The VICE Guide to Right Now

Ilmuwan Temukan Populasi Baru Paus Biru Berkat Nyanyian Unik Mereka di Samudra

Paus diketahui bisa menyanyi. Tapi nyanyian yang ini pertama kali didengar pada 2017, dan belum pernah dilaporkan sebelumnya.
paus biru bisa menyanyi
Foto: Elianne Dipp v Pexels

Laut membentang luas di Bumi. Saking luasnya, baru lima persen lautan yang berhasil dijelajahi oleh manusia. Masih banyak misteri yang belum terungkap dari laut. 

Belum lama ini, ilmuwan tak sengaja menemukan populasi baru paus biru di bagian barat Samudra Hindia. Berdasarkan penjelasan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), spesies ini dapat tumbuh hingga sepanjang 33 meter dengan berat melebihi 150.000 kg — menjadikannya hewan terbesar di dunia.

Iklan

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Endangered Species Research menjelaskan, nyanyian yang dimiliki hewan baru ini berbeda dari lengkingan paus biru lainnya. Makhluk tersebut kemungkinan bukan keturunan dari salah satu subspesies yang sudah diketahui. Setiap populasi memiliki nyanyiannya masing-masing.

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Salvatore Cerchio dari African Aquatic Conservation Fund. Cerchio tengah mempelajari spesies paus langka Omura pada 2017, ketika mendengar nyanyian unik di Selat Mozambik, Madagaskar. Dia kemudian mendengarnya lagi saat menganalisis rekaman yang diambil di Oman.

“Rasanya seperti mendengarkan lagu berbeda dalam satu genre,” Cerchio memberi tahu New York Times. “Gayanya tidak sama.”

Nyanyiannya “belum pernah dilaporkan sebelumnya”, menyiratkan bahwa keberadaan populasi paus biru ini baru pertama kali terdeteksi atau digabungkan dengan populasi lain.

Nyanyian tersebut direkam di tiga lokasi di sepanjang Samudra Hindia, masing-masing berjarak ratusan hingga ribuan kilometer jauhnya. Ilmuwan menggunakan rekamannya untuk memetakan lokasi unik paus, dan menggali lebih dalam sejarah populasi tersebut. Menurut studi, “jenis nyanyian baru direkam di lepas pantai Oman di utara Samudra Hindia/Laut Arab, Kepulauan Chagos barat di Samudra Hindia tengah, dan Madagaskar di barat daya Samudra Hindia.”

Iklan

Sebagai satu-satunya nyanyian paus yang terdengar di bagian barat Laut Arab, ilmuwan menjulukinya jenis nyanyian “Samudra Hindia Barat Laut” guna membedakannya dari daerah lainnya.

Tim Cerchio lalu melaporkan temuan mereka ke Komisi Perpausan Internasional (IWC) pada 2018. Dari situ, mereka berusaha mengevaluasi status populasi paus biru di Samudra Hindia. Masih di tahun yang sama, temuan ini divalidasi oleh tim ilmuwan lain dari University of New South Wales di Sydney, Australia. Setelah membaca laporan IWC, Emmanuelle Leroy yang mengetuai penelitian menyadari dia pernah merekam nyanyian serupa di Kepulauan Chagos.

“Nyanyian paus ini sangat unik, belum pernah dilaporkan, dan rupanya milik paus biru,” ujar Cerchio dalam siaran pers. “Betapa mengejutkan populasinya baru diketahui pada 2017.”

Penemuan-penemuan ini menawarkan secercah harapan bagi pemulihan berkelanjutan spesies yang diburu habis-habisan pada abad ke-20. Sejak IWC mengeluarkan larangan perburuan paus komersial pada 1986, paus biru perlahan-lahan muncul kembali. Forbes memperkirakan jumlah populasinya turun drastis akibat perburuan, dari yang tadinya ada 350.000 ekor pada pergantian abad ke-20 kini hanya ada 10.000-25.000 ekor saja. Situasinya benar-benar sudah genting. Paus biru terancam punah.

Ilmuwan menduga populasi yang ditemukan di Oman kemungkinan selamat dari perburuan tersebut. Penangkapan ilegal 1.294 ekor paus yang dilakukan Uni Soviet pada 1960-an tampaknya mengincar spesies ini. “Jika ada subspesies di Samudra Hindia utara… kemungkinan besar populasi ini,” bunyi data analisis tangkapan Soviet.

Jika populasi paus biru ini baru ditemukan sekarang, itu berarti jumlahnya hanya sedikit dan “membutuhkan penilaian status serta tindakan konservasi.”

Follow Snigdha di Twitter.