Industri Hiburan

Sandiaga Sebut Kapolri Beri Lampu Hijau Bisnis EO dan Konser Digelar Lagi

Salah satu promotor konser usul, selain prokes ketat, calon penonton dites dengan alat GeNose C19. Epidemiolog menyebut wacana itu berbahaya.
Sandiaga Uno sebut kapolri beri lampu hijau konser musik digelar lagi
Ilustrasi konser musik oleh Daniel Robert via Unsplash

Industri hiburan dan kreatif menjadi salah satu yang paling parah terkena dampak pandemi Covid-19. Lantaran tak ada tanda-tanda kurva penularan virus di Indonesia melandai, beberapa pelaku bisnis di sektor tersebut khawatir jika tidak ada intervensi pemerintah, maka industrinya terpuruk.

Promotor musik Rajawali Indonesia, lantas mengusulkan kepada pemerintah agar mengizinkan penyelenggaraan konser musik tatap muka dengan memanfaatkan tes GeNose C19. Menurut Anas S. Alimi selaku CEO, tes tersebut sangat terjangkau dan mudah diaplikasikan kepada para penonton.

Iklan

“Seperti kita tahu bahwa sekarang sudah ada GeNose temuan anak negeri dari UGM. Itu relatif sangat murah. Sekitar Rp20 ribu per plastik. Itu hanya Rp10 ribu kami beli dari UGM,” tuturnya saat menghadiri sebuah diskusi virtual tentang potensi mengadakan konser selama pandemi pada Selasa (9/3).

Anas mengklaim konser tatap muka yang mewajibkan penonton untuk melakukan tes terlebih dulu bisa dijalankan, apalagi mengingat mereka biasanya datang dari kelas menengah yang mengerti dan mematuhi protokol kesehatan.

Sejak pandemi pada Maret tahun lalu, banyak konser musik yang terpaksa dibatalkan, ada juga beberapa di antaranya yang menggunakan cara virtual demi alasan keamanan. Rajawali Indonesia, yang menyelenggarakan Prambanan Jazz Music Festival akhir tahun lalu lewat live streaming, untuk pertama kalinya tak bisa menghadirkan musisi internasional.

“Kita hanya survive sekarang, kita enggak berpikir bagaimana secara bisnis atau apa gitu, karena kita lihat selama setahun ini saya semacam memberi titel bahwa saat ini musik itu setia menunggu keputusan politik,” kata Anas. Bersama Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Anas mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo yang isinya permintaan izin penyelenggaraan konser tatap muka.

Dia menyebut pemerintah melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno cepat merespons, bahkan mengundang APMI dalam pertemuan bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membahas masalah ini. 

Iklan

Sandiaga menyebut Kapolri mendukung diadakannya kembali acara-acara musik dan olahraga secara tatap muka. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kapolri beserta jajarannya karena hasil daripada video conference call kemarin mendapat respons yang sangat positif dari pelaku industri event, baik itu penyelenggara event di bidang olahraga, musik, MICE (music, incentives, conferences, exhibitions), dan event berbasis budaya,” tutur Sandiaga.

Dia menjelaskan bahwa penyelenggaraan acara-acara tatap muka itu tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan memperhatikan status daerah yang dijadikan lokasi. Jika berstatus zona hijau, maka acara bisa diadakan secara terbuka.

Daerah zona kuning hanya boleh menggunakan konsep gabungan yaitu dibuka terbatas dan virtual. Sementara zona merah harus secara virtual. Sandiaga berharap para pihak terkait mampu melaksanakan aktivitas secara fleksibel.

Sebelumnya, Polri telah mengeluarkan izin untuk penyelenggaraan kompetisi sepakbola Piala Menpora 2021, yang rencananya berlangsung pada 20 Maret hingga 25 April. Turnamen pramusim ini disebut akan menjadi indikator bagi kepolisian apakah Liga 1 bisa digelar setelahnya. 

“Kalau turnamen pramusim dapat berjalan dengan baik, penegakan aturan terkait protokol kesehatan berjalan dengan baik, maka kami akan memberikan kelonggaran untuk turnamen selanjutnya. Namun, kalau tidak, tentu kami akan melakukan evaluasi,” kata Listyo.

Iklan

Epidemiolog Dicky Budiman sendiri melihat pemberian izin mengadakan konser tatap muka bukan langkah bijaksana. Dalam wawancara dengan VICE beberapa waktu lalu, dia berpendapat penanganan pandemi di Indonesia bisa terganggu jika kegiatan-kegiatan yang mengundang keramaian diadakan. 

Terlebih lagi keputusan diambil tanpa melibatkan pakar-pakar kesehatan yang lebih berpengetahuan dalam menilai situasi. Hingga hari ini, total ada hampir 1,4 juta kasus penularan dan 37.932 kematian akibat Covid-19 di Tanah Air.

“[Pemberian izin acara keramaian] berbahaya. Ini pemahamannya salah. Jadi, penilaian sudah terkendali harus berbasis data dan dianalisis oleh pakar yang kompeten, epidemiolog yang kompeten. Saya harus ingatkan ini berbahaya sekali,” tegasnya.

Sementara, di Barcelona, sebuah studi diadakan pada Desember tahun lalu khusus untuk mengetahui potensi penularan virus selama konser musik berlangsung. Sebanyak 500 sukarelawan yang sudah lolos tes antigen dikumpulkan jadi satu di Apolo Theater untuk menonton pertunjukan selama lima jam. 

Gedung itu biasanya sanggup menampung sampai 900 orang. Para sukarelawan diwajibkan selalu memakai masker N95, tetapi tidak ada physical distancing yang diterapkan. Sekuriti bertugas memastikan tidak ada antrean di depan toilet dan memonitor semua pergerakan.

“Ini bisa bermanfaat untuk segala jenis acara, mulai dari kegiatan kebudayaan, pertemuan bisnis, sampai olahraga,” kata virologis Dr. Boris Revollo, yang mendesain studi itu bersama The Fight AIDS, Infectious Diseases Foundation dan Primavera Sound. Spanyol sendiri mencatatkan lebih dari 47.000 kematian akibat Covid-19 dan saat ini sejumlah kegiatan masih dibatasi oleh pemerintah.

Hasil tes keluar pada Januari kemarin di mana tidak ada infeksi virus yang terjadi selama konser berlangsung. “Mendatangi sebuah konser musik live yang diselenggarakan dengan serangkaian tindakan keamanan termasuk hasil tes antigen negatif untuk SARS-Cov-2 pada hari yang sama tidak berkaitan dengan peningkatan dalam penularan Covid-19,” kata laporan studi tersebut.