Efek Pemilu Langsung di Tanah Air: Ada Orang Semangat Nyoblos Karena Ikut Perjudian

Efek Pemilu Langsung di Tanah Air: Ada Orang Semangat Nyoblos Karena Ikut Perjudian

Sewaktu pilpres kemarin saya mendapat cerita dari seorang teman. Doi dari hati terdalamnya ingin melihat pasangan 02 menang. Faktanya, di TPS dia malah mencoblos 01 karena ikut bursa judi. Dia yakin pasangan 01 akan membuatnya menang taruhan.

Berdasar cerita kawan itu, saya sempat menduga bila tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019 lalu turut dipengaruhi oleh perjudian. Kasus-kasus penggerebekan judi berikut memberi indikasi bahwa dugaan itu bisa saja ada benarnya.

Videos by VICE

Pada 30 Juni lalu, Kepolisian Kabupaten Malang di Jawa Timur menciduk sebelas orang bandar judi yang memanfaatkan pilkades serentak di 269 desa. Sindikat perjudian ini mempertandingkan 858 calon sebagai bahan bursa taruhan. Kesebelas bandar tersebut ditangkap di tiga kecamatan berbeda, yakni Wagir, Sumberpucung, dan Tumpang.

“Bersama para tersangka kami juga berhasil menyita uang tunai senilai Rp80 juta yang digunakan untuk taruhan. Saat ini kami masih mendalami kasus ini, termasuk adanya keterlibatan tersangka lainnya,” kata Kasatreskrim Polres Malang Adrian Wimbarda dalam jumpa pers dikutip Sindonews. Semua tersangka bakal dijerat KUHP Pasal 303 tentang perjudian, dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara.

Rupanya judi hasil pilkades sudah jadi kebiasaan di Malang. Makanya sebelum pilkades serentak digelar, polisi, TNI, dan masyarakat Malang sudah siap-siap mengadang tukang judi. Untuk mengamankan 1,3 juta hak suara rakyat Malang, polisi menempatkan 2.438 personel, dibantu 650 anggota TNI, Satpol PP, dan Linmas. Titik-titik rawan juga sudah polisi tandai.

Kapolres Malang AKPB Yade Setiawan Ujung mengatakan, sebelum pilkades dimulai sudah ada 2 desa masuk kategori sangat rawan, sementara 13 desa kategori rawan masuk dalam radar polisi. Maksud rawan di sini adalah rawan konflik kerusuhan, politik uang, dan perjudian. Upaya persuasif dan preventif juga dilakukan di daerah-daerah tersebut untuk menghindari dan menetralisir potensi konflik.

“Sehari sebelumnya memang kita bentuk Tim Satgas Pilkades. Tugasnya mengawasi jalannya pilkades yang biasanya ada tindakan judi atau istilahnya botoh. Sebelas orang [tersangka bandar judi] ini sudah diperingatkan sebelumnya untuk tidak bermain,” kata Yade, dilansir Jatimnow. Intinya, aktor bandar judinya juga sudah dihafal oleh polisi.

Mekanisme judi pilkades gampang dipahami. Pelaku mengajak seseorang bertaruh, siapa pemenang pilkades di suatu desa, dan menentukan nominal tertentu uang taruhan. Tebakan yang benar akan mendapatkan sejumlah uang sesuai yang disepakati. Sampai saat ini, kepolisian masih mendalami modusnya, apakah mereka hanya bertaruh untuk calon kades tertentu, atau sampai turut mengintervensi jalannya pilkades agar jagoannya menang.

Mekanisme judi pilkada yang agak ribet bisa ditemukan di Bojonegoro, Jawa Timur. Di sana, dua tersangka diamankan karena terbukti berjudi dengan uang bukti taruhan sebesar Rp18 juta rupiah, telepon seluler, dan daftar rekap arus uang. Kenapa ribet? Sebab setelah kita melihat barang bukti, perjudian di Desa Kedewan ini tidak sekadar menebak siapa yang menang. Para petaruh turut menebak skor perolehan suaranya. Ini yang berjudi agak sulit dibedakan besar mana passion judi atau passion matematika.

Dua tahun lalu praktik judi pilkades juga terjadi di Tangerang, Banten. Lima orang diringkus aparat setempat karena menyelenggarakan judi Pilkades Tegalkunir, Kecamatan Mauk. Pelaku dan barang bukti tiga lembar kuitansi dan uang tunai Rp38 juta diringkus berkat polisi yang menyamar sebagai pemasang taruhan. Kapolresta Tangerang AKBP Sabilul Alif mengatakan, lima orang tersangka menyelenggarakan judi sambil membagi tugas: ada yang jadi pengepul, perantara, pemegang uang taruhan, dan lainnya.

Soal pengaruh judi dan partisipasi pemilu, penelitian di pemilu Kabupaten Toraja 2015 ini menyatakan, ada dua faktor yang mendorong orang berpartisipasi dalam pemilu. Pertama, karena adanya sentimen agama. Kedua, karena ada imbalan materi yang mana potensi menang judi termasuk di dalamnya.

Yang bikin kaget, perputaran uang judi (berdasar kasus yang sudah ketahuan doang ya) di pilkades ternyata enggak gede-gede amat ya. Nilainya jelas masih kalah jauh dari dua emak-emak asal Solo yang berani taruhan mobil CRV seharga setengah miliar demi mendukung presiden pilihannya masing-masing di pilpres kemarin.

Orang kaya emang suka sewenang-wenang bikin drama kehidupan. Bu Dendy mana Bu Dendy?!!!