Para prajurit tampak berbaris rapi menerima arahan sebelum diberangkatkan ke Ukraina pada Selasa pekan lalu. Mereka merupakan pasukan cadangan yang ditunjuk Presiden Rusia Vladimir Putin untuk berperang. Namun, banyak di antara lelaki yang berkumpul di Sevastopol, wilayah Krimea yang diduduki Rusia, terlihat sudah beruban dan keriput.
Seruan mobilisasi parsial menyatakan, hanya warga berusia maksimal 35 tahun yang memenuhi kriteria yang akan dikirim bertempur di Ukraina. Mereka juga wajib memiliki pengalaman militer. Namun, foto-foto yang beredar menunjukkan kenyataan di lapangan tak sesuai yang diucapkan.
Videos by VICE
Biarpun begitu, sejumlah orang tampaknya siap berjuang membela negara mereka. Dikutip Associated Press, prajurit cadangan Sergey Schmidt mengatakan: “[Suasana di antara prajurit] positif. Saya siap melindungi Tanah Air dan keluarga saya di rumah. Semua ini kami lakukan demi kedamaian dan supaya anak-anak kami bisa tidur nyenyak.”
Pekan lalu, Putin memerintahkan 300.000 tentara cadangan untuk bertempur di Ukraina setelah Rusia mengalami berbagai kekalahan di negara musuh. Keputusan itu sontak mendapat penolakan keras dan memicu aksi protes besar-besaran di segala penjuru Rusia — pemandangan yang jarang terjadi di sana. Dilaporkan ada sekitar ratusan ribu warga berusia 20-30 yang melarikan diri setelah pengumumannya disiarkan. Tiket pesawat ke negara-negara yang tidak membutuhkan visa ludes terjual.
Kritik tak henti-hentinya dialamatkan kepada Putin ketika diketahui banyak warga diberangkatkan ke medan perang meski mereka tidak punya pengalaman bertempur atau tidak masuk kualifikasi untuk berperang, seperti penyandang disabilitas dan pria lanjut usia. Bahkan pendukung setia Putin ikut mengkritik keputusan presiden. Menurut mereka, para prajurit cadangan itu sudah terlalu tua untuk berperang.
Sergei Melikov, pemimpin provinsi Dagestan, mengeluarkan pernyataan yang mengutuk cara Putin memobilisasi pasukan. Pasalnya, banyak warganya yang salah direkrut menjadi tentara. “Dasar pejabat idiot,” demikian sindiran Melikov dalam pernyataan resmi.
Putin baru mengakui “kesalahannya” pada Kamis, setelah diprotes habis-habisan.