yang terpercaya, juga hasil transliterasi ataupun translasi kitab-kitab kuno Jawa ataupun prasasti-prasasti.
Ada prinsip yang harus dipegang saat Anda meracik nama anak?
Pertama, sebisa mungkin tepat secara makna. Kedua, sebisa mungkin masih dapat dibaca atau diucap oleh orang Indonesia—sekalipun untuk beberapa racikan mesti dibaca-baca hati-hati atau perlahan awalnya. Perimaan atau ketukan bunyinya harus terasa enak di lidah maupun telinga.
Ketiga, sebisa mungkin menghindari unsur yang dapat menjadi sumber perundungan sehingga diharapkan jadi sumber kebanggaan si anak penyandang nama. Keempat, di dalam nama lengkap hasil peracikan memiliki penggalan kata atau suku kata yang dapat dipakai sebagai nama panggilan. Kelima, saya merahasiakan nama lengkap hasil racikan yang saya setorkan kepada klien. Hasil racikan itu ya cuma saya setorkan kepada klien. Saya tidak lantas mempublikasikannya di medsos.
Makna atau harapan apa yang paling sering diminta calon orang tua sebagai nama bayi belakangan ini?
‘Pemimpin’ dan ‘pembawa rezeki’ adalah dua di antara harapan-harapan baik yang paling banyak di-request. Lima lainnya yang juga banyak diminta: ‘cerdas’, ‘berguna’, ‘beriman atau taat beragama’, ‘kuat/tabah’, dan ‘cantik’.
Apa nama bayi paling indah yang pernah Mas Kelik bikinin untuk orang?
Sebagai peracik nama yang sebisa mungkin menghasilkan nama yang indah, agak susah saya menjawab mana nama yang paling indah. Namun, belum dua bulan lalu saya berhasil meracikkan nama bayi dalam bahasa Indonesia yang menurut saya hasilnya puitis, yang kurang lebih maknanya ‘bagaikan cahaya dari pesisir pulau yang mampu memandu kapal kala berlayar’.
Tapi pernah ada yang request makna absurd? Misal, ingin anaknya suka makan sayur, jadi minta nama yang sesuai.
Untuk makan sayur sepertinya belum pernah. Namun, sekitar dua bulan lalu juga, Astunamisae pernah mendapat klien yang langsung tanpa babibu pesan dobel paket tertinggi di layanan peracikan nama bayi, yakni total 12 nama. Tema penamaan soal pendakian gunung karena pasutri pemesan memang berhobi naik gunung.
Saya pernah paling kelimpungan itu pas harus meracik nama kayaknya dua kali. Pertama, untuk satu klien pemesan 6 nama yang request inisial anaknya serba A alias AAA. Kedua, klien lain yang minta anak laki-lakinya dinamai dengan awalan huruf T, tapi di dalam nama lengkap tidak boleh ada huruf R.
Wah ada yang bahkan menghindari huruf tertentu?
Saya tidak bertanya lebih lanjut [soal alasannya]. Agaknya lebih ke arah preferensi [bukan kepercayaan].
Dari perspektif peracik nama bayi indah, apa pendapat Mas Kelik soal nama-nama simpel satu kata macam “Suprapto” atau “Waluyo”?
Jika simpel yang dimaksud adalah mononim, nama tunggal dengan satu kata saja, sepertinya susah untuk zaman sekarang. Soalnya, negara kan kini cenderung mendorong warga negara untuk memiliki nama lebih dari satu kata. Nama di paspor contohnya, agaknya disarankan malah tiga kata kan?
Namun, nama-nama yang populer hingga 1970-an atau 1980-an semacam tadi punya kemungkinan untuk kembali banyak dipakai, paling tidak sebagai surname [nama keluarga].
Pendapat Mas Kelik soal orang tua yang ngasih nama-nama absurd macam “Tuhan” atau “Pajero Sport”?
Menurut saya, itu pilihan nama yang kurang disertai pertimbangan masak. Cenderung menunjukkan egoisme dan minat pribadi sang pemberi nama. Kurang memperhitungkan kemungkinan perundungan dan beban mental yang bakal ditanggung si anak penyandang nama pada kemudian hari.
Banyak kasus nama anak diganti karena dianggap “keberatan” hingga berujung sakit atau sial. Pendapat Mas Kelik?
Masih memercayai hal yang demikian tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Namun, menurut saya, di zaman sekarang hal yang terutama adalah kesungguhan niat dalam menjaga, memperhatikan, mendampingi, serta mendidik anak.