FYI.

This story is over 5 years old.

Google Searchlight

Daya Tarik Magis Kafe Penuh Barang Rongsokan di Bandung

Trotoart di kawasan Dago menawarkan sensasi nongkrong berbeda. Pengelolanya bertahan walau ada kebijakan jam malam kontroversial yang membelenggu banyak orang.

Di tahun 2014, ibu kota Provinsi Jawa Barat, Bandung menggulirkan aturan jam malam sebagai usaha meredam tindak kejahatan yang kerap terjadi setelah matahari terbenam. Pemkot berulangkali membantah ada jam malam, tapi intinya inisiatif polisi dan Kodam Siliwangi membuat banyak orang sulit beraktivitas dan berkumpul setelah malam. Untungnya, keterbatasan ini tidak mempengaruhi Trotoart. Kafe sekaligus tempat ngebir yang nyentrik di kawasan Cisitu Lama, Dago, ini ternyata tidak tutup gara-gara aturan pemkot. Alasannya? Pagar saja tidak punya.

Iklan

Trotoart merupakan perwujudan ruang yang menerapkan semangat Do-It-Yourself kreatif. Sang pemilik, Donny Zleer, mendekorasi kafe ini menggunakan barang rongsokan, mulai dari mobil sampai pintu besi yang sudah berkarat, memberikan tempat ini eksentrik dan berantakan, tapi tetap terlihat magis. Sekilas malah afe ini terlihat seperti gabungan tempat pembuangan barang rongsokan, bar artsy ala-ala Mad Max, dan episode dari serial TV Hoarders.

VICE Indonesia: Sejak kapan Trotoart berdiri?
Andri Setiawan: Kafe ini dibuka tahun 2000, jadi sudah sekitar 16 tahun, mendekati 17. Sweet seventeen, haha.

Siapa yang mendesain tempat ini?
Andri: Si pemilik, Brother Donny. Pas zaman kuliah, dia dulu tinggal di jalanan. Mungkin ini yang menginspirasi dia membawa nuansa jalanan ke kafe.

Apakah aturan jam malam pemkot Bandung mempengaruhi bisnis Trotoart?
Andri: Seakan-akan pemerintah menyalahkan kafe-kafe atas adanya kejahatan yang terjadi di malam hari. Tapi kan engga selalu gitu. Kadang kejahatan dilakukan oleh geng motor atau kelompok lainnya. Cuman seakan-akan ada implikasi bahwa orang-orang pergi ke kafe, mabuk-mabukkan, dan melakukan tindak kriminal.

Apakah aturan jam malam ini efektif?
Andri:  Kami kurang tahu apakah aturan ini berefek atau tidak. Cuma kalau dari observasi kami, kayaknya sama-sama aja. Ya kadang-kadang sepi sih jadinya.

Tempat ini buka 24 jam ya?
Andri: Iya, buka 24 jam.
Ari Agustian:  Tapi ya soalnya kami engga bisa tutup juga.

Jadi kalian selalu kerja setiap hari?
Andri: Engga juga sih.
Ari: Kita buka terus karena cafe ini engga ada pagernya [tertawa]. Sama kayak pintu-pintu lain, kita selalu terbuka.

Sebetulnya aturan jam malam di Bandung masih berlaku atau tidak?
Andri: Masih sih, tapi seingat saya jam malamnya sekarang didorong sampai jam 2 pagi. Cuma belum ada pengumuman resmi dari pemerintah lokal atau gimana. Seiring waktu, aturannya tambah kendor aja. Mungkin angka kriminalitas lagi turun? Sepertinya begitu.

Konsep tempat ini disesuaikan dengan lingkungan sekitar ya?
Ari: Ya sama kayak jalanan kan? Ada trotoar di sini, ada jalanan di sana. Seiring waktu berjalan, kita engga pernah renovasi aja gitu. Engga pernah kita tambah apa-apa. Paling kita bersihin aja dikit. Bahkan yang hiasan-hiasan kayak rumput tinggi juga alami aja gitu jadinya.